BPIP: Toleransi Dalam Pancasila Kunci Hentikan Kebencian dan Diskriminasi
Sabtu, 06 Juli 2024 - 16:43 WIB
Dalam konteks global, Benny menyoroti ketegangan antara Barat dan Timur, serta bagaimana peristiwa 9/11 telah membuka pintu bagi kajian menyeluruh tentang Islam. "Peristiwa 9/11 justru menjadi pintu membuka pandangan dan kajian menyeluruh tentang Islam yang sesungguhnya adalah agama yang menjunjung kemanusiaan. Kita sebagai negara Pancasila harus mampu menjiwai nilai-nilai keagamaan yang merangkum nilai kemanusiaan, keadaban, persatuan, dan keadilan sosial," paparnya.
Benny mengutip perkataan Bung Hatta mengenai nilai ketuhanan dalam dasar negara yang merupakan nilai tauhid, di mana manusia harus mampu mencerminkan nilai ketuhanan yang lengkap dengan merangkum kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan, dan keadilan. Menurut Benny, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang demokratis harus mampu merajut persaudaraan dan kemanusiaan serta membangun tatanan dunia baru di mana negara-negara berkembang dan negara-negara Islam dapat bersaing secara sehat dengan negara-negara Barat.
Benny mengidentifikasi akar dari Islamophobia sebagai penggunaan agama sebagai komoditas politik dan framing media yang negatif, yang menempatkan Islam sebagai antagonis. Menurutnya, yang diperlukan adalah pengetahuan dan pengertian mengenai Islam yang sesungguhnya sebagai penjaga kemanusiaan dan kedamaian untuk dunia yang lebih baik. "Islam turun untuk membawa kedamaian. Sebagai warga dunia, tidak boleh ada penistaan terhadap agama yang diturunkan sebagai sumber kedamaian," tegasnya.
Dalam menghadapi tantangan global dan isu-isu domestik, Indonesia dapat mengambil peran penting sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang demokratis, yang mampu menunjukkan Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan kedamaian.
“Dengan menjadikan Pancasila sebagai pondasi dasar yang mengaktualisasikan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan, Indonesia dapat terus mempromosikan persaudaraan dan harmoni di antara umat beragama, baik di dalam negeri maupun di panggung internasional,” tutup Benny
Ketua LSM Aspirasi Wati Salam Siswafi menyebut adanya ancaman kebencian dan diskriminasi bernuansa SARA terhadap keberagaman dan nasionalisme bangsa. "Kebencian dan diskriminasi terhadap identitas ini harus dihentikan demi membangun tatanan Indonesia dan dunia yang lebih baik. Toleransi harus terus digaungkan agar kita bisa bahu-membahu membangun Indonesia yang lebih baik," ujarnya saat membuka Podcast tersebut.
Pembicara selanjutnya, Ferdinand menekankan pentingnya hidup berdampingan dengan saling menghargai dan menghindari pendidikan khusus mengenai kebencian dan prasangka terhadap satu golongan.
"Islam diajarkan dan disiapkan untuk berdampingan dengan mereka yang berbeda identitas dengan saling menghormati. Kita tidak perlu pendidikan khusus mengenai kebencian dan prasangka, tetapi bagaimana kita hidup dengan nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari," ungkapnya.
Ferdinand menyatakan dengan hidup saling berdampingan dan menghormati, kebencian akan hilang dengan sendirinya. Menurutnya, yang diperlukan adalah gerakan dari hati nurani, bukan sekadar prasangka atau adu domba. Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama hidup berdampingan dan menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai.
Benny mengutip perkataan Bung Hatta mengenai nilai ketuhanan dalam dasar negara yang merupakan nilai tauhid, di mana manusia harus mampu mencerminkan nilai ketuhanan yang lengkap dengan merangkum kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan, dan keadilan. Menurut Benny, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang demokratis harus mampu merajut persaudaraan dan kemanusiaan serta membangun tatanan dunia baru di mana negara-negara berkembang dan negara-negara Islam dapat bersaing secara sehat dengan negara-negara Barat.
Benny mengidentifikasi akar dari Islamophobia sebagai penggunaan agama sebagai komoditas politik dan framing media yang negatif, yang menempatkan Islam sebagai antagonis. Menurutnya, yang diperlukan adalah pengetahuan dan pengertian mengenai Islam yang sesungguhnya sebagai penjaga kemanusiaan dan kedamaian untuk dunia yang lebih baik. "Islam turun untuk membawa kedamaian. Sebagai warga dunia, tidak boleh ada penistaan terhadap agama yang diturunkan sebagai sumber kedamaian," tegasnya.
Dalam menghadapi tantangan global dan isu-isu domestik, Indonesia dapat mengambil peran penting sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang demokratis, yang mampu menunjukkan Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan kedamaian.
“Dengan menjadikan Pancasila sebagai pondasi dasar yang mengaktualisasikan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan, Indonesia dapat terus mempromosikan persaudaraan dan harmoni di antara umat beragama, baik di dalam negeri maupun di panggung internasional,” tutup Benny
Ketua LSM Aspirasi Wati Salam Siswafi menyebut adanya ancaman kebencian dan diskriminasi bernuansa SARA terhadap keberagaman dan nasionalisme bangsa. "Kebencian dan diskriminasi terhadap identitas ini harus dihentikan demi membangun tatanan Indonesia dan dunia yang lebih baik. Toleransi harus terus digaungkan agar kita bisa bahu-membahu membangun Indonesia yang lebih baik," ujarnya saat membuka Podcast tersebut.
Pembicara selanjutnya, Ferdinand menekankan pentingnya hidup berdampingan dengan saling menghargai dan menghindari pendidikan khusus mengenai kebencian dan prasangka terhadap satu golongan.
"Islam diajarkan dan disiapkan untuk berdampingan dengan mereka yang berbeda identitas dengan saling menghormati. Kita tidak perlu pendidikan khusus mengenai kebencian dan prasangka, tetapi bagaimana kita hidup dengan nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari," ungkapnya.
Ferdinand menyatakan dengan hidup saling berdampingan dan menghormati, kebencian akan hilang dengan sendirinya. Menurutnya, yang diperlukan adalah gerakan dari hati nurani, bukan sekadar prasangka atau adu domba. Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama hidup berdampingan dan menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai.
(cip)
tulis komentar anda