Petani Dinilai Salah Satu Pihak yang Rentan Terdampak Bencana
Jum'at, 14 Agustus 2020 - 14:51 WIB
Kemudian untuk akses terhadap pasar, TaniHUb memanfaatkan sistem online dan offline. "Harapannya dari hasil ini off taker-nya TaniHub, baik bisnis ke bisnis (B2B) atau bisnis ke konsumen (B2C), kita cari marketnya ke arah sana," paparnya.
"Harapannya dengan apa yang kita lakukan, semua masyarakat Indonesia memahami bahwa kita hidup di sini ada andil besar dari pertanian. Prinsip kita agriculture for everyone. Jangankan hasil pertanian, dengan kasih jempol aja anda jadi bagian dari pertanian Indonesia," tambah Bill.
Terkait pendanaan, melalui TaniHub, petai bisa mengajukan permintaan pendanaan melalui TaniFund. TaniFund akan melakukan verifikasi apakah proposal yang diajukan layak untuk didanai. "Kemudian sama-sama bikin RAB (rancangan anggaran biaya). Yang menentukan layak, bukan hanya TaniFund, kita diskusi dengan petaninya kira-kira yang ditanam punya nilai jual tidak saat panen?" ujar Bill.
Kemudian setelah dinilai layak yang disetujui, TaniFund akan melakukan penggalangan dana atau fundrising. Kemudian semua lender memberikan invest dana, kemudian mulai project pertanian. "Setelah panen, langsung dibeli oleh TaniHub, lalu produk dijual, setelah dijual bagi hasil, antara para lender dan petani," papar Bill.
Koordinator KRKP Said Abdullah menegaskan, KRKP sendiri mendukung berbagai inisiatif untuk membuat rantai pangan yang lebih berkeadilan bagi petani dan meyejahterakan petani. Di KRKP sendiri berkembang pemikiran bahwa dalam konteks pembelaan terhadap petani padi, tidak bisa lagi dengan pendekatan lama.
"Yang kalau dulu membayangkan kalau anda petani padi, diorganisir menjadi satu kelompok kemudian meningkat produksinya secara teknis," ujar pria yang akrab disapa Ayip itu.
Ternyata peningkatan produksi saja tidak cukup. Lalu persoalan berikut adalah bagaimana mengorganisir pemasaran bersama supaya mereka punya nilai lebih. "Petani itu nggak bisa juga. Karena orientasi mereka produksi dipaksa masuk wilayah yang secara nature bukan merka," jelasnya.
Karena itu diperlukan adanya kelembagaan baru. "Teman-teman bikin unit pemasaran. Teman-teman memperpendek rantai pasar sehingga langsung ke konsumen," ujar Ayip.
Dia menegaskan, saat ini pendekatan pembangunan pertanian memang harus diarahkan pada memperkuat taraf hidup petani. Proses usaha tani diakui masih membutuhkan pendampingan. Karena itu, harus ada proses kemitraan yang kuat, seperti yang sudah dilakukan Jaker PO di Ngawi dan start up pertanian seperti di TaniHub.
Di Indonesia, upaya-upaya ini memang sudah mulai dibangun. "Hanya saja, saat ini model kemitraannnya masih transaksional. Harusnya kemitraan yang didorong adalah basis kepemilikan," tegas Ayip.
"Harapannya dengan apa yang kita lakukan, semua masyarakat Indonesia memahami bahwa kita hidup di sini ada andil besar dari pertanian. Prinsip kita agriculture for everyone. Jangankan hasil pertanian, dengan kasih jempol aja anda jadi bagian dari pertanian Indonesia," tambah Bill.
Terkait pendanaan, melalui TaniHub, petai bisa mengajukan permintaan pendanaan melalui TaniFund. TaniFund akan melakukan verifikasi apakah proposal yang diajukan layak untuk didanai. "Kemudian sama-sama bikin RAB (rancangan anggaran biaya). Yang menentukan layak, bukan hanya TaniFund, kita diskusi dengan petaninya kira-kira yang ditanam punya nilai jual tidak saat panen?" ujar Bill.
Kemudian setelah dinilai layak yang disetujui, TaniFund akan melakukan penggalangan dana atau fundrising. Kemudian semua lender memberikan invest dana, kemudian mulai project pertanian. "Setelah panen, langsung dibeli oleh TaniHub, lalu produk dijual, setelah dijual bagi hasil, antara para lender dan petani," papar Bill.
Koordinator KRKP Said Abdullah menegaskan, KRKP sendiri mendukung berbagai inisiatif untuk membuat rantai pangan yang lebih berkeadilan bagi petani dan meyejahterakan petani. Di KRKP sendiri berkembang pemikiran bahwa dalam konteks pembelaan terhadap petani padi, tidak bisa lagi dengan pendekatan lama.
"Yang kalau dulu membayangkan kalau anda petani padi, diorganisir menjadi satu kelompok kemudian meningkat produksinya secara teknis," ujar pria yang akrab disapa Ayip itu.
Ternyata peningkatan produksi saja tidak cukup. Lalu persoalan berikut adalah bagaimana mengorganisir pemasaran bersama supaya mereka punya nilai lebih. "Petani itu nggak bisa juga. Karena orientasi mereka produksi dipaksa masuk wilayah yang secara nature bukan merka," jelasnya.
Karena itu diperlukan adanya kelembagaan baru. "Teman-teman bikin unit pemasaran. Teman-teman memperpendek rantai pasar sehingga langsung ke konsumen," ujar Ayip.
Dia menegaskan, saat ini pendekatan pembangunan pertanian memang harus diarahkan pada memperkuat taraf hidup petani. Proses usaha tani diakui masih membutuhkan pendampingan. Karena itu, harus ada proses kemitraan yang kuat, seperti yang sudah dilakukan Jaker PO di Ngawi dan start up pertanian seperti di TaniHub.
Di Indonesia, upaya-upaya ini memang sudah mulai dibangun. "Hanya saja, saat ini model kemitraannnya masih transaksional. Harusnya kemitraan yang didorong adalah basis kepemilikan," tegas Ayip.
Lihat Juga :
tulis komentar anda