Siapkan Penerbang Tempur, Optimalkan Dassault Rafale
Selasa, 20 Agustus 2024 - 05:05 WIB
TIDAK ada yang menyangsikan kemampuan para penerbang tempur Indonesia. Mereka telah teruji mengoperasikan berbagai jenis pesawat tempur milik TNI AU, dan diakui dunia internasional. Bukti keandalan antara lain disuguhkan para personel Jupiter Aerobatic Team (JAT). Beratraksi dengan pesawat latih KT-1B Wongbee, mereka mampu menampilkan beragam formasi berisiko tinggi dalam banyak even internasional.
baca juga: Keunggulan Jet Tempur Dassault Rafale yang Dibeli Indonesia, Siap Layani Beragam Misi
Kapasitas penerbang dan punggawa pesawat tempur TNI atau airmen juga dibuktikan pada ajang latihan multinasional Pitch Black 2024 di Royal Australian Air Force (RAAF) Base Darwin, Northern Territory. Atas prestasinya, mereka dianugerahi lima penghargaan dari RAAF (1/8/24). Mengerahkan empat pesawat F-16 Fighting Falcon, mereka sukses beradu keterampilan menerbangan pesawat tempur melalui sejumlah skenario misi yang dijalankan.
Selain TNI, Pitch Black 2024 juga melibatkan angkatan udara dari beberapa negara lain dengan berbagai jenis pesawat tempur andalan, termasuk kategori generasi di atas F-16. Mereka antara lain Republic of Singapore Air Force (RSAF) yang mengeluarkan F-15SG, Japan Air Self Defence Force (JASDF) membawa F-2 As, Republik of Korea Air Force (ROKAF) dengan dua F-15, French Air and Space Force (FASF) yang memamerkan produk kebanggaan nasional Dassault Rafale.
Turut berpartisipasi United State Air Force (USAF) dengan membawa F-22 Raptor, Spanish Air and Space Force (SASF) mengandalkan Eurofighter Typhoon, India Air Force (IAF) dengan pesawat tempur jagoannya Sukhoi Su-30, dan tentu saja tuan rumah Royal Australian Air Force (RAAF) yang menghadirkan Eurofighter Typhoon. Total ada 20 angkatan udara terlibat latihan rutin tersebut.
Prestasi yang diraih para penerbang tempur TNI AU Pitch Black 2024 mengindikasikan kemampuan bersaing dengan penerbang dari negara-negara maju yang menunggangi pesawat tempur lebih modern. Ketangguhan para ksatria udara Indonesia ini merupakan gabungan kekuatan mental, kecerdasan intelektual, dan ketahanan fisik. Bayangkan bila mereka menunggangi F-15, F-35, Eurofighter Typhoon, atau Dassault Rafale, pasti manuver yang dilakukan akan lebih dahsyat.
Namun harus dipahami, mereka tidak serta-merta bisa langsung bisa duduk di belakang cockpit pesawat tempur berbeda, apalagi pesawat generasi lebih baru, seperti generasi 4.5 atau 5.0. Sampai saat ini, tulang punggung kekuatan udara Indonesia masih bertumpu kepada jet-jet tempur generasi 4.0. Selain F-16, pesawat tempur di jejeran generasi sama antara lain Suhkoi Su-30 MK2 Flanker dan Sukhoi Su-27 dari Rusia, serta T-50 Golden Eagle made in Korea Selatan. Bahkan TNI AU juga masih mengoperasikan pesawat generasi lebih jadul, yakni jet tempur ringan Hawk-200 buatan British Aerospace, Inggris.
Keputusan akuisisi Dassault Rafale dari Dassault Aviation, Prancis akan menjadi tonggak transisi tulang punggung pesawat tempur TNI AU dari generasi 4.0 menuju generasi 4.5, sekaligus menjadi indikator lompatan kemajuan militer Indonesia di matra udara. Apalagi bila Kementerian Pertahanan jadi membeli pesawat generasi terbaru F-15EX dari Boeing Company Amerika Serikat (AS).
Akuisisi Dassault Rafae merupakan bagian visi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto membangun kekuatan udara yang andal dan unggul. Langkah diambil sekaligus mencerminkan keputusan strategis agar Indonesia mampu mengimbangi armada pesawat tempur di kawasan seperti Australia dan Singapura.Dua sekutu utama AS itu telah mendapat red carpet untuk memboyong pesawat generasi 5.0, yakni F-35 Lightning II. Begitu pun China yang menebar ancaman di kawasan Laut China Selatan (LCS) sudah menyiapkan pesawat generasi teranyar, Chengdu J-20.
baca juga: Keunggulan Jet Tempur Dassault Rafale yang Dibeli Indonesia, Siap Layani Beragam Misi
Kapasitas penerbang dan punggawa pesawat tempur TNI atau airmen juga dibuktikan pada ajang latihan multinasional Pitch Black 2024 di Royal Australian Air Force (RAAF) Base Darwin, Northern Territory. Atas prestasinya, mereka dianugerahi lima penghargaan dari RAAF (1/8/24). Mengerahkan empat pesawat F-16 Fighting Falcon, mereka sukses beradu keterampilan menerbangan pesawat tempur melalui sejumlah skenario misi yang dijalankan.
Selain TNI, Pitch Black 2024 juga melibatkan angkatan udara dari beberapa negara lain dengan berbagai jenis pesawat tempur andalan, termasuk kategori generasi di atas F-16. Mereka antara lain Republic of Singapore Air Force (RSAF) yang mengeluarkan F-15SG, Japan Air Self Defence Force (JASDF) membawa F-2 As, Republik of Korea Air Force (ROKAF) dengan dua F-15, French Air and Space Force (FASF) yang memamerkan produk kebanggaan nasional Dassault Rafale.
Turut berpartisipasi United State Air Force (USAF) dengan membawa F-22 Raptor, Spanish Air and Space Force (SASF) mengandalkan Eurofighter Typhoon, India Air Force (IAF) dengan pesawat tempur jagoannya Sukhoi Su-30, dan tentu saja tuan rumah Royal Australian Air Force (RAAF) yang menghadirkan Eurofighter Typhoon. Total ada 20 angkatan udara terlibat latihan rutin tersebut.
Prestasi yang diraih para penerbang tempur TNI AU Pitch Black 2024 mengindikasikan kemampuan bersaing dengan penerbang dari negara-negara maju yang menunggangi pesawat tempur lebih modern. Ketangguhan para ksatria udara Indonesia ini merupakan gabungan kekuatan mental, kecerdasan intelektual, dan ketahanan fisik. Bayangkan bila mereka menunggangi F-15, F-35, Eurofighter Typhoon, atau Dassault Rafale, pasti manuver yang dilakukan akan lebih dahsyat.
Namun harus dipahami, mereka tidak serta-merta bisa langsung bisa duduk di belakang cockpit pesawat tempur berbeda, apalagi pesawat generasi lebih baru, seperti generasi 4.5 atau 5.0. Sampai saat ini, tulang punggung kekuatan udara Indonesia masih bertumpu kepada jet-jet tempur generasi 4.0. Selain F-16, pesawat tempur di jejeran generasi sama antara lain Suhkoi Su-30 MK2 Flanker dan Sukhoi Su-27 dari Rusia, serta T-50 Golden Eagle made in Korea Selatan. Bahkan TNI AU juga masih mengoperasikan pesawat generasi lebih jadul, yakni jet tempur ringan Hawk-200 buatan British Aerospace, Inggris.
Keputusan akuisisi Dassault Rafale dari Dassault Aviation, Prancis akan menjadi tonggak transisi tulang punggung pesawat tempur TNI AU dari generasi 4.0 menuju generasi 4.5, sekaligus menjadi indikator lompatan kemajuan militer Indonesia di matra udara. Apalagi bila Kementerian Pertahanan jadi membeli pesawat generasi terbaru F-15EX dari Boeing Company Amerika Serikat (AS).
Akuisisi Dassault Rafae merupakan bagian visi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto membangun kekuatan udara yang andal dan unggul. Langkah diambil sekaligus mencerminkan keputusan strategis agar Indonesia mampu mengimbangi armada pesawat tempur di kawasan seperti Australia dan Singapura.Dua sekutu utama AS itu telah mendapat red carpet untuk memboyong pesawat generasi 5.0, yakni F-35 Lightning II. Begitu pun China yang menebar ancaman di kawasan Laut China Selatan (LCS) sudah menyiapkan pesawat generasi teranyar, Chengdu J-20.
Lihat Juga :
tulis komentar anda