Pembajakan Akun Whatsapp Marak Lagi, Pelaku Biasanya Pakai Teknik Ini
Sabtu, 15 Agustus 2020 - 08:30 WIB
JAKARTA - Pembajakan akun whatsapp kembali marak terjadi. Beberapa waktu lalu, akun whatsapp menimpa anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Mochammad Afifuddin, Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ahmad Doli Kurnia Tanjung, dan Pemimpin Redaksi SINDO Media Djaka Susila.
Pelaku rata-rata memanfaatkan teknik social engineering. Ini merupakan teknik untuk mendapatkan informasi atau akses dengan cara memanipulasi korban secara halus dan tanpa disadari. Mungkin kita pernah mendapatkan pesan whatsapp dari teman yang tiba-tiba menanyakan posisi atau keberadaan kita, meminjam uang, dan minta dibelikan pulsa dan sebagainya.
Nomor whatsapp tersebut melakukan hal yang sama ke banyak orang dalam waktu yang berdekatan. Biasanya, nomor whatsapp itu sedang dalam penguasaan orang lain yang hendak menipu. Pengamat Teknologi Informasi (TI) Ruby Alamsyah mengatakan pelaku pembajakan whatsapp model itu merupakan pemain lokal.
(Baca: Hati-Hati! Nomor WhatsApp Pemred SINDO Media Dibajak)
“Enggak hacker atau ahli IT banget. Tapi mereka menargetkan atau berhasil karena ketidaktahuan korban terkait hal ini (pembajakan) atau (rendahnya) kesadaran berinternet warga kita. Ternyata tidak kelas bawah saja, tetapi kelas atas juga,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Jumat malam (14/8/2020).
Ruby menyatakan cara pembajakan akun whatsapp ini menggunakan teknik yang sederhana dan ada “kerja sama” dengan korban tanpa sadar. Pelaku memanfaatkan kelengahan pengguna dalam meretas akun whatsapp. Apalagi pengguna whatsapp jarang mengoptimalkan fitur keamanan yang tersedia. Ini celah utama yang digunakan pelaku.
Ruby menerangkan ada beberapa metode yang dilakukan pelaku untuk mengambil alih akun whatsapp seseorang. Pertama, pelaku mengetahui nomor calon korban. Kemudian, pelaku melakukan login dengan nomor tersebut sampai tiga kali.
Semua percobaan itu berbuah one time password (OTP) melalui SMS ke nomor korban. Maka, pelaku akan berusaha mendapatkan OTP itu dengan mengontak korban melalui facebook mesengger, direct message di Instagram, dan telepon langsung.
(Baca: Waspada Pembajakan Akun Medsos Kian Marak Sejak Pandemi, Influencer Jadi Sasaran Empuk)
Pelaku rata-rata memanfaatkan teknik social engineering. Ini merupakan teknik untuk mendapatkan informasi atau akses dengan cara memanipulasi korban secara halus dan tanpa disadari. Mungkin kita pernah mendapatkan pesan whatsapp dari teman yang tiba-tiba menanyakan posisi atau keberadaan kita, meminjam uang, dan minta dibelikan pulsa dan sebagainya.
Nomor whatsapp tersebut melakukan hal yang sama ke banyak orang dalam waktu yang berdekatan. Biasanya, nomor whatsapp itu sedang dalam penguasaan orang lain yang hendak menipu. Pengamat Teknologi Informasi (TI) Ruby Alamsyah mengatakan pelaku pembajakan whatsapp model itu merupakan pemain lokal.
(Baca: Hati-Hati! Nomor WhatsApp Pemred SINDO Media Dibajak)
“Enggak hacker atau ahli IT banget. Tapi mereka menargetkan atau berhasil karena ketidaktahuan korban terkait hal ini (pembajakan) atau (rendahnya) kesadaran berinternet warga kita. Ternyata tidak kelas bawah saja, tetapi kelas atas juga,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Jumat malam (14/8/2020).
Ruby menyatakan cara pembajakan akun whatsapp ini menggunakan teknik yang sederhana dan ada “kerja sama” dengan korban tanpa sadar. Pelaku memanfaatkan kelengahan pengguna dalam meretas akun whatsapp. Apalagi pengguna whatsapp jarang mengoptimalkan fitur keamanan yang tersedia. Ini celah utama yang digunakan pelaku.
Ruby menerangkan ada beberapa metode yang dilakukan pelaku untuk mengambil alih akun whatsapp seseorang. Pertama, pelaku mengetahui nomor calon korban. Kemudian, pelaku melakukan login dengan nomor tersebut sampai tiga kali.
Semua percobaan itu berbuah one time password (OTP) melalui SMS ke nomor korban. Maka, pelaku akan berusaha mendapatkan OTP itu dengan mengontak korban melalui facebook mesengger, direct message di Instagram, dan telepon langsung.
(Baca: Waspada Pembajakan Akun Medsos Kian Marak Sejak Pandemi, Influencer Jadi Sasaran Empuk)
tulis komentar anda