Mengurangi Beban Subsidi Negara dari Tumpukan Sampah

Sabtu, 17 Agustus 2024 - 22:09 WIB
Kebutuhan energi menjadi salah satu isu yang krusial di seluruh dunia. Di tengah isu transisi energi, sumber energi utama seperti minyak, gas, dan batubara jumlah cadangannya semakin berkurang. Karenanya, pengembangan sumber energi terbarukan sangat penting untuk menjaga ketahanan energi dan mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.

Pemanfaatan sampah sebagai sumber energi merupakan salah satu solusi inovatif dalam rangka mengurangi beban subsidi negara dan ketergantungan terhadap sumber energi fosil. Terlebih, Indonesia menghadapi masalah pengelolaan sampah yang kompleks dengan volume yang terus meningkat setiap tahun.

baca juga: Kendalikan Subsidi, PGN Dukung Pemerintah Kembangkan Jaringan Gas Rumah Tangga

Pertumbuhan sampah perkotaan diperkirakan mencapai 7-10% per tahun. Dengan teknologi pengelolaan sampah yang ada saat ini, tak heran apabila banyak sampah-sampah yang tak dikelola dengan baik. Dengan adanya sumber energi alternatif seperti sampah itu, beban subsidi negara di sektor energi berpotensi untuk dikurangi.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif usai mengikuti Sidang Paripurna DPR Masa Persidangan I DPR Tahun Sidang 2024-2025 dan pidato nota keuangan dari Presiden Joko Widodo, mengatakan pemerintah akan melakukan sosialisasi penyaluran subsidi tepat sasaran.

Sejatinya, Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) terusberupaya mendorong nilai tambah dan pemanfaatan sampah perkotaan sebagai sumber energi terbarukan. Sehingga, kebutuhan energi nasional bisa dipenuhi dari sumber alternatif. Selain itu, sebagai dukungan terhadap pencapaian target National Determined Contributions (NDC) Indonesia. Karenanya, Kementerian ESDM terus mendorong inovasi dalam menghadirkan energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan.

Mengolah Sampah Menjadi Energi Murah

Truk-truk pengangkut sampah hilir mudik menumpahkan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Manggar, Balikpapan. Sampah-sampah itu menjulang setinggi 15 meter di TPA seluas 5,7 hektare. Kawasan TPA Manggar juga dikenal sebagai Kampung Energi Wasteco Manggar.

“Seluruh sampah berasal dari kota Balikpapan,” ujar Suyono, petugas Dinas Lingkungan Hidup Pemkot Balikpapan, sekaligus penanggung jawab pengelolaan sampah TPA Manggar kepada SINDOnews beberapa waktu lalu.

Sampah-sampah itu diolah di Sanitary Land Fill Zona 6. Dari TPA Manggar, masyarakat sekitar bisa memanfaatkan gas metana dengan volume 820.800 meter kubik setiap tahun yang disalurkan secara swadaya.Suyono, yang bekerja di Pemkot Balikpapan sejak 1997 itu mengatakan, secara ekonomi, penggunaan gas metana dari TPA Manggar lebih menguntungkan bagi masyarakat.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More