Lindungi Anak Indonesia dari Judi Online
Rabu, 24 Juli 2024 - 09:32 WIB
HARI Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli. Salah satu tujuan yang diharapkan dari peringatan hari anak ini adalah menyiapkan anak-anak Indonesia menjadi SDM yang berkualitas demi menyongsong Indonesia yang lebih maju. Tahun ini menjadi peringatan Hari Anak Nasional ke-40 dengan mengambil tema, Anak Terlindungi Indonesia Maju.
baca juga: Menkominfo: Indonesia Darurat Judi Online, Banyak Anak-anak Jadi Korban
Sedikit menengok ke belakang Hari Anak Nasional pertama kali dicetuskan oleh Kongres Wanita Indonesia (Kowani) pada 1951. Perayaannya mulai dilakukan pada 1952 semasa Presiden Soekarno menjabat. Hari Anak Nasional kemudian ditetapkan setiap 23 Juli melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 44/1984. Tanggal 23 Juli dipilih karena berkaitan tanggal pengesahan Undang-Undang tentang Kesejahteraan Anak pada 23 Juli 1979.
Kondisi kesejahteraan anak-anak di sebuah negara bisa menjadi tolak ukur bagaimana kesejahteraaan negara tersebut. Ambil contoh saja di negara-negara yang saat ini tengah berkecamuk perang, kondisi kesejahteraan anak-anak di sana juga memprihatinkan. Paling nyata seperti yang dialami anak-anak di Palestina.
Dari dalam negeri, ada informasi yang mengejutkan disampaikan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Sekitar 2,37 juta penduduk Indonesia dari berbagai strata sosial mulai rakyat jelata hingga politisi di parlemen terjerumus dalam judionline. PPATK mencatat nilai transaksi keuangan terkait dengan praktik judionline ini sangat besar. Jumlahnya mencapai lebih dari Rp600 triliun pada kuartal pertama 2024. Angka ini setara dengan 20 persen dari APBN.
Di balik transaksi jumbo judionlinesebagai sebuah kejahatan luar biasa, terkuak data yang sangat mengkhawatirkan terdapat hampir 500.000 anak-anak Indonesia berstatus pelajar dan mahasiswa terseret dalam judi online.
Kepala Satuan Tugas Pemberantasan Judi Online sekaligus Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan ( Menkopolhukam ) Hadi Tjahjanto menyebut, sekitar 2 persen dari pemain judionlineadalah anak di bawah umur atau kurang dari 10 tahun, jumlahnya 47.400 orang. Sedangkan antara 10--20 tahun sekitar 440.000 orang.
Dari data yang disampaikan oleh PPATK sudah bisa menggambarkan bagaimana kualitas anak-anak Indonesia saat ini. Ini bukan salah atau kegagalan anak-anak. Harus jujur diakui ini merupakan kegagalan sistem pendidikan di Indonesia dan juga perilaku kita sebagai orang tua.
tulis komentar anda