Hoegeng, Jenderal Antisuap Hidup Pas-pasan dari Gaji Polisi

Minggu, 30 Juni 2024 - 05:15 WIB
Dua bulan kemudian, saat rumah dinas di Jalan Rivai siap dihuni, Hoegeng terkejut karena rumah dinasnya sudah penuh barang-barang mewah. Mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal. Rupanya barang-barang mewah itu pemberian dari para bandar judi. Utusan yang menemui Hoegeng di Pelabuhan Belawan datang lagi. Namun Hoegeng malah meminta agar barang-barang mewah itu dikeluarkan dari rumahnya.

Hingga waktu yang ditentukan, utusan itu tidak juga memindahkan barang-barang mewah tersebut. Hoegeng kemudian memerintahkan polisi pembantunya dan para kuli angkut mengeluarkan barang-barang itu dari rumahnya diletakkan begitu saja di depan rumah. Bagi Hoegeng itu lebih bijak daripada menistakan sumpah jabatan dan sumpah sebagai Anggota Polri. Hoegeng geram mendapati para polisi, Jaksa dan Tentara disuap dan hanya menjadi kacung para bandar judi.

"Sebuah kenyataan yang amat memalukan," katanya geram.



2. Tegas dan Tahan Godaan

Selama bertugas di Medan, Sumut, Hoegeng gencar memerangi penyelundupan. Dia tak peduli siapa beking penyelundup tersebut, semua disikat. Salah satunya seorang pengusaha wanita berparas cantik. Dia berupaya mengajak damai Hoegeng dengan mengirimkan berbagai hadiah mewah ke alamat rumah Hoegeng. Tentu saja Hoegeng menolak mentah-mentah. Hadiah tersebut pun langsung dikembalikan oleh Hoegeng.

Namun si wanita tak patah arang, dia terus membujuk Jenderal Hoegeng. Hoegeng terheran-heran karena para koleganya di kepolisian dan kejaksaan memintanya melepaskan wanita cantik itu. Hoegeng heran lantaran mengapa begitu banyak pejabat yang berusaha menolong pengusaha wanita tersebut.

Belakangan Hoegeng memperoleh kabar bahwa wanita itu tak segan-segan tidur dengan pejabat demi melancarkan aksi penyelundupannya. Hoegeng hanya bisa mengelus dada prihatin menyaksikan koleganya yang terbius uang dan rayuan wanita.

3. Jujur dan Sederhana

Hoegeng hanya mengandalkan gaji dari kepolisian untuk menghidupi keluarganya. Karena itu, istri Hoegeng, Merry Roeslani membuka toko bunga. Toko bunga itu pun laris dan terus berkembang. Namun sehari sebelum Hoegeng akan dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi (kini jabatan ini disebut Dirjen Imigrasi) tahun 1960, Hoegeng meminta Merry menutup toko bunga tersebut. Tentu saja hal ini menjadi pertanyaan istrinya. Apa hubungannya dilantik menjadi kepala jawatan Imigrasi dengan menutup toko bunga.

"Nanti semua orang yang berurusan dengan Imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang ibu, dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya," kata Hoegeng.

Istri Hoegeng yang selalu mendukung suaminya untuk menerapkan kejujuran, ia memahami maksud permintaan Hoegeng. Dia rela menutup toko bunga yang sudah maju dan besar itu. "Bapak tak ingin orang-orang beli bunga di toko itu karena jabatan bapak,” kata Merry.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More