Prabowo Subianto: Pergeseran Orientasi Kebijakan Luar Negeri dan Strategi Diplomasi

Selasa, 15 Oktober 2024 - 16:58 WIB
Selain memperkuat kemampuan militer Indonesia, Prabowo tampaknya juga ingin memperluas kerja sama ekonomi dengan negara-negara di luar lingkup Barat, menciptakan kemitraan yang lebih beragam.

Kunjungannya ke China dan Rusia dapat membawa dampak besar bagi hubungan luar negeri Indonesia dengan Amerika Serikat, mengingat perbedaan politik yang signifikan antara negara-negara tersebut.

Meski begitu, dengan memperkuat hubungan dengan China, Rusia, dan Turki, Prabowo berupaya meningkatkan daya tawar Indonesia di panggung internasional. Pendekatan ini diharapkan akan membuka akses yang lebih baik ke peluang ekonomi, kerja sama pertahanan (termasuk dalam bidang persenjataan), dan dukungan politik dari negara-negara non-Barat.

Pengaruh Politik Domestik

Pergeseran orientasi kebijakan luar negeri ini juga dipengaruhi oleh dinamika politik domestik. Meskipun sebelumnya Prabowo tampak bersikap anti-China dalam sejumlah pidatonya, belakangan ia menjadi lebih bersahabat dengan China dan komunitas Tionghoa Indonesia.

Perubahan ini menunjukkan kemampuannya untuk menyesuaikan sikap politik berdasarkan kepentingan strategis dan lanskap politik dalam negeri, termasuk peran penting pengusaha keturunan Tionghoa dalam perekonomian Indonesia.

Walaupun Indonesia selama ini menganut prinsip kebijakan luar negeri bebas aktif, pergeseran yang terjadi sekarang menunjukkan pendekatan yang lebih pragmatis. Mirip dengan era Sukarno, ketika Indonesia lebih dekat dengan blok Timur, dan era Suharto yang lebih condong ke Barat, negara ini sekarang tampaknya memilih mitra berdasarkan keuntungan strategis yang mereka tawarkan, bukan lagi sekadar mempertahankan kebijakan non-blok. Pragmatisme ini tampaknya akan berlanjut di bawah kepemimpinan Prabowo.

Strategi Diplomasi dan Non-Blok

Terlepas dari perubahan orientasi yang mungkin terjadi, platform Prabowo-Gibran tetap mendukung kebijakan "tetangga yang baik" yang berakar pada prinsip non-intervensi. Ini konsisten dengan doktrin kebijakan non-blok aktif Indonesia yang telah dipertahankan sejak era Perang Dingin.

Pendekatan ini memungkinkan Indonesia untuk tetap netral di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama di kawasan Asia Tenggara yang kompleks. Namun, netralitas ini tidak berarti pasif. Prabowo menyadari pentingnya menjaga hubungan strategis dengan kekuatan global utama seperti Tiongkok, Rusia, dan Amerika Serikat.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More