BPIP: Toleransi Dalam Pancasila Kunci Hentikan Kebencian dan Diskriminasi

Sabtu, 06 Juli 2024 - 16:43 WIB
loading...
BPIP: Toleransi Dalam...
Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo menyebut toleransi dan persaudaran dalam Pancasila kunci menghentikan kebencian dan diskriminasi. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menyebut toleransi dan persaudaran dalam Pancasila merupakan kunci menghentikan kebencian dan diskriminasi. Peran umat dalam menjaga perdamaian dan menjadikan agama sebagai sumber inspirasi untuk memajukan kemanusiaan sangat penting.

Hal itu disampaikan Romo Benny saat menghadiri podcast yang digelar LSM Aspirasi mengenai pentingnya toleransi dan persaudaraan antarumat beragama serta melawan segala bentuk diskriminasi berbasis agama.

"Ini tanggung jawab umat beriman dalam menjaga perdamaian untuk menjadikan agama sebagai sumber inspirasi untuk memajukan kemanusiaan dan perdamaian. Setiap umat beriman dipanggil untuk mewujudkan persaudaraan sejati di antara umat manusia," ujarnya, Sabtu (6/7/2024).

Benny mengungkapkan, tantangan terbesar yang dihadapi umat beragama saat ini adalah bagaimana menjaga ruh perdamaian serta harmoni dan persaudaraan sejati. Menurut Benny, kecurigaan dan saling memojokkan harus dihilangkan agar tidak tumbuh menjadi kebencian yang lebih besar. Benny menekankan tindakan permusuhan dan kebencian terhadap simbol agama bukanlah ajaran agama, tetapi berasal dari oknum-oknum yang menyalahgunakan agama.



Benny kemudian mengaitkan nilai-nilai agama dengan Pancasila sebagai pondasi dasar yang mengaktualisasikan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan di Indonesia. "Sikap permusuhan dan kebencian terhadap simbol agama serta tindakan yang tidak sesuai dengan misi keagamaan bukan berasal dari agama itu sendiri, tetapi dari oknum-oknum yang menyalahgunakan agama. Saatnya agama mewujudkan persaudaraan antarumat manusia," tegas Benny.

Benny menambahkan, nilai-nilai Pancasila terutama nilai ketuhanan, menjiwai setiap sila lainnya yang mencakup kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Dengan menginternalisasikan nilai-nilai ini, setiap warga negara Indonesia dapat berkontribusi pada terwujudnya masyarakat yang harmonis dan damai.



"Kita bersyukur karena kita memiliki Pancasila yang menjadi penjaga perdamaian, tapi juga Pancasila sebagai pandangan hidup kita dan kepribadian kita. Pancasila itu yang menyatukan kita karena Pancasila itu pula yang mampu mewujudkan persaudaraan di antara umat beragama," ujarnya.

Dalam konteks global, Benny menyoroti ketegangan antara Barat dan Timur, serta bagaimana peristiwa 9/11 telah membuka pintu bagi kajian menyeluruh tentang Islam. "Peristiwa 9/11 justru menjadi pintu membuka pandangan dan kajian menyeluruh tentang Islam yang sesungguhnya adalah agama yang menjunjung kemanusiaan. Kita sebagai negara Pancasila harus mampu menjiwai nilai-nilai keagamaan yang merangkum nilai kemanusiaan, keadaban, persatuan, dan keadilan sosial," paparnya.

Benny mengutip perkataan Bung Hatta mengenai nilai ketuhanan dalam dasar negara yang merupakan nilai tauhid, di mana manusia harus mampu mencerminkan nilai ketuhanan yang lengkap dengan merangkum kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan, dan keadilan. Menurut Benny, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang demokratis harus mampu merajut persaudaraan dan kemanusiaan serta membangun tatanan dunia baru di mana negara-negara berkembang dan negara-negara Islam dapat bersaing secara sehat dengan negara-negara Barat.

Benny mengidentifikasi akar dari Islamophobia sebagai penggunaan agama sebagai komoditas politik dan framing media yang negatif, yang menempatkan Islam sebagai antagonis. Menurutnya, yang diperlukan adalah pengetahuan dan pengertian mengenai Islam yang sesungguhnya sebagai penjaga kemanusiaan dan kedamaian untuk dunia yang lebih baik. "Islam turun untuk membawa kedamaian. Sebagai warga dunia, tidak boleh ada penistaan terhadap agama yang diturunkan sebagai sumber kedamaian," tegasnya.

Dalam menghadapi tantangan global dan isu-isu domestik, Indonesia dapat mengambil peran penting sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang demokratis, yang mampu menunjukkan Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan kedamaian.

“Dengan menjadikan Pancasila sebagai pondasi dasar yang mengaktualisasikan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan, Indonesia dapat terus mempromosikan persaudaraan dan harmoni di antara umat beragama, baik di dalam negeri maupun di panggung internasional,” tutup Benny

Ketua LSM Aspirasi Wati Salam Siswafi menyebut adanya ancaman kebencian dan diskriminasi bernuansa SARA terhadap keberagaman dan nasionalisme bangsa. "Kebencian dan diskriminasi terhadap identitas ini harus dihentikan demi membangun tatanan Indonesia dan dunia yang lebih baik. Toleransi harus terus digaungkan agar kita bisa bahu-membahu membangun Indonesia yang lebih baik," ujarnya saat membuka Podcast tersebut.

Pembicara selanjutnya, Ferdinand menekankan pentingnya hidup berdampingan dengan saling menghargai dan menghindari pendidikan khusus mengenai kebencian dan prasangka terhadap satu golongan.

"Islam diajarkan dan disiapkan untuk berdampingan dengan mereka yang berbeda identitas dengan saling menghormati. Kita tidak perlu pendidikan khusus mengenai kebencian dan prasangka, tetapi bagaimana kita hidup dengan nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari," ungkapnya.

Ferdinand menyatakan dengan hidup saling berdampingan dan menghormati, kebencian akan hilang dengan sendirinya. Menurutnya, yang diperlukan adalah gerakan dari hati nurani, bukan sekadar prasangka atau adu domba. Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama hidup berdampingan dan menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1223 seconds (0.1#10.140)