Bertemu Ribuan Emak-emak di Surabaya, Atikoh Ganjar Dorong Imunisasi Polio: Ini PR Bersama
Jum'at, 19 Januari 2024 - 17:56 WIB
JAKARTA - Siti Atikoh Ganjar bicara tentang pencegahan penyakit polio di hadapan ribuan emak-emak pengajian. Istri capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo yang juga diusung oleh Partai Perindo itu mengatakan, pencegahan penyakit polio jadi pekerjaan rumah bersama.
Atikoh Ganjar mengungkapkan, pencegahan terhadap penyakit polio harus dilakukan secara bersama-sama. Hal itu disampaikannya saat menghadiri Istighosah Kebangsaan di Jatim Expo, Surabaya, Jumat (19/1/2024).
"Sekarang kan (statusnya) KLB ya, jadi perlu kewaspadaan dari seluruh pihak agar status ini benar-benar bisa ditahan," kata ibu dari Muhammad Zinedine Alam Ganjar itu.
Atikoh mengatakan, KLB Polio yang terjadi di Jawa Timur ini mungkin disebabkan karena kurangnya cakupan imunisasi. Terlebih, hampir dua tahun belakang pemerintah fokus penanganan pandemi.
"Mungkin kita agak kecolongan kemarin ketika pandemi sehingga imunisasinya itu coverage kurang," ucapnya.
Kondisi ini tentu disayangkan, kata Atikoh, sebab Indonesia dalam 8 tahun terakhir sudah bebas dari polio. Lulusan Universitas Tokyo itu menegaskan, perlu edukasi masif agar pencegahan bisa dilakukan dengan optimal.
Oleh karena itu, Atikoh sengaja mengambil topik tentang polio. Ia berharap, emak-emak pengajian yang hadir di lokasi turut menjadi agen mengampanyekan hidup sehat karena ini juga faktor penyebaran virus polio.
"Seluruh pihak perlu ada edukasi terkait dengan yang pertama adalah pencegahan. Jalan satu-satunya ya imunisasi, kepada anak-anak karena yang rentan anak di bawah umur lima tahun. Imunisasinya harus benar-benar konkret, lima kali dan enam kalinya booster," jelasnya.
Soal kesehatan ini, lanjut Atikoh, pun jadi prioritas dalam 21 program unggulan Ganjar-Mahfud. Pencegahan terhadap polio ini akan sejalan dilakukan dengan penguatan program satu desa satu faskes dan satu nakes.
"Kemudian posyandu. Itu kan dari oleh untuk rakyat. Jadi ini benar-benar berbasis komunitas dan program Ganjar-Mahfud itu memberikan insentif kepada kader posyandu. Indonesia punya posyandu 330 ribu lebih dan kadernya 1,5 juta, tentu itu tidak berat bagi negara kalau kita memang mau mencetak generasi unggul dengan cara semua warga negara itu kuat dan sehat," tutupnya.
Atikoh Ganjar mengungkapkan, pencegahan terhadap penyakit polio harus dilakukan secara bersama-sama. Hal itu disampaikannya saat menghadiri Istighosah Kebangsaan di Jatim Expo, Surabaya, Jumat (19/1/2024).
"Sekarang kan (statusnya) KLB ya, jadi perlu kewaspadaan dari seluruh pihak agar status ini benar-benar bisa ditahan," kata ibu dari Muhammad Zinedine Alam Ganjar itu.
Atikoh mengatakan, KLB Polio yang terjadi di Jawa Timur ini mungkin disebabkan karena kurangnya cakupan imunisasi. Terlebih, hampir dua tahun belakang pemerintah fokus penanganan pandemi.
"Mungkin kita agak kecolongan kemarin ketika pandemi sehingga imunisasinya itu coverage kurang," ucapnya.
Kondisi ini tentu disayangkan, kata Atikoh, sebab Indonesia dalam 8 tahun terakhir sudah bebas dari polio. Lulusan Universitas Tokyo itu menegaskan, perlu edukasi masif agar pencegahan bisa dilakukan dengan optimal.
Oleh karena itu, Atikoh sengaja mengambil topik tentang polio. Ia berharap, emak-emak pengajian yang hadir di lokasi turut menjadi agen mengampanyekan hidup sehat karena ini juga faktor penyebaran virus polio.
"Seluruh pihak perlu ada edukasi terkait dengan yang pertama adalah pencegahan. Jalan satu-satunya ya imunisasi, kepada anak-anak karena yang rentan anak di bawah umur lima tahun. Imunisasinya harus benar-benar konkret, lima kali dan enam kalinya booster," jelasnya.
Soal kesehatan ini, lanjut Atikoh, pun jadi prioritas dalam 21 program unggulan Ganjar-Mahfud. Pencegahan terhadap polio ini akan sejalan dilakukan dengan penguatan program satu desa satu faskes dan satu nakes.
"Kemudian posyandu. Itu kan dari oleh untuk rakyat. Jadi ini benar-benar berbasis komunitas dan program Ganjar-Mahfud itu memberikan insentif kepada kader posyandu. Indonesia punya posyandu 330 ribu lebih dan kadernya 1,5 juta, tentu itu tidak berat bagi negara kalau kita memang mau mencetak generasi unggul dengan cara semua warga negara itu kuat dan sehat," tutupnya.
(maf)
tulis komentar anda