Kemesraan PDIP dan Gerindra Belum Tentu Berlanjut di 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemesraan antara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra dinilai belum tentu berlanjut pada Pilpres 2024 . Hal ini dikarenakan politik itu sangat dinamis.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menganggap, politik itu cair. Sehingga dalam hubungan politik, siapa pun bisa diberikan 'panggung politik' dalam kegiatan partai, termasuk Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati yang memberikan sambutan di KLB Gerindra, akhir pekan lalu.
"Itu karena mereka diikat satu kepentingan, karena sama-sama satu koalisi di pemerintahan," kata Ujang saat dihubungi SINDOnews, Senin (10/8/2020).
Namun, bicara tentang kemesraan yang diperlihatkan PDIP dan Gerindra apakah bisa berlanjut ke 2024, Ujang mengatakan belum tentu. Ujang menyebut, karena di politik itu, pagi A, siang B, sore C, dan malam bisa D. Atau bisa juga pagi bilang tempe, siang tahu, sore kerupuk, dan malam gado-gado.( ).
Ujang mengaku teringat pada 2009, Megawati dan Prabowo pernah bersama-sama jadi capres dan cawapres. Lalu ada Perjanjian Batu Tulis yang isinya PDIP akan dukung Prabowo di pilpres berikutnya. Tapi kenyataannya, 2014 dan 2019 lalu, PDIP dukung Jokowi.
"Jadi politik itu seni, seni kemungkinan, tak bisa dibaca saat ini. Tapi akan mengikuti perkembangan dinamika politik yang berkembang ke depan," pungkasnya.( ).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menganggap, politik itu cair. Sehingga dalam hubungan politik, siapa pun bisa diberikan 'panggung politik' dalam kegiatan partai, termasuk Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati yang memberikan sambutan di KLB Gerindra, akhir pekan lalu.
"Itu karena mereka diikat satu kepentingan, karena sama-sama satu koalisi di pemerintahan," kata Ujang saat dihubungi SINDOnews, Senin (10/8/2020).
Namun, bicara tentang kemesraan yang diperlihatkan PDIP dan Gerindra apakah bisa berlanjut ke 2024, Ujang mengatakan belum tentu. Ujang menyebut, karena di politik itu, pagi A, siang B, sore C, dan malam bisa D. Atau bisa juga pagi bilang tempe, siang tahu, sore kerupuk, dan malam gado-gado.( ).
Ujang mengaku teringat pada 2009, Megawati dan Prabowo pernah bersama-sama jadi capres dan cawapres. Lalu ada Perjanjian Batu Tulis yang isinya PDIP akan dukung Prabowo di pilpres berikutnya. Tapi kenyataannya, 2014 dan 2019 lalu, PDIP dukung Jokowi.
"Jadi politik itu seni, seni kemungkinan, tak bisa dibaca saat ini. Tapi akan mengikuti perkembangan dinamika politik yang berkembang ke depan," pungkasnya.( ).
(zik)