Fenomena Calon Tunggal Bukti Demokrasi Lokal Semakin Rapuh
Kamis, 27 Agustus 2020 - 08:37 WIB
Praktik antidemokrasi itu bisa dihilangkan jika dilakukan perubahan regulasi pencalonan di pilkada. Syarat pencalonan harus dimudahkan, baik dari jalur partai politik maupun perseorangan. Untuk jalur partai, kata dia, tidak perlu ada syarat minimal dukungan 20% kursi DPRD atau 25% suara dari hasil pemilu sebelumnya. Sementara untuk jalur perseorangan syarat dukungan berupa pengumpulan KTP harus diturunkan.
“Hal ini supaya lebih banyak pasangan calon yang muncul sehingga pemilih pun punya alternatif pilihan,” tandasnya. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan, partainya tidak pernah bermain-main dalam sebuah kontestasi, termasuk dalam pilkada.
Penegasan itu disampaikan Hasto menanggapi pertanyaan adanya dugaan calon boneka di Pilkada Kota Solo demi menghindarkan pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakoso yang diusung koalisi seluruh parpol di DPRD minus PKS tidak melawan kotak kosong. (Baca juga: Santri Ditangkap, Warga Kepung Polisi di Pondok Pesantren)
Keseriusan PDIP dibuktikan dengan aksi Gibran-Teguh yang langsung tancap gas melakukan sosialisasi ke masyarakat setelah selesai menjalani Sekolah Calon Kepala Daerah yang digelar DPP PDIP. "Kami tidak pernah bermain-main dalam politik," ujar Hasto kemarin.
Menurut dia, demokrasi di Solo adalah kontestasi antarkandidat dan hak-hak tersebut dijamin sebagai hak konstitusional warga negaranya. Untuk itu PDIP menghargai jika ada pasangan lain yang ikut kontestasi. "Sehingga selain Mas Gibran, ada juga pasangan independen, ini merupakan hal yang sehat bagi demokrasi," katanya.
Hasto menegaskan, persaingan dalam demokrasi merupakan hal yang wajar dan tak selalu melihat apa kendaraan politiknya, baik itu partai politik ataupun jalur perseorangan. (Baca juga: Sindiran Tere Liye: Pertamina Tak Pernah Salah, yang salah Kalian)
Dilema PKS
Sementara itu PKS dalam situasi dilema setelah gagal mengusung calon di Pilkada Solo. Partai ini belum menentukan sikap setelah hanya terdapat dua pasangan calon yang kemungkinan bakal maju, yakni Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dan pasangan independen Bagyo Wahyono-FX Supardjo.
“Kami mau mengajukan calon sebagaimana amanah Musda PKS, tetapi terbentur jumlah kursi. Harus koalisi ternyata tidak bisa terbentuk karena semua partai sudah bergabung ke satu pasangan calon,” kata Ketua DPD PKS Kota Solo Abdul Ghofar Ismail saat dihubungi KORAN SINDO kemarin.
PKS disebutnya membutuhkan waktu agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Dalam beberapa waktu terakhir, pihaknya mencoba menyerap aspirasi dan jajak pendapat mulai struktur tingkat kecamatan, ranting, kader hingga simpul-simpul massa PKS mengenai masukan dalam pengambilan keputusan. (Lihat videonya: 5 Orang di Tangerang Tewasi Usai Tenggak Miras Oplosan)
“Hal ini supaya lebih banyak pasangan calon yang muncul sehingga pemilih pun punya alternatif pilihan,” tandasnya. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan, partainya tidak pernah bermain-main dalam sebuah kontestasi, termasuk dalam pilkada.
Penegasan itu disampaikan Hasto menanggapi pertanyaan adanya dugaan calon boneka di Pilkada Kota Solo demi menghindarkan pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakoso yang diusung koalisi seluruh parpol di DPRD minus PKS tidak melawan kotak kosong. (Baca juga: Santri Ditangkap, Warga Kepung Polisi di Pondok Pesantren)
Keseriusan PDIP dibuktikan dengan aksi Gibran-Teguh yang langsung tancap gas melakukan sosialisasi ke masyarakat setelah selesai menjalani Sekolah Calon Kepala Daerah yang digelar DPP PDIP. "Kami tidak pernah bermain-main dalam politik," ujar Hasto kemarin.
Menurut dia, demokrasi di Solo adalah kontestasi antarkandidat dan hak-hak tersebut dijamin sebagai hak konstitusional warga negaranya. Untuk itu PDIP menghargai jika ada pasangan lain yang ikut kontestasi. "Sehingga selain Mas Gibran, ada juga pasangan independen, ini merupakan hal yang sehat bagi demokrasi," katanya.
Hasto menegaskan, persaingan dalam demokrasi merupakan hal yang wajar dan tak selalu melihat apa kendaraan politiknya, baik itu partai politik ataupun jalur perseorangan. (Baca juga: Sindiran Tere Liye: Pertamina Tak Pernah Salah, yang salah Kalian)
Dilema PKS
Sementara itu PKS dalam situasi dilema setelah gagal mengusung calon di Pilkada Solo. Partai ini belum menentukan sikap setelah hanya terdapat dua pasangan calon yang kemungkinan bakal maju, yakni Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dan pasangan independen Bagyo Wahyono-FX Supardjo.
“Kami mau mengajukan calon sebagaimana amanah Musda PKS, tetapi terbentur jumlah kursi. Harus koalisi ternyata tidak bisa terbentuk karena semua partai sudah bergabung ke satu pasangan calon,” kata Ketua DPD PKS Kota Solo Abdul Ghofar Ismail saat dihubungi KORAN SINDO kemarin.
PKS disebutnya membutuhkan waktu agar tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Dalam beberapa waktu terakhir, pihaknya mencoba menyerap aspirasi dan jajak pendapat mulai struktur tingkat kecamatan, ranting, kader hingga simpul-simpul massa PKS mengenai masukan dalam pengambilan keputusan. (Lihat videonya: 5 Orang di Tangerang Tewasi Usai Tenggak Miras Oplosan)
tulis komentar anda