Boy Rafli Pimpin BNPT, Pengamat: Kontra-Radikalisme Perlu Diperkuat
Sabtu, 02 Mei 2020 - 12:00 WIB
JAKARTA - Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar mendapat tugas baru menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Boy diangkat menjadi orang nomor satu di lembaga tersebut menggantikan Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius.
Pengamat intelijen, Stanislaus Riyanta mengatakan, penunjukkan Boy dinilai tepat karena jenderal polisi bintang dua ini pernah bertugas di Densus 88 dan pernah menjadi Kapolda Papua.
"Soal terorisme beliau tentu tidak asing, memang publik lebih mengenal dia sebagai orang humas, tapi kompetensi beliau di bidang terorisme tidak perlu diragukan," kata Stanislaus kepada SINDOnews, Sabtu (2/5/2020).( )
Kendati demikian, lanjut Stanislaus, banyak pekerjaan rumah menanti Boy Rafli antara lain menjadikan lembaga itu lebih diperkuat lagi dalam melakukan pencegahan terhadap aksi radikalisme dan terorisme.
Dia berharap Boy mampu memutus sel-sel atau jaringan teroris yang ada di Indonesia. Terutama melalui upaya kontraradikalisasi, mencegah paham radikal masuk.
"Selain itu upaya deradikalisasi, mengubah orang dengan paham radikal menjadi tidak radikal, harus ditingkatkan. Karena beberapa kasus mantan napiter yang kembali menjadi pelaku aksi teror," ujar pengamat terorisme ini.
Boy diangkat menjadi orang nomor satu di lembaga tersebut menggantikan Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius.
Pengamat intelijen, Stanislaus Riyanta mengatakan, penunjukkan Boy dinilai tepat karena jenderal polisi bintang dua ini pernah bertugas di Densus 88 dan pernah menjadi Kapolda Papua.
"Soal terorisme beliau tentu tidak asing, memang publik lebih mengenal dia sebagai orang humas, tapi kompetensi beliau di bidang terorisme tidak perlu diragukan," kata Stanislaus kepada SINDOnews, Sabtu (2/5/2020).( )
Kendati demikian, lanjut Stanislaus, banyak pekerjaan rumah menanti Boy Rafli antara lain menjadikan lembaga itu lebih diperkuat lagi dalam melakukan pencegahan terhadap aksi radikalisme dan terorisme.
Dia berharap Boy mampu memutus sel-sel atau jaringan teroris yang ada di Indonesia. Terutama melalui upaya kontraradikalisasi, mencegah paham radikal masuk.
"Selain itu upaya deradikalisasi, mengubah orang dengan paham radikal menjadi tidak radikal, harus ditingkatkan. Karena beberapa kasus mantan napiter yang kembali menjadi pelaku aksi teror," ujar pengamat terorisme ini.
(dam)
tulis komentar anda