Mengenal Literasi Digital Sejak Dini
Jum'at, 01 Maret 2024 - 23:00 WIB
Penjelasan mengenai literasi digital disampaikan oleh tiga narasumber. Paparan pertama disampaikan oleh Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kankemenag Kabupaten Tangerang Abdullah Hasyim yang menekankan peran penting kompetensi pada anak di era digitalisasi. Kompetensi yang dimaksud meliputi penggunaan internet secara bijak, memahami konsekuensi dan tanggung jawab sebagai pengguna internet serta mengedepankan etika saat berinternet. Untuk dapat memaksimalkan dampak positif digitalisasi, anak perlu mempelajari kompetensi baik dari teknologi maupun informasi digital.
“Apa yang adik-adik tanam didunia sosial itu dapat berimbas ke dunia nyata kalian. Kita harus bisa meningkatkan literasi digital kita untuk mengejar kecerdasan, ingat bahwa ketika kita menggunakan teknologi harus mengutamakan yang namanya etika, sebagai manusia kita harus bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak, agar bisa menjadi wadah yang baik di kehidupan kita sendiri dan orang lain,” tutur Abdullah.
Sementara narasumber kedua, Meithiana Indrasari yang merupakan akademisi UNITOMO & CER ACSB East Java, menyampaikan paparan yang berfokus pada salah satu pilar literasi digital, yaitu Keamanan Digital.
Meithiana mengibaratkan teknologi seperti mata koin, banyak peluang namun juga berbahaya. Pengguna layanan digital terutama anak perlu paham cara melindungi data terutama data pribadi yang bersifat rahasia. Hindari mencantumkan data pribadi di semua platform media sosial serta selalu waspada atas tautan yang dibagikan oleh pihak tidak dikenal. Biasakan berfikir kritis dan tidak mudah percaya pada informasi yang belum jelas sumbernya.
“Menjaga Keamanan Digital memang bukan hal sederhana. Namun hal ini perlu dilakukan untuk memastikan keamanan layanan internet yang kita gunakan. Pastikan keamanan dari gawai dan media digital yang kalian punya termasuk media sosial atau aplikasi yang menyangkut keuangan sebaiknya menggunakan password yang kuat dan pastikan mengaktifkan 2FA (Two-Factor Authentication) dan jangan pernah merespon panggilan telepon dan pesan yang ujungnya meminta data pribadi atau password/PIN,” tutur Meithiana.
Saat ini pengguna internet di Indonesia berasal dari segala kalangan dan usia. Pembicara kunci, Gisella Cia, dalam paparannya menyatakan keberadaan internet harus disikapi dengan bijak.
Menurutnya, kemudahan mengakses informasi, terutama untuk anak, harus diimbangi dengan pengawasan baik dari sekolah maupun orang tua. Anak harus diberi edukasi mengenai jejak digital agar mawas diri dalam menggunakan internet. Pemahaman mengenai fungsi dan peran internet, baik perangkat keras maupun lunak dapat membuat kita menjadi pengguna yang semakin cakap digital.
“Internet saat ini sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam lingkungan pendidikan. Berdasarkan kondisi ini, siswa siswi harus terus belajar menggunakan internet secara bijak, dengan mencari hal yang bermanfaat dari internet,” tuturnya.
Kegiatan Nobar ini kemudian ditutup oleh sesi tanya jawab antar peserta dan seluruh narasumber. Seorang siswa melontarkan pertanyaan mengenai cara menghapus jejak digital yang jelek, terutama apabila jejak digital tersebut terdapat di media sosial yang sudah tidak dapat kita akses?
Pertanyaan ini ditanggapi Meithiana Indrasari. Ia menegaskan bahwa tidak mudah menghapus jejak digital. “Yang dapat kita lakukan sebagai pengguna internet adalah mawas diri saat mengunggah sesuatu dan selalu kroscek kebenaran berita sebelum melakukan postingan. Meithiana menambahkan, lebih baik mencegah daripada mengobati,” katanya.
“Apa yang adik-adik tanam didunia sosial itu dapat berimbas ke dunia nyata kalian. Kita harus bisa meningkatkan literasi digital kita untuk mengejar kecerdasan, ingat bahwa ketika kita menggunakan teknologi harus mengutamakan yang namanya etika, sebagai manusia kita harus bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak, agar bisa menjadi wadah yang baik di kehidupan kita sendiri dan orang lain,” tutur Abdullah.
Sementara narasumber kedua, Meithiana Indrasari yang merupakan akademisi UNITOMO & CER ACSB East Java, menyampaikan paparan yang berfokus pada salah satu pilar literasi digital, yaitu Keamanan Digital.
Meithiana mengibaratkan teknologi seperti mata koin, banyak peluang namun juga berbahaya. Pengguna layanan digital terutama anak perlu paham cara melindungi data terutama data pribadi yang bersifat rahasia. Hindari mencantumkan data pribadi di semua platform media sosial serta selalu waspada atas tautan yang dibagikan oleh pihak tidak dikenal. Biasakan berfikir kritis dan tidak mudah percaya pada informasi yang belum jelas sumbernya.
“Menjaga Keamanan Digital memang bukan hal sederhana. Namun hal ini perlu dilakukan untuk memastikan keamanan layanan internet yang kita gunakan. Pastikan keamanan dari gawai dan media digital yang kalian punya termasuk media sosial atau aplikasi yang menyangkut keuangan sebaiknya menggunakan password yang kuat dan pastikan mengaktifkan 2FA (Two-Factor Authentication) dan jangan pernah merespon panggilan telepon dan pesan yang ujungnya meminta data pribadi atau password/PIN,” tutur Meithiana.
Saat ini pengguna internet di Indonesia berasal dari segala kalangan dan usia. Pembicara kunci, Gisella Cia, dalam paparannya menyatakan keberadaan internet harus disikapi dengan bijak.
Menurutnya, kemudahan mengakses informasi, terutama untuk anak, harus diimbangi dengan pengawasan baik dari sekolah maupun orang tua. Anak harus diberi edukasi mengenai jejak digital agar mawas diri dalam menggunakan internet. Pemahaman mengenai fungsi dan peran internet, baik perangkat keras maupun lunak dapat membuat kita menjadi pengguna yang semakin cakap digital.
“Internet saat ini sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam lingkungan pendidikan. Berdasarkan kondisi ini, siswa siswi harus terus belajar menggunakan internet secara bijak, dengan mencari hal yang bermanfaat dari internet,” tuturnya.
Kegiatan Nobar ini kemudian ditutup oleh sesi tanya jawab antar peserta dan seluruh narasumber. Seorang siswa melontarkan pertanyaan mengenai cara menghapus jejak digital yang jelek, terutama apabila jejak digital tersebut terdapat di media sosial yang sudah tidak dapat kita akses?
Pertanyaan ini ditanggapi Meithiana Indrasari. Ia menegaskan bahwa tidak mudah menghapus jejak digital. “Yang dapat kita lakukan sebagai pengguna internet adalah mawas diri saat mengunggah sesuatu dan selalu kroscek kebenaran berita sebelum melakukan postingan. Meithiana menambahkan, lebih baik mencegah daripada mengobati,” katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda