Kenapa Film Dirty Vote Dirilis di Masa Tenang Pemilu? Ini Kata Zainal Arifin Mochtar
Selasa, 13 Februari 2024 - 16:48 WIB
JAKARTA - Ahli Hukum Tata Negara Zainal Arifin Mochtar menegaskan bahwa film Dirty Vote mengedepankan substansi akademik, bukan sensasi. Diketahui, Zainal merupakan satu dari tiga ahli hukum tata negara yang menjadi eksplanatori pada film Dirty Vote bersama Bivitri Susanti dan Feri Amsari yang mengungkap kecurangan Pemilu 2024 dalam film berdurasi 1 jam 57 menit itu.
“Kita mau menjaga substansi akademiknya dibanding kemudian bombastisnya atau sensasinya itu kita ngomong saja. Kalau teman-teman tahu dapurnya menurut saya lumayanlah kita mencoba merapikan lalu bahasa tadi yang bilang dan lain-lain sebagainya,” tegas Zainal saat nonton bareng (nobar) bersama mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (13/2/2024).
Selain itu, Zainal pun menjelaskan mengapa film Dirty Vote harus diputar pada saat hari tenang Kampanye Pemilu 2024. “Pertama kalau ditanya kenapa hari (diputar) tenang, mungkin ada baiknya kita tanyakan ke teman-teman, hari yang tepatnya hari yang mana? Kan bingung juga hari yang tepat. Jangan-jangan harus menghitung primbon dulu atau apa, kami enggak gitu,” tuturnya.
“Pertanyaan, hari yang tepat itu mana? Apakah di masa kampanye tetap aja bisa disalahkan kan. Orang kampanye kan peserta bukan orang di luar kan gitu. Jadi enggak ada, kalau mau bicara soal hari yang tepat itu tidak ada,” katanya.
Pada kesempatan itu, Zainal pun sadar dengan konsekuensi bahwa film ini akan digugat oleh sejumlah pihak. “Tapi saya kira kalau kalau bicara soal kami dilaporkan gimana lagi, saya kira silakan, itu adalah bagian dari konsekuensi yang sudah kita hitung, itu sudah pikirkan,” ujarnya.
“Walaupun dilaporkan aja saya cuma berharap teman-teman sejawat saya di sini maupun sejawat dosen lainnya, kunjungi lah kalau ditahan nanti. Bahwa apakah itu bisa mengganggu kebebasan berekspresi? Saya kira klir ya, apa yang kami sampaikan sebenarnya adalah semacam mengompilasi,” tambahnya.
Zainal mengatakan dia menjuluki film Dirty Vote sebagai film kliping. “Saya menjulukinya film ini adalah film kliping sebenarnya. Saya terinspirasi sama sahabat saya, yang kesenangannya itu adalah mengkliping, koran digunting lalu kemudian dia bangun menjadi sebuah narasi lengkap,” katanya.
“Saya kira mirip yang kita lakukan cuma kita kan dari bukan sekadar koran tapi media online dan juga apa fakta-fakta yang tertera,” pungkasnya.
“Kita mau menjaga substansi akademiknya dibanding kemudian bombastisnya atau sensasinya itu kita ngomong saja. Kalau teman-teman tahu dapurnya menurut saya lumayanlah kita mencoba merapikan lalu bahasa tadi yang bilang dan lain-lain sebagainya,” tegas Zainal saat nonton bareng (nobar) bersama mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (13/2/2024).
Selain itu, Zainal pun menjelaskan mengapa film Dirty Vote harus diputar pada saat hari tenang Kampanye Pemilu 2024. “Pertama kalau ditanya kenapa hari (diputar) tenang, mungkin ada baiknya kita tanyakan ke teman-teman, hari yang tepatnya hari yang mana? Kan bingung juga hari yang tepat. Jangan-jangan harus menghitung primbon dulu atau apa, kami enggak gitu,” tuturnya.
Baca Juga
“Pertanyaan, hari yang tepat itu mana? Apakah di masa kampanye tetap aja bisa disalahkan kan. Orang kampanye kan peserta bukan orang di luar kan gitu. Jadi enggak ada, kalau mau bicara soal hari yang tepat itu tidak ada,” katanya.
Pada kesempatan itu, Zainal pun sadar dengan konsekuensi bahwa film ini akan digugat oleh sejumlah pihak. “Tapi saya kira kalau kalau bicara soal kami dilaporkan gimana lagi, saya kira silakan, itu adalah bagian dari konsekuensi yang sudah kita hitung, itu sudah pikirkan,” ujarnya.
“Walaupun dilaporkan aja saya cuma berharap teman-teman sejawat saya di sini maupun sejawat dosen lainnya, kunjungi lah kalau ditahan nanti. Bahwa apakah itu bisa mengganggu kebebasan berekspresi? Saya kira klir ya, apa yang kami sampaikan sebenarnya adalah semacam mengompilasi,” tambahnya.
Zainal mengatakan dia menjuluki film Dirty Vote sebagai film kliping. “Saya menjulukinya film ini adalah film kliping sebenarnya. Saya terinspirasi sama sahabat saya, yang kesenangannya itu adalah mengkliping, koran digunting lalu kemudian dia bangun menjadi sebuah narasi lengkap,” katanya.
“Saya kira mirip yang kita lakukan cuma kita kan dari bukan sekadar koran tapi media online dan juga apa fakta-fakta yang tertera,” pungkasnya.
(rca)
Lihat Juga :
tulis komentar anda