Tionghoa dalam Pendidikan Sejarah di Indonesia

Kamis, 22 Februari 2024 - 05:11 WIB
Alih-alih membuat orang Tionghoa terasimilasi, apa yang dilakukan Orde Baru dalam meletakkan orang Tionghoa dalam narasi sejarah tersebut justru menimbulkan masalah sosial yang sangat parah. Praktik kekuasaan Orde Baru selama lebih dari 30 tahun sangat berdampak pada kontrol pikiran masyarakat tentang orang Tionghoa. Kontrol pikiran masyarakat ini mencapai puncaknya saat Peristiwa Mei 1998, di mana orang-orang Tionghoa menjadi korban politik (hal. 211).

Perubahan signifikan terjadi di era reformasi. Di era reformasi eksistensi orang Tionghoa mulai diakui. Perubahan penulisan Sejarah Nasional pun dilakukan untuk memberi ruang kepada peran Tionghoa dalam sejarah bangsa Indonesia. Di era reformasi, terjadi perubahan cara pandang tentang orang Tionghoa, yaitu upaya untuk memulihkan relasi (hal. 109).

Meski sudah mulai ada perubahan, namun masih banyak pekerjaan yang perlu diselesaikan supaya semangat rekonsiliasi dan membangun kebinekaan benar-benar bisa diwujudkan melalui sejarah dan Pelajaran sejarah bagi generasi muda.

Dalam buku ini Hendra Kurniawan melakukan kajian terhadap Buku Sejarah Nasional dan buku teks Pelajaran Sejarah untuk menggambarkan bagaimana posisi orang Tionghoa dalam sejarah nasional. Hendra Kurniawan memakai wacana kritis sebagai pisau analisis.

Hendra mengkaji buku-buku sejarah sebelum Orde Baru, buku Sejarah Nasional Indonesia (terbit 6 jilid) yang ditulis di masa Orde Baru, buku Sejarah Nasional Indonesia yang direvisi di masa Reformasi dan buku Indonesia Dalam Arus Sejarah (IDAS) sebagai latar belakang kajian terhadap buku teks Pelajaran Sejarah Kurikulum 2013 untuk SMA.

Secara ringkas, Hendra menuturkan bahwa penulisan sejarah tentang peran orang Tionghoa mengalami banyak kemunduran di era Orde Baru. Bahkan narasi peran orang Tionghoa lenyap dalam Sejarah Nasional Indonesia versi Orde Baru (hal. 9).

baca juga: 5 Negara ASEAN dengan Etnis Tionghoa Terbanyak

Di era reformasi, semangat untuk melakukan pemulihan relasi dilakukan. Termasuk dalam penulisan sejarah dan buku teks mata pelajaran sejarah. Hendra menyimpulkan bahwa dalam buku sejarah dan buku teks mata pelajaran sejarah, pada tahap seleksi, tema Tionghoa telah muncul hampir pada semua topik, namun dengan porsi yang beragam (hal. 203).

Meski telah terakomodasi melalui seleksi, Hendra menemukan bahwa narasi yang direproduksi dalam buku teks mata pelajaran sejarah masih belum beranjak dari Tionghoa sebagai pendatang, peran ekonomi, dan Tionghoa sebagai sasaran kebencian masyarakat (hal. 204).

Peran orang Tionghoa di berbagai bidang, seperti politik, militer, budaya, kuliner, pakaian, arsitektur, olahraga tidak dibicarakan sama sekali. Tampilnya peran Tionghoa yang serba terbatas ini menurut Hendra disebabkan oleh dua hal, yaitu warisan politik asimilasi dan cara berpikir Tionghoa sebagai the other. Cara pandang para penulis buku teks mata pelajaran sejarah yang seperti ini berpotensi mengecilkan peran orang Tiongha sebagai bagian dari Bangsa Indonesia seutuhnya.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More