Wasekjen PKB Sebut PKS Blunder karena Usung Anies-Sohibul Iman
Rabu, 26 Juni 2024 - 17:49 WIB
JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ) Syaiful Huda menganggap PKS telah melakukan blunder di Pilkada Jakarta 2024. PKS telah resmi mengusung duet Anies Baswedan dan Sohibul Iman sebagai pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur.
"Di mata saya sih blunder menurut saya. Itu yang saya sebut komunikasi politik yang semacam ini akan menutup pintu partai-partai lain untuk bisa bermitra dan poros koalisi ini," kata Huda di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (26/6/2024).
Huda menilai ada kegamangan di internal PKS karena sebelumnya mengumumkan Sohibul Iman sebagai calon gubernur. Ada komunikasi politik yang salah dilakukan oleh PKS.
"Itu artinya ada kegamangan, ada komunikasi publiknya yang mungkin dianggap salah dan perlu dikoreksi, dan problem ikutannya adalah lalu langsung memasangkan antara pasangan mas Anies dan mas Sohibul Iman," ujarnya.
Ketua Komisi X DPR itu mengaku belum tahu apakah sikap ini bakal menurunkan peluang PKB untuk mengusung Anies Baswedan. Saat ini, PKB masih menimbang-nimbang nama Anies yang diusulkan oleh DPW PKB Jakarta sebagai calon gubernur. Sementara, PKB masih mensimulasikan dua nama calon gubernur yaitu, Anies Baswedan dan Ida Fauziah.
"Ya saya belum tahu ya, apakah itu berefek atau tidak. Tapi yang pasti di luar manuver PKS ini, PKB masih concern ngurus figur Mas Anies yang kebetulan sudah direkomendasikan oleh temen-temen DPW PKB Jakarta. Kebetulan di Desk Pilkada DPP sendiri itu masih ada dua nama yang terus kami simulasikan, ada Mas Anies, ada Mba Ida Fauziah, Menaker sekarang yang kebetulan lolos juga dari dapil DKI Jakarta," tuturnya.
Menurut Huda, duet Anies-Sohibul ini masih bisa berubah karena PKS belum bisa mencalonkan gubernur sendiri. PKS hanya memiliki 18 kursi dari 22 kursi yang dibutuhkan untuk mencalonkan gubernur.
"Jadi apa yang diskenariokan oleh PKS sebenarnya masih dalam peluang yang sangat cair. Cair dalam pengertian kan tentu kalau ada partai yang mengusung dua sosok sekaligus baik sebagai calon gubernur dan wakil gubernur, itu kan secara fatsun politik partai yang sudah mempunyai golden tiket, mempunyai 20 persen. Nah kita tahu temen-temen kita PKS memang menang di pemilu legislatif kemarin. Tapi belum melampaui 20% karena baru 18 kursi sementara 20%-nya 22 kursi," katanya.
Oleh Karena itu, kata dia, langkah politik PKS itu berbahaya karena bisa membuat jalan buntu komunikasi dengan partai lain. Sehingga PKS tidak mendapatkan rekan koalisi untuk mengusung calon gubernur.
"Jadi menurut saya model memborong begini, memborong figur untuk partai yang tidak memenuhi dan tidak punya golden tiket menurut saya bahaya itu, bahaya," katanya.
"Di mata saya sih blunder menurut saya. Itu yang saya sebut komunikasi politik yang semacam ini akan menutup pintu partai-partai lain untuk bisa bermitra dan poros koalisi ini," kata Huda di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (26/6/2024).
Huda menilai ada kegamangan di internal PKS karena sebelumnya mengumumkan Sohibul Iman sebagai calon gubernur. Ada komunikasi politik yang salah dilakukan oleh PKS.
"Itu artinya ada kegamangan, ada komunikasi publiknya yang mungkin dianggap salah dan perlu dikoreksi, dan problem ikutannya adalah lalu langsung memasangkan antara pasangan mas Anies dan mas Sohibul Iman," ujarnya.
Ketua Komisi X DPR itu mengaku belum tahu apakah sikap ini bakal menurunkan peluang PKB untuk mengusung Anies Baswedan. Saat ini, PKB masih menimbang-nimbang nama Anies yang diusulkan oleh DPW PKB Jakarta sebagai calon gubernur. Sementara, PKB masih mensimulasikan dua nama calon gubernur yaitu, Anies Baswedan dan Ida Fauziah.
"Ya saya belum tahu ya, apakah itu berefek atau tidak. Tapi yang pasti di luar manuver PKS ini, PKB masih concern ngurus figur Mas Anies yang kebetulan sudah direkomendasikan oleh temen-temen DPW PKB Jakarta. Kebetulan di Desk Pilkada DPP sendiri itu masih ada dua nama yang terus kami simulasikan, ada Mas Anies, ada Mba Ida Fauziah, Menaker sekarang yang kebetulan lolos juga dari dapil DKI Jakarta," tuturnya.
Baca Juga
Menurut Huda, duet Anies-Sohibul ini masih bisa berubah karena PKS belum bisa mencalonkan gubernur sendiri. PKS hanya memiliki 18 kursi dari 22 kursi yang dibutuhkan untuk mencalonkan gubernur.
"Jadi apa yang diskenariokan oleh PKS sebenarnya masih dalam peluang yang sangat cair. Cair dalam pengertian kan tentu kalau ada partai yang mengusung dua sosok sekaligus baik sebagai calon gubernur dan wakil gubernur, itu kan secara fatsun politik partai yang sudah mempunyai golden tiket, mempunyai 20 persen. Nah kita tahu temen-temen kita PKS memang menang di pemilu legislatif kemarin. Tapi belum melampaui 20% karena baru 18 kursi sementara 20%-nya 22 kursi," katanya.
Oleh Karena itu, kata dia, langkah politik PKS itu berbahaya karena bisa membuat jalan buntu komunikasi dengan partai lain. Sehingga PKS tidak mendapatkan rekan koalisi untuk mengusung calon gubernur.
"Jadi menurut saya model memborong begini, memborong figur untuk partai yang tidak memenuhi dan tidak punya golden tiket menurut saya bahaya itu, bahaya," katanya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda