Islam, Budaya, dan Moderasi Beragama

Senin, 05 Februari 2024 - 06:37 WIB
Kedua, pemahaman yang dianut mempengaruhi seluruh dimensi kehidupan, termasuk relasi dengan sesama. Kelompok penganut dogmatis-fanatis rentan memicu konflik karena tidak memiliki ruang toleransi dalam sudut pandang pemikirannya.

Ketiga, dinamika kehidupan itu cukup kompleks. Perspektif yang hitam putih mereduksi terhadap realitas yang seungguhnya sangat kaya warna. Permusuhan bisa terjadi karena tidak bisa memahami dan mengapresiasi terhadap realitas yang penuh warna.

Perspektif hitam putih mengkondisikan seseorang menjadi fanatik yang cenderung ofensif terhadap mereka yang berbeda. Dalam situasi sosial budaya multikultural Indonesia, perspektif hitam putih rentan memicu konflik.

Dalam kerangka yang semacam ini maka diperlukan langkah-langkah aktif-kreatif-konstruktif untuk menghadirkan penghargaan terhadap keanekaragaman yang ada. Perbedaan tidak bisa dipaksakan menjadi seragam. Aspek yang lebih penting adalah bagaimana saling menghormati dan menghargai sejalan dengan bingkai nilai-nilai kemanusiaan dan regulasi yang ada.

Diskusi tentang agama dan tradisi perlu untuk terus disemai dan ditumbuhkembangkan. AICIS merupakan momentum yang tepat untuk menghasilkan rumusan-rumusan teoretik dan tawaran-tawaran strategis untuk diimplementasikan di masyarakat. Hal ini penting dilakukan karena tradisi—dalam makna yang positif—telah ada, hadir, dan menjadi bagian tidak terpisah dari kehidupan kita.

Topik lain yang juga penting mendapatkan perhatian adalah moderasi beragama. Islam Indonesia secara substansi bercorak moderat. Jejak sejarah cukup sebagai bukti yang menegaskan terhadap hal ini. Islam bisa tumbuh dan berkembang selama sekian abad merupakan manifestasi dari Islam moderat.

Aspek ini penting menjadi perhatian karena tantangan yang dihadapi sekarang ini cukup berat. Kelompok radikal melakukan penetrasi ideologi melalui berbagai media. Sejauh ini keberadaan kelompok radikal sesungguhnya masih minoritas namun keaktifan mereka dalam mengembangkan diri perlu menjadi perhatian kita semua.

Kelompok radikal sendirinya sesungguhnya bermacam-macam. Ada banyak jenis dan varian. Antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak selalu memiliki kesamaan visi dan orientasi organisasi. Hal ini bisa dimaklumi karena salah satu karakter kelompok radikal adalah eksklusif dan tidak memiliki basis toleransi. Mereka yang berbeda akan mudah dikeluarkan dari kelompok.

Pada titik inilah AICIS menemukan titik signifikansi. Diskusi dan forum ilmiah berbasis riset di forum bergensi ini perlu terus dirawat agar bisa kemajemukan semakin memperkaya kehidupan.
(abd)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More