Belum Tentukan Pengganti Risma, Pengamat: Manajemen Kaderisasi PDIP Diuji
Selasa, 01 September 2020 - 07:39 WIB
JAKARTA - Jelang pendaftaran bakal pasangan calon pemilihan wali kota dan wakil wali kota kota Surabaya pada 4-6 September 2020, PDI Perjuangan belum juga memutuskan 'jagoannya' untuk bertarung di Pilkada Surabaya . Tak sedikit pihak menilai partai berlambang banteng moncong putih itu tengah galau.
(Baca juga: Belum Tentukan Calon di Surabaya, PDIP Tak Ingin Salah Beri Dukungan)
PDIP dianggap galau lantaran masih mencari pengganti Tri Rismaharini yang dianggap cukup populer di mata warga Surabaya dan juga meneruskan tradisi politik di Surabaya, di mana selama 20 tahun menjadi partai berkuasa di sana.
Analis Politik asal UIN Jakarta, Bakir Ihsan menilai, Pilkada Surabaya kali ini menjadi batu uji bagi PDIP untuk mengukur proses kaderisasi di kota Pahlawan tersebut. (Baca juga: Kemesraan PDIP dan Gerindra Belum Tentu Berlanjut di 2024)
"Ini merupakan puncak gunung es dari belum terselenggaranya kaderisasi dan manajemen organisasi secara baik, sehingga untuk pencalonan kepala daerah harus berproses panjang sampai injury time," kata Bakir saat dihubungi SINDOnews, Selasa (1/9/2020).
Bakir mengatakan, PDIP memang bisa mengusung sendiri kadernya untuk bertarung di Pilkada Surabaya dengan jumlah kursi yang cukup signifikan. Namun, peta politik hari ini harus memaksa PDIP harus menguras keringat, lantaran calon lain telah diusung oleh mayoritas partai politik alias koalisi gajah.
Di sisi lain, PDIP harus tepat dalam mengusung kadernya agar mampu mempertahankan dominasi politiknya. "Bisa jadi ada kader yang berpotensi, tapi tidak terkelola secara baik sehingga tidak hadir di waktu yang tepat," tandasnya.
(Baca juga: Belum Tentukan Calon di Surabaya, PDIP Tak Ingin Salah Beri Dukungan)
PDIP dianggap galau lantaran masih mencari pengganti Tri Rismaharini yang dianggap cukup populer di mata warga Surabaya dan juga meneruskan tradisi politik di Surabaya, di mana selama 20 tahun menjadi partai berkuasa di sana.
Analis Politik asal UIN Jakarta, Bakir Ihsan menilai, Pilkada Surabaya kali ini menjadi batu uji bagi PDIP untuk mengukur proses kaderisasi di kota Pahlawan tersebut. (Baca juga: Kemesraan PDIP dan Gerindra Belum Tentu Berlanjut di 2024)
"Ini merupakan puncak gunung es dari belum terselenggaranya kaderisasi dan manajemen organisasi secara baik, sehingga untuk pencalonan kepala daerah harus berproses panjang sampai injury time," kata Bakir saat dihubungi SINDOnews, Selasa (1/9/2020).
Bakir mengatakan, PDIP memang bisa mengusung sendiri kadernya untuk bertarung di Pilkada Surabaya dengan jumlah kursi yang cukup signifikan. Namun, peta politik hari ini harus memaksa PDIP harus menguras keringat, lantaran calon lain telah diusung oleh mayoritas partai politik alias koalisi gajah.
Di sisi lain, PDIP harus tepat dalam mengusung kadernya agar mampu mempertahankan dominasi politiknya. "Bisa jadi ada kader yang berpotensi, tapi tidak terkelola secara baik sehingga tidak hadir di waktu yang tepat," tandasnya.
(maf)
tulis komentar anda