Misi Rahasia Prajurit TNI AU Menjemput Pesawat Dari Israel
Jum'at, 09 Agustus 2024 - 09:50 WIB
Sri Diharto adalah anak yang tidak suka belajar mata pelajaran di sekolah. Itulah sebabnya banyak nilai merah di rapornya saat masih di Sekolah Rakyat (sekarang SD). Meski malas belajar, Sri Diharto adalah anak yang suka mencoba hal baru. Perubahan terjadi saat ia di kelas 2 SMP. Ia mulai rajin belajar. Hasil kerja kerasnya dalam belajar mata pelajaran membuatnya ia lulus dari SMA 1 Pati dan bisa masuk ke Jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB).
baca juga: Apakah Israel Mengakui Kemerdekaan Indonesia?
Di ITB, anak bungsu R Soetardjo ini berkawan dengan Guntur Sukarno. Ia juga berkenalan dengan Megawati Soekarnoputri . Bahkan anak lelaki satu-satunya Rr Sri Sukamti ini menjadi pembimbing Megawati dalam praktikum mata kuliah Fisika. Saat itu Sri Diharto menjadi asisten mata kuliah Fisika di Universitas Padjadjaran, di mana Megawati adalah salah satu mahasiswa di universitas tersebut. Sri Diharto sempat dekat dengan Megawati. ”Saya waktu itu asisten idola, jadi perhatian saya kepada Mega pun mendapat sambutannya. Gayung bersambut,” tulisnya (hal. 22).
Sri Diharto adalah satu-satunya prajurit Angkatan Udara yang mencapai pangkat jenderal bintang dua yang berasal dari jalur non pendidikan militer. Pada tahun 1964, saat Sri Diharto belum lulus ITB, ia diajak untuk bergabung dengan AURI. Ada dua anggota AURI yang datang ke ITB untuk mencari ahli yang mau mengabdikan ilmunya demi kemajuan Angkatan Udara (hal. 49). Sri Diharto langsung mendapat pangkat Letnan II dan ditugasi untuk mengembangkan komunikasi antariksa.
Setelah lulus dari ITB, ia mendapat penugasan untuk belajar roket ke Cranfield di Inggris. Hanya empat orang yang dipilih dari Angkatan Udara untuk mempelajari ilmu roket. Sri Diarto diminta mempelajari Electrict Flight Control, semacam sistem pengendalian roket. Sayang, saat ia kembali ke Indonesia proyek pengembangan roket tersebut dibatalkan.
Sri Diharto adalah salah satu prajurit TNI AU yang mendapat tugas rahasia ke Israel. Pada tahun 1975, tiba-tiba ia dipanggil untuk menghadap ke Badan Intelijen Strategis (BAIS) (hal. 116). Tanpa diberi tahu lebih dulu, ia harus berangkat dalam sebuah misi rahasia. Bahkan ia tidak boleh memberitahu keluarganya.
Dengan pakaian kasual ia diterbangkan ke Frankfurt. Dari Frankfurt terbang ke Tel Aviv. Ia masuk Tel Aviv dengan paspor Thailand. Ternyata ia diminta untuk menangani masalah elektronika pesawat yang akan digunakan di Indonesia. Istilah awamnya ia diminta untuk menjemput pesawat (tempur?) dari Israel untuk dibawa ke Indonesia.
baca juga: Jokowi: Indonesia Desak Perang Israel-Palestina Dihentikan
Penugasan Sri Diharto tidak terbatas di bidang kemiliteran. Ia juga ditugaskan di bidang sipil. Ia pernah ditugaskan sebagai Kepala Badan Metrologi dan Geofisika. Di bagian Pengantar, Prof Dr Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG mengakui bahwa di era Sri Diharto-lah modernisasi BMKG dimulai sehingga sekarang menjadi salah satu BMKG yang terbaik di Asia (hal. Xxii). Saat ditugaskan sebagai Komisaris BUMN PT Pelayaran Bahtera Adhiguna, Sri Diharto berhasil membenahi sistem gaji, sehingga tidak terjadi korupsi lagi di kalangan pegawainya.
Pencapaian Sri Diharto hingga sukses di dunia militer maupun sipil adalah berkat ketekunannya, ketertarikannya untuk mempelajari hal baru. Yang menarik, Sri Diharto memaknai TNI sebagai tansah nurut instruksi (selalu menuruti instruksi). Sebab menurut dia, sebagai seorang prajurit harus menjalankan perintah atasannya tanpa perlu bertanya.
baca juga: Apakah Israel Mengakui Kemerdekaan Indonesia?
Di ITB, anak bungsu R Soetardjo ini berkawan dengan Guntur Sukarno. Ia juga berkenalan dengan Megawati Soekarnoputri . Bahkan anak lelaki satu-satunya Rr Sri Sukamti ini menjadi pembimbing Megawati dalam praktikum mata kuliah Fisika. Saat itu Sri Diharto menjadi asisten mata kuliah Fisika di Universitas Padjadjaran, di mana Megawati adalah salah satu mahasiswa di universitas tersebut. Sri Diharto sempat dekat dengan Megawati. ”Saya waktu itu asisten idola, jadi perhatian saya kepada Mega pun mendapat sambutannya. Gayung bersambut,” tulisnya (hal. 22).
Sri Diharto adalah satu-satunya prajurit Angkatan Udara yang mencapai pangkat jenderal bintang dua yang berasal dari jalur non pendidikan militer. Pada tahun 1964, saat Sri Diharto belum lulus ITB, ia diajak untuk bergabung dengan AURI. Ada dua anggota AURI yang datang ke ITB untuk mencari ahli yang mau mengabdikan ilmunya demi kemajuan Angkatan Udara (hal. 49). Sri Diharto langsung mendapat pangkat Letnan II dan ditugasi untuk mengembangkan komunikasi antariksa.
Setelah lulus dari ITB, ia mendapat penugasan untuk belajar roket ke Cranfield di Inggris. Hanya empat orang yang dipilih dari Angkatan Udara untuk mempelajari ilmu roket. Sri Diarto diminta mempelajari Electrict Flight Control, semacam sistem pengendalian roket. Sayang, saat ia kembali ke Indonesia proyek pengembangan roket tersebut dibatalkan.
Sri Diharto adalah salah satu prajurit TNI AU yang mendapat tugas rahasia ke Israel. Pada tahun 1975, tiba-tiba ia dipanggil untuk menghadap ke Badan Intelijen Strategis (BAIS) (hal. 116). Tanpa diberi tahu lebih dulu, ia harus berangkat dalam sebuah misi rahasia. Bahkan ia tidak boleh memberitahu keluarganya.
Dengan pakaian kasual ia diterbangkan ke Frankfurt. Dari Frankfurt terbang ke Tel Aviv. Ia masuk Tel Aviv dengan paspor Thailand. Ternyata ia diminta untuk menangani masalah elektronika pesawat yang akan digunakan di Indonesia. Istilah awamnya ia diminta untuk menjemput pesawat (tempur?) dari Israel untuk dibawa ke Indonesia.
baca juga: Jokowi: Indonesia Desak Perang Israel-Palestina Dihentikan
Penugasan Sri Diharto tidak terbatas di bidang kemiliteran. Ia juga ditugaskan di bidang sipil. Ia pernah ditugaskan sebagai Kepala Badan Metrologi dan Geofisika. Di bagian Pengantar, Prof Dr Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG mengakui bahwa di era Sri Diharto-lah modernisasi BMKG dimulai sehingga sekarang menjadi salah satu BMKG yang terbaik di Asia (hal. Xxii). Saat ditugaskan sebagai Komisaris BUMN PT Pelayaran Bahtera Adhiguna, Sri Diharto berhasil membenahi sistem gaji, sehingga tidak terjadi korupsi lagi di kalangan pegawainya.
Pencapaian Sri Diharto hingga sukses di dunia militer maupun sipil adalah berkat ketekunannya, ketertarikannya untuk mempelajari hal baru. Yang menarik, Sri Diharto memaknai TNI sebagai tansah nurut instruksi (selalu menuruti instruksi). Sebab menurut dia, sebagai seorang prajurit harus menjalankan perintah atasannya tanpa perlu bertanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda