Fenomena Takjil War Viral, Muhammadiyah: Wujud Kerukunan Umat
Kamis, 21 Maret 2024 - 14:29 WIB
JAKARTA - Berburu takjil di bulan puasa sudah menjadi tradisi sebelum berbuka. Keseruan ini tidak hanya dirasakan oleh umat muslim yang berpuasa, tetapi semua kalangan. Hal ini pun sedang viral tren para nonmuslim yang turut berburu takjil.
Meskipun tidak menjalankan ibadah puasa, mereka juga terlihat antusias untuk berburu takjil. Menariknya, para nonmuslim yang berburu takjil ini sudah mencuri start terlebih dahulu, karena sudah mulai berburu aneka makanan dan minuman sejak pukul 15.00 sore, sampai-sampai muncul istilah Takjil War.
Merespons hal tersebut, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad menilai, fenomena tersebut menjadi bukti adanya kerukunan antarumat beragama.
"Seperti orang Islam untuk ikut libur Natal. Ikut libur Nyepi. Hidup bersama dengan rukun," kata Dadang dikutip dalam laman resmi Muhammadiyah, Kamis (21/3/2024).
Dadang menilai, fenomena nonmuslim tapi ikut berburu takjil merupakan sesuatu hal wajar. Ia mengatakan, justru hal tersebut membawa manfaat bagi para penjual takjil.
"Wajar saja memang dalam kehidupan sekarang, dalam pergaulan antarbudaya, saling mempengaruhi satu sama lain. Juga ada pengaruh ekonomi," ujarnya.
Menurutnya, berburu takjil berarti berbelanja makanan. Sehingga terjadi transaksi ekonomi dan keberkahan bagi seluruh umat.
"Menjadi keberkahan tersendiri bagi penjual takjil, dan membantu pertumbuhan ekonomi selama bulan Ramadan," tutupnya.
Meskipun tidak menjalankan ibadah puasa, mereka juga terlihat antusias untuk berburu takjil. Menariknya, para nonmuslim yang berburu takjil ini sudah mencuri start terlebih dahulu, karena sudah mulai berburu aneka makanan dan minuman sejak pukul 15.00 sore, sampai-sampai muncul istilah Takjil War.
Merespons hal tersebut, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad menilai, fenomena tersebut menjadi bukti adanya kerukunan antarumat beragama.
"Seperti orang Islam untuk ikut libur Natal. Ikut libur Nyepi. Hidup bersama dengan rukun," kata Dadang dikutip dalam laman resmi Muhammadiyah, Kamis (21/3/2024).
Dadang menilai, fenomena nonmuslim tapi ikut berburu takjil merupakan sesuatu hal wajar. Ia mengatakan, justru hal tersebut membawa manfaat bagi para penjual takjil.
"Wajar saja memang dalam kehidupan sekarang, dalam pergaulan antarbudaya, saling mempengaruhi satu sama lain. Juga ada pengaruh ekonomi," ujarnya.
Menurutnya, berburu takjil berarti berbelanja makanan. Sehingga terjadi transaksi ekonomi dan keberkahan bagi seluruh umat.
"Menjadi keberkahan tersendiri bagi penjual takjil, dan membantu pertumbuhan ekonomi selama bulan Ramadan," tutupnya.
(maf)
tulis komentar anda