Roy Suryo Ungkap Sirekap KPU Sengaja Dimatikan Sementara untuk Manipulasi Suara Paslon Pilpres 2024
Kamis, 29 Februari 2024 - 02:34 WIB
JAKARTA - Pakar telematika Roy Suryo menuding Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) sempat sengaja dimatikan sementara untuk memanipulasi suara paslon Pilpres 2024. Dia membantah bahwa Sirekap mengalami serangan siber atau diretas.
Pada hari pencoblosan 14 Februari 2024 Sirekap dikabarkan mengalami serangan siber atau di-hack, seperti disampaikan Komisioner KPU Betty Epsilon Idroos. Bantahan Roy Suryo pun sangat serius.
“Sebenarnya bukan di-hack tapi memang dimatikan. Kenapa dimatikan? Karena untuk memasukan skrip, untuk memasukan program colongan,” ujar Roy bersama Koalisi Masyarakat Penyelamat Demokrasi Indonesia di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2024).
“Pada pukul 19 sekian, pada tabulasi di Sirekap sudah muncul persentase sama seperti quick count, yaitu paslon 01 sebesar 24 persen, paslon 02 sebesar 58 persen, dan paslon 03 sebesar 17 persen. Padahal itu hari pertama jam 7 malam, belum ada data TPS yang masuk, ada buktinya,” tambah dia.
Roy menjelaskan, penghentian sementara sistem penghitungan tersebut membuat jumlah suara yang masuk ke Sirekap tidak berubah atau mentok di angka awal meskipun ada penambahan suara. “Pada 14 Februari itu sengaja di-hold. Kemudian semua hal yang keluar akan masuk dalam perhitungan tadi, 24 persen, 58 persen, 17 persen. Jadi mau kapan pun, angkanya segitu. Ini tidak masuk akal,” kata Roy.
Pada hari pencoblosan 14 Februari 2024 Sirekap dikabarkan mengalami serangan siber atau di-hack, seperti disampaikan Komisioner KPU Betty Epsilon Idroos. Bantahan Roy Suryo pun sangat serius.
“Sebenarnya bukan di-hack tapi memang dimatikan. Kenapa dimatikan? Karena untuk memasukan skrip, untuk memasukan program colongan,” ujar Roy bersama Koalisi Masyarakat Penyelamat Demokrasi Indonesia di Plataran Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2/2024).
Baca Juga
“Pada pukul 19 sekian, pada tabulasi di Sirekap sudah muncul persentase sama seperti quick count, yaitu paslon 01 sebesar 24 persen, paslon 02 sebesar 58 persen, dan paslon 03 sebesar 17 persen. Padahal itu hari pertama jam 7 malam, belum ada data TPS yang masuk, ada buktinya,” tambah dia.
Roy menjelaskan, penghentian sementara sistem penghitungan tersebut membuat jumlah suara yang masuk ke Sirekap tidak berubah atau mentok di angka awal meskipun ada penambahan suara. “Pada 14 Februari itu sengaja di-hold. Kemudian semua hal yang keluar akan masuk dalam perhitungan tadi, 24 persen, 58 persen, 17 persen. Jadi mau kapan pun, angkanya segitu. Ini tidak masuk akal,” kata Roy.
(rca)
tulis komentar anda