BNPT Ajak Guru Terjemahkan Nilai Pancasila dalam Bahasa Kids Zaman Now
Rabu, 12 Juni 2024 - 16:56 WIB
"Para guru untuk banyak-banyak belajar. karena sekarang ini anak-anak bisa dikatakan lebih cerdas karena dia setiap saat selalu berinteraksi dengan dunia maya. Sekolah Damai ini ada karena anak-anak kita sekarang diserang. Gadget yang melekat pada anak menjadi ruang propaganda yang efektif membentuk anak menjadi pribadi yang intoleran," katanya.
Di tengah era digital yang sudah menguasai generasi muda, diperlukan strategi baru bagi seorang guru, baik guru bidang agama, guru bidang Pancasila, dan bidang lainnya, untuk dapat menanamkan nilai-nilai perdamaian, nilai-nilai positif melalui aplikasi yang ada di dunia maya.
Pada 2023, Indonesia zero terrorist attack atau tidak ada serangan teroris di Indonesia. Namun keberhasilan itu tidak boleh membuat lengah, justru kewaspadaan harus terus ditingkatkan. Pasalnya, saat ini terjadi perubahan pola strategi kelompok radikal terorisme, dimana kaum perempuan, remaja, dan anak-anak.
"Melalui Sekolah Damai inilah diharapkan, kita bisa menyelematkan anak-anak dan remaja dari paparan intoleransi, kekerasan, dan bullying, yang bisa mengarah ke radikal terorisme," katanya.
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo menyambut baik Sekolah Damai di SMAN 39. Ia berharap kegiatan ini membawa manfaat dalam melawan berbagai bentuk intoleransi, kekerasan, dan bullying di satuan pendidikan.
"Bicara intoleransi tentunya menjadi salah satu penyebab terjadinya perundungan atau bullying di lingkungan satuan pendidikan. Ini jelas menimbulkan lingkungan sekolah tidak kondusif. Intinya, isu intoleransi, kekerasan, dan bullying masalah serius yang sangat mengganggu tatanan di sekolah," katanya.
Sebenarnya, lanjut Purwosusilo, Disdik DKI Jakarta telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 0061/SE/2023 tentang Tim Pencegahan dan Peneangan Kekerasan (TPPK) di lingkungan satuan pendidikan. Keberadaan TPPK itu untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Ia berharap keberadaan SE tidak hanya secara administratif, tetapi harus fokus dengan implementasi di setiap sekolah. Nantinya TPPK masing-masing sekolah setiap istirahat ada yang monitor tempat-tempat tertentu yang memungkinkan anak-anak melakukan sesuatu yang tidak terpantau.
"Selain itu juga mendorong pserta didik untuk melapor jika mengalami intoleransi dan bullying, juga bila melihat orang lain di bullying. Maka siapkan kanan aduan sehingga bisa lebih mudah melakukan pemetaan," ucapnya.
Hadir dalam hari pertama Sekolah Damai di SMAN 39 Jakarta ini Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel Cpl Hendro Wicaksono, Wakil Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaah Provinsi DKI Jakarta Purwosusilo, dan Kepala SMAN 39 Wahyu Murniningsih. Sebagai narasumber antara lain staf ahli BNPT M Suaib Tahir, penulis dan pakar literasi HM Sofa Ihsan, mantan napiter Iqbal Husaini, dan Prof Rena Latifa dari UIN Syarif Hidayatullah.
Di tengah era digital yang sudah menguasai generasi muda, diperlukan strategi baru bagi seorang guru, baik guru bidang agama, guru bidang Pancasila, dan bidang lainnya, untuk dapat menanamkan nilai-nilai perdamaian, nilai-nilai positif melalui aplikasi yang ada di dunia maya.
Pada 2023, Indonesia zero terrorist attack atau tidak ada serangan teroris di Indonesia. Namun keberhasilan itu tidak boleh membuat lengah, justru kewaspadaan harus terus ditingkatkan. Pasalnya, saat ini terjadi perubahan pola strategi kelompok radikal terorisme, dimana kaum perempuan, remaja, dan anak-anak.
"Melalui Sekolah Damai inilah diharapkan, kita bisa menyelematkan anak-anak dan remaja dari paparan intoleransi, kekerasan, dan bullying, yang bisa mengarah ke radikal terorisme," katanya.
Sementara itu, Wakil Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Purwosusilo menyambut baik Sekolah Damai di SMAN 39. Ia berharap kegiatan ini membawa manfaat dalam melawan berbagai bentuk intoleransi, kekerasan, dan bullying di satuan pendidikan.
"Bicara intoleransi tentunya menjadi salah satu penyebab terjadinya perundungan atau bullying di lingkungan satuan pendidikan. Ini jelas menimbulkan lingkungan sekolah tidak kondusif. Intinya, isu intoleransi, kekerasan, dan bullying masalah serius yang sangat mengganggu tatanan di sekolah," katanya.
Sebenarnya, lanjut Purwosusilo, Disdik DKI Jakarta telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 0061/SE/2023 tentang Tim Pencegahan dan Peneangan Kekerasan (TPPK) di lingkungan satuan pendidikan. Keberadaan TPPK itu untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Ia berharap keberadaan SE tidak hanya secara administratif, tetapi harus fokus dengan implementasi di setiap sekolah. Nantinya TPPK masing-masing sekolah setiap istirahat ada yang monitor tempat-tempat tertentu yang memungkinkan anak-anak melakukan sesuatu yang tidak terpantau.
"Selain itu juga mendorong pserta didik untuk melapor jika mengalami intoleransi dan bullying, juga bila melihat orang lain di bullying. Maka siapkan kanan aduan sehingga bisa lebih mudah melakukan pemetaan," ucapnya.
Hadir dalam hari pertama Sekolah Damai di SMAN 39 Jakarta ini Kasubdit Kontra Propaganda BNPT Kolonel Cpl Hendro Wicaksono, Wakil Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaah Provinsi DKI Jakarta Purwosusilo, dan Kepala SMAN 39 Wahyu Murniningsih. Sebagai narasumber antara lain staf ahli BNPT M Suaib Tahir, penulis dan pakar literasi HM Sofa Ihsan, mantan napiter Iqbal Husaini, dan Prof Rena Latifa dari UIN Syarif Hidayatullah.
tulis komentar anda