Hindari Narasi Memecah Belah
Sabtu, 05 September 2020 - 09:15 WIB
"Pernyataan Menteri Agama soal radikalisme yang masuk ke masjid-masjid melalui seorang anak yang menguasai bahasa Arab dan good looking tidak sepenuhnya tepat. Jangan menggeneralisasi gejala munculnya paham radikalisme hanya pada suatu gejala
tertentu," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily kepada wartawan, Jumat (4/9).
Menurut Ace, jika Menag keliru mendeteksi suatu gejala pemahaman radikalisme pada masyarakat, dalam membuat kebijakan melawan radikalismenya itu juga pasti akan keliru pula. Untuk itu dia menyarankan Menag agar banyak membaca kajian dan studi tentang radikalisme di Tanah Air. Karena ada banyak studi
dan kajian yang telah dilakukan untuk menelusuri mengapa paham radikalisme itu menyebar. Salah satunya melalui media sosial (medsos).
"Sebaiknya Pak Menteri mempelajari dulu secara komprehensif berbagai kajian dan studi tentang bagaimana paham radikalisme itu menyebar," ujar politikus Partai Golkar tersebut. (Lihat videonya: Pekerja Diduga Lalai Dua Bangunan Roboh)
Sementara itu Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Nasyirul Falah Amru menyatakan, apa yang disampaikan Puan Maharani maknanya bukan bahwa masyarakat Sumbar tidak mendukung Pancasila. Puan, menurut dia, justru ingin menunjukkan pengakuan bahwa orang Minangkabau sangat berperan dalam pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Jadi pernyataan beliau (Puan) itu dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat Pancasila di seluruh Nusantara, tidak hanya di Sumbar," ungkap Gus Falah dalam keterangannya kemarin.
Lebih lanjut politikus PDIP itu mengingatkan, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta yang merupakan orang Minang. Menurutnya, perjuangan kemerdekaan dan pendirian Republik Indonesia juga melibatkan berbagai tokoh dari Minangkabau seperti Sutan Sjahrir, KH Agus Salim, Prof Muhammad Yamin, Hajjah Rangkayo Rasuna Said, serta Moh Natsir. Dan sebagai cucu proklamator, Puan sangat memahami sejarah tersebut. Maka itu Gus Falah meminta semua pihak memahami secara utuh pernyataan Puan tersebut. (Abdul Rochim/Rakhmatulloh/Kiswondari)
tertentu," kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily kepada wartawan, Jumat (4/9).
Menurut Ace, jika Menag keliru mendeteksi suatu gejala pemahaman radikalisme pada masyarakat, dalam membuat kebijakan melawan radikalismenya itu juga pasti akan keliru pula. Untuk itu dia menyarankan Menag agar banyak membaca kajian dan studi tentang radikalisme di Tanah Air. Karena ada banyak studi
dan kajian yang telah dilakukan untuk menelusuri mengapa paham radikalisme itu menyebar. Salah satunya melalui media sosial (medsos).
"Sebaiknya Pak Menteri mempelajari dulu secara komprehensif berbagai kajian dan studi tentang bagaimana paham radikalisme itu menyebar," ujar politikus Partai Golkar tersebut. (Lihat videonya: Pekerja Diduga Lalai Dua Bangunan Roboh)
Sementara itu Sekretaris Umum Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Nasyirul Falah Amru menyatakan, apa yang disampaikan Puan Maharani maknanya bukan bahwa masyarakat Sumbar tidak mendukung Pancasila. Puan, menurut dia, justru ingin menunjukkan pengakuan bahwa orang Minangkabau sangat berperan dalam pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Jadi pernyataan beliau (Puan) itu dimaksudkan untuk menumbuhkan semangat Pancasila di seluruh Nusantara, tidak hanya di Sumbar," ungkap Gus Falah dalam keterangannya kemarin.
Lebih lanjut politikus PDIP itu mengingatkan, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta yang merupakan orang Minang. Menurutnya, perjuangan kemerdekaan dan pendirian Republik Indonesia juga melibatkan berbagai tokoh dari Minangkabau seperti Sutan Sjahrir, KH Agus Salim, Prof Muhammad Yamin, Hajjah Rangkayo Rasuna Said, serta Moh Natsir. Dan sebagai cucu proklamator, Puan sangat memahami sejarah tersebut. Maka itu Gus Falah meminta semua pihak memahami secara utuh pernyataan Puan tersebut. (Abdul Rochim/Rakhmatulloh/Kiswondari)
(ysw)
tulis komentar anda