Rapor Merah 1 Dekade Kepemimpinan Jokowi
Sabtu, 17 Agustus 2024 - 08:14 WIB
Selain itu, Jokowi juga dalam kerjanya mendapat banyak pujian. Dalam hal ekonomi, GDP Indonesia berada pada angka stabil sebesar 5% (2014-2024). Karena itu, soal ini tak berlebihan bila kita sepakat bahwa Presiden Joko Widodo berhasil membangun banyak infrastruktur dan menggaet investor dalam pembangunan. Namun, ambisi dan warisan utama Jokowi dalam bidang itu nyatanya tak selalu berakhir baik.
Ungkapan itu memang relevan ditujukan kepada Jokowi karena pada tahun-tahun kerjanya sebagai pemimpin, Jokowi banyak membuat rapor merah untuk dirinya sendiri.
Setidaknya ada beberapa isu sentral yang menjadikan Jokowi gagal sebagai presiden dalam memimpin Indonesia.
Misalnya saja mengenai isu cipta kerja, pelemahan KPK, pelanggaran HAM, kontroversi pemindahan IKN, hingga dinasti politik pada pemilu 2024.
Namun, penyelesaian undang-undang yang dilakukan secara kilat, banyak merugikan para buruh serta serikat pekerja. Tak hanya itu, dalam keterbukaannya pada publik, omnibus law ini begitu tak transparan dan tidak mendengarkan masukan dari banyak pihak. Upaya protes masif dari publik nyatanya tak didengarkan. Karena tepat satu tahun setelah janji Jokowi itu, UU Ciptaker telah sah diberlakukan oleh DPR.
Upaya kotor ini tak ayal membuat Indeks Persepsi Korupsi Indonesia tahun 2023 mengalami kemunduran.
Rapor Merah Kepemimpinan Jokowi
Ungkapan di awal kalimat tulisan ini nampaknya begitu relevan untuk memberikan rapor merah Jokowi dalam memimpin Indonesia 1 dekade ke belakang. Abraham Lincoln (mantan presiden Amerika Serikat) dalam perkataannya pernah menyebut bahwa: "Jika ingin melihat siapa dia sebenarnya, berilah dia sebuah tahta".Ungkapan itu memang relevan ditujukan kepada Jokowi karena pada tahun-tahun kerjanya sebagai pemimpin, Jokowi banyak membuat rapor merah untuk dirinya sendiri.
Setidaknya ada beberapa isu sentral yang menjadikan Jokowi gagal sebagai presiden dalam memimpin Indonesia.
Misalnya saja mengenai isu cipta kerja, pelemahan KPK, pelanggaran HAM, kontroversi pemindahan IKN, hingga dinasti politik pada pemilu 2024.
Cipta Kerja dan Lemahnya Keterbukaan Informasi pada Publik
Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Law) adalah regulasi yang pertama kali diucapkan Presiden Jokowi dalam pidato pelantikannya pada 20 Oktober 2019 lalu. Saat itu, ia menyebut regulasi di Tanah Air terlalu tumpang tindih, sehingga diperlukannya undang-undang untuk mengatasi persoalan itu.Namun, penyelesaian undang-undang yang dilakukan secara kilat, banyak merugikan para buruh serta serikat pekerja. Tak hanya itu, dalam keterbukaannya pada publik, omnibus law ini begitu tak transparan dan tidak mendengarkan masukan dari banyak pihak. Upaya protes masif dari publik nyatanya tak didengarkan. Karena tepat satu tahun setelah janji Jokowi itu, UU Ciptaker telah sah diberlakukan oleh DPR.
Upaya Pelemahan KPK
Adanya revisi UU KPK pada 2019 juga turut mencederai kinerja Jokowi dalam 1 dekade kepemimpinannya. Alih-alih menguatkan KPK sebagai lembaga negara independen, Jokowi justru melemahkan lembaga itu. Berbagai macam upaya pun akhirnya dilakukan, seperti kasus Novel Baswedan yang mengalami penyiraman air keras hingga upaya revisi terhadap Undang-Undang KPK.Upaya kotor ini tak ayal membuat Indeks Persepsi Korupsi Indonesia tahun 2023 mengalami kemunduran.
tulis komentar anda