BNPT Gelar FGD Peran Media Massa Cegah Radikal Terorisme
Rabu, 20 Maret 2024 - 17:49 WIB
Hamli mengungkapkan, saat ini JI masih melakukan propaganda dengan cara yang lebih halus, rekrutmen tetap berjalan, militan dan bisa me-maintainance orang-orangnya. Sedangkan, JAD, sejak penangkapan anggotanya cukup banyak, organisasi ini mulai mencari bentuk baru lagi.
"Solidaritas komunal dengan memanfaatkan isu perang Gaza untuk menyerang tempat yang terkait Yahudi sudah mulai dilakukan pelaku teror di negara lain seperti di Eropa. Semoga di negara kita tidak terjadi," kata Hamli.
Menurut Hamli, media massa dapat berperan dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat dengan tidak mengglorifikasi isu terkait kelompok radikal. "Media massa juga perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait hal-hal yg menjadi cikal bakal gerakan maupun propganda kearah radikal terorisme," kata Hamli.
Sedangkan Wakil Ketua Dewan Pers, Muhammad Agung Dharmajaya mengatakan, pers perlu berhati-hati dalam menyajikan berita soal terorisme. "Harus benar-benar dipikirkan dampaknya dari sebuah pemberitaan yang disajikan. Jangan sampai hanya karena mengejar rating atau pembaca yang banyak lalu mengorbankan kepentingan orang lain lebih banyak," kata Agung.
Sebagai contoh, Agung menyebut dalam pemberitaan pelaku teroris, media massa menyebut asal usul pelaku teroris tersebut, misal daerah tertentu atau agama tertentu. Juga memberitakan tentang keluarganya, istri dan anak-anaknya."Hal semacam ini harus dijaga betul, jangan sampai merugikan pihak lain yang lebih banyak," kata Agung.
"Solidaritas komunal dengan memanfaatkan isu perang Gaza untuk menyerang tempat yang terkait Yahudi sudah mulai dilakukan pelaku teror di negara lain seperti di Eropa. Semoga di negara kita tidak terjadi," kata Hamli.
Menurut Hamli, media massa dapat berperan dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat dengan tidak mengglorifikasi isu terkait kelompok radikal. "Media massa juga perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait hal-hal yg menjadi cikal bakal gerakan maupun propganda kearah radikal terorisme," kata Hamli.
Sedangkan Wakil Ketua Dewan Pers, Muhammad Agung Dharmajaya mengatakan, pers perlu berhati-hati dalam menyajikan berita soal terorisme. "Harus benar-benar dipikirkan dampaknya dari sebuah pemberitaan yang disajikan. Jangan sampai hanya karena mengejar rating atau pembaca yang banyak lalu mengorbankan kepentingan orang lain lebih banyak," kata Agung.
Sebagai contoh, Agung menyebut dalam pemberitaan pelaku teroris, media massa menyebut asal usul pelaku teroris tersebut, misal daerah tertentu atau agama tertentu. Juga memberitakan tentang keluarganya, istri dan anak-anaknya."Hal semacam ini harus dijaga betul, jangan sampai merugikan pihak lain yang lebih banyak," kata Agung.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda