Kepala BKKBN Apresiasi Penurunan Angka Stunting di Kabupaten Maluku Tenggara

Selasa, 28 Mei 2024 - 16:20 WIB
"Pesan saya juga jangan terlalu tua. Kalau jomblonya terlalu lama, tidak baik bagi perempuan. Karena kehamilan di atas 35 tahun juga berisiko tinggi. Makanya, saya apresiasi mencegah stunting dimulai dari keluarga yang betul-betul patuh dan menikah di usia dewasa," katanya.

Hasto berharap Kabupaten Maluku Tenggara terus melakukan pengukuran serentak terkait data stunting di wilayah tersebut. Selanjutnya dilihat lagi melalui penimbangan di Juni. Menteri Kesehatan yang akan mereview angka itu, karena data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) belum dapat dikonfirmasi.

"Sampel SKI masih sedikit. Kalau sampelnya sedikit belum tentu mewakili, sehingga angkanya itu belum tentu benar. Sehingga yang kita tunggu bulan Mei-Juni ini lakukanlah pengukuran serentak dulu," kata Hasto.

"Angka stunting tidak usah dipikirkan dulu. Saya lebih percaya angkanya Pak Bupati yang dari e-PPGBM di mana angkanya sudah 16%. Makanya, Pak Menteri Kesehatan dan Pak Wapres minta di review. Jadi, tidak usah berkecil hati," ujarnya.

Hasto menambahkan di Maluku satu perempuan rata-rata melahirkan 2,5 anak, tertinggi terjadi di NTT. Pada prinsipnya jarak kelahiran antaranak penting dipahami, minimal tiga tahun. Pasalnya, stunting juga disebabkan jarak kelahiran yang terlalu dekat.

"Kalau baru menyusui sudah hamil, waduh itu celaka betul. Untuk itu, jarak hamilnya dibuat tiga tahun, menyusui dua tahun atau 24 bulan," pungkasnya.

Diingatkan, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) penting diturunkan. Ini karena derajat kesehatan suatu wilayah diukur dari angka kematian ibu dan bayi. Kalau angka kematian ibu dan bayi tinggi, derajat kesehatan suatu wilayah itu rendah di mata WHO dan negara-negara lain.

"Kita dianggap rendah kalau kematian ibu dan bayinya tinggi. Kalau angka kematian ibunya tinggi, bayinya banyak yang terlantar akhirnya bayinya stunting," imbuhnya.

Hasto mengingatkan jangan sampai masyarakat menua tapi belum kaya, karena akan membebani generasi produktif. Sehingga jendela peluang bonus demografi sulit diraih. Secara nasional, kata Hasto puncak bonus demografi terjadi pada 2025. Namun kenyatannya maju menjadi di 2020. Hal ini karena jumlah orang tua semakin banyak. "Bonus demografi itu sulit dicegah," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Hasto meluncurkan Sekolah Lansia di Kabupaten Maluku Tenggara di Desa Wearlilir. Hasto menyebut baru pertama kali ia me-launching Sekolah Lansia di tingkat desa.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More