Aktivis 98 Lihat Demokrasi Semakin Suram
Rabu, 14 Februari 2024 - 23:40 WIB
JAKARTA - Aktivis 98 Azwar Furgudyama mengatakan, pihaknya secara tegas mengawal jalannya demokrasi yang dinilai semakin suram. Belakangan ini, munculnya puluhan guru besar, dosen, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Universitas menyatakan sikap prihatin terhadap kemunduran demokrasi.
Berlandaskan persoalan itu, Azwar mengatakan mereka tetap konsisten dengan nilai-nilai diperjuangkan pada 1998, sekaligus menolak keras adanya pemimpin bakal menganut sistem diktator dalam kepemimpinannya.
"Perjuangan kita aktivis 98 mengawal cita-cita mengawal cita-cita reformasi yang pernah kita perjuangkan dulu, kita berjuang bukan semata-mata untuk persoalan kontestasi tapi lebih jauh dari itu kita aktivis 98 konsisten dengan nilai-nilai kita perjuangkan dulu," kata Azwar Furgudyama dalam podcast gerakan aktivis 98, Rabu (14/2/2024) malam.
"Kita menolak kediktatoran, kita menolak dengan keras cara-cara bernegara tidak baik sampai konsisten di garis itu," sambung dia.
Disinggung soal hasil quick count sementara menempatkan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul di atas 50 persen suara, Azwar mengaku sedih karena rakyat Indonesia akhirnya memilih pemimpin mempunyai masa lalu yang kelam.
Ditambah lagi, majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden dinilai cacat etik di Mahkamah Konstitusi (MK). Akhirnya membuat Anwar Usman lengser dari jabatannya sebagai Ketua MK karena dinilai melanggar etik.
"Kalau sementara quick count notabene diduga penculikan dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka hadir sebagai wakil presiden dengan cara tidak baik yaitu dengan konstitusi merubah pasal dan melihat ada nepotisme sangat kental sekali," papar Azwar.
"Kita melihat dua pasangan ini akhirnya jadi presiden dan wakil presiden secara pribadi dan moral saya sebagai warga merasa malu," katanya lagi.
Kendati begitu, Azwar menilai seandainya masyarakat jernih dan pandai melihat rekam jejak, ia menyakini Prabowo Subianto tidak akan terpilih sebagai Presiden RI periode 2024 - 2029."Menurut saya rakyat Indonesia sebegitu tega dipimpin oleh orang yang tangannya berdarah-darah pada masa lalu, artinya informasi ini banyak masyarakat tidak tahu, kalau rakyat Indonesia tahu, saya yakin tidak akan dipilih apalagi menang," tutur Azwar.
Berlandaskan persoalan itu, Azwar mengatakan mereka tetap konsisten dengan nilai-nilai diperjuangkan pada 1998, sekaligus menolak keras adanya pemimpin bakal menganut sistem diktator dalam kepemimpinannya.
"Perjuangan kita aktivis 98 mengawal cita-cita mengawal cita-cita reformasi yang pernah kita perjuangkan dulu, kita berjuang bukan semata-mata untuk persoalan kontestasi tapi lebih jauh dari itu kita aktivis 98 konsisten dengan nilai-nilai kita perjuangkan dulu," kata Azwar Furgudyama dalam podcast gerakan aktivis 98, Rabu (14/2/2024) malam.
"Kita menolak kediktatoran, kita menolak dengan keras cara-cara bernegara tidak baik sampai konsisten di garis itu," sambung dia.
Disinggung soal hasil quick count sementara menempatkan pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka unggul di atas 50 persen suara, Azwar mengaku sedih karena rakyat Indonesia akhirnya memilih pemimpin mempunyai masa lalu yang kelam.
Ditambah lagi, majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden dinilai cacat etik di Mahkamah Konstitusi (MK). Akhirnya membuat Anwar Usman lengser dari jabatannya sebagai Ketua MK karena dinilai melanggar etik.
"Kalau sementara quick count notabene diduga penculikan dan wakilnya Gibran Rakabuming Raka hadir sebagai wakil presiden dengan cara tidak baik yaitu dengan konstitusi merubah pasal dan melihat ada nepotisme sangat kental sekali," papar Azwar.
"Kita melihat dua pasangan ini akhirnya jadi presiden dan wakil presiden secara pribadi dan moral saya sebagai warga merasa malu," katanya lagi.
Kendati begitu, Azwar menilai seandainya masyarakat jernih dan pandai melihat rekam jejak, ia menyakini Prabowo Subianto tidak akan terpilih sebagai Presiden RI periode 2024 - 2029."Menurut saya rakyat Indonesia sebegitu tega dipimpin oleh orang yang tangannya berdarah-darah pada masa lalu, artinya informasi ini banyak masyarakat tidak tahu, kalau rakyat Indonesia tahu, saya yakin tidak akan dipilih apalagi menang," tutur Azwar.
(rca)
tulis komentar anda