BNPT Ungkap Sel-sel Teroris Terus Bekerja di Bawah Permukaan meski Tak Ada Serangan

Kamis, 27 Juni 2024 - 17:39 WIB
Kepala BNPT Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengungkap jaringan teroris di Indonesia saat menghadiri rapat bersama Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/6/2024). Foto: Ist
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengungkap sampai saat ini sel-sel jaringan teroris di Indonesia masih terus bekerja di bawah permukaan meski tidak ada aksi serangan. Ini disampaikan Kepala BNPT Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel saat menghadiri rapat bersama Komisi III DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/6/2024).

"Kita harus tetap waspada, kita tidak boleh lengah. Ternyata di bawah permukaan, proses radikalisasi dan penguatan sel-sel ini masih terus berjalan," ujarnya.



Dia menjelaskan, ada tiga indikator yang menunjukkan sel-sel terorisme yang dianggap tidur ini terus melakukan konsolidasi. Indikator pertama, jumlah penangkapan terhadap pelaku-pelaku kasus teror semakin meningkat dibanding tahun sebelumnya meski aksi terornya nihil atau tidak ada tindakan.



"Kemudian, penyitaan barang bukti senjata api, senjata tajam, jumlahnya jauh lebih besar. Padahal, di atas permukaan zero terorist attack," katanya.

Indikator kedua adalah peningkatan fundraising atau pengumpulan dana-dana dengan memanfaatkan berbagai momentum. Ada berbagai modus yang digunakan mereka dalam mengumpulkan dana.

"Kita tahu warga negara Indonesia, kita ini bangsa yang sangat murah hati, generous. Kita minta sumbangan dititipkan di masjid, musala, bahkan ditaruh di persimpangan lampu merah pun jadi uang. Ada gambar gunung meletus, gambar musibah, ada orang cacat difoto ditempel di kotak jadi uang. Bahkan, kuburan difoto ditempelin di kotak ditaruh di masjid ditulis suatu saat anda akan masuk ke sini, jadi duit juga," ungkap Rycko.

"Ini salah satu indikatornya. Densus 88 bersama kementerian/lembaga kita telah menertibkan itu, yang ujungnya adalah untuk melaksanakan, mendukung fundraising sel-sel yang kita anggap tidur ini tadi, itu indikator yang kedua," sambungnya.

Indikator ketiga, terjadi peningkatan proses radikalisasi di kalangan masyarakat Indonesia. Rcyko menyampaikan bahwa sejak 2016 BNPT memiliki 30 kontributor peneliti yang melakukan penelitian di kalangan remaja,dalam hal ini anak-anak SMA di kota-kota besar.

"Ternyata terjadi peningkatan proses radikalisasi di kalangan remaja, anak-anak dan perempuan. Meskipun peningkatannya dari 2016 sampai saat ini hanya satu digit, tapi kalau satu digit dikalikan jumlah generasi muda kita, jumlahnya sangat besar," katanya.
(jon)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More