Debat Capres Ketiga Gaungkan Sistem dan Strategi Pertahanan Nasional
Kamis, 11 Januari 2024 - 17:40 WIB
Saat ini, dia menilai kebijakan pemerintah kurang berpihak kepada masyarakat. Oleh karena itu, Ganjar berjanji akan meningkatkan kesejahteraan rakyat, hingga menjaga kedaulatan dan keamanan negara.
Pandangan dari Analisis Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan
Analisis Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan Ngasiman Djoyonegoro atau akrab disapa Simon menuturkan, visi misi tiga paslon tersebut sejalan dengan visi pertahanan nasional. Namun, dia turut mengingatkan kepada para paslon bahwa pertahanan adalah sebuah sistem dan strategi yang saling berkaitan satu sama lain.
Menurut Simon, serangan-serangan non fisik terhadap Indonesia, terutama generasi muda, jarang menjadi fokus para paslon, diantaranya ideologi ekstremis yang berpotensi memecah belah bangsa. Pasalnya, hal tersebut harus diantisipasi secara lebih serius.
“Terkait dengan tata data dan informasi, saya kira tidak banyak disinggung secara khusus oleh para kandidat. Mau secanggih apa pun pertahanan kita di dunia siber, tanpa dibarengi dengan tata data dan informasi yang baik, maka akan jebol-jebol juga,” ujarnya.
Pertahanan nasional tidak bisa hanya mengandalkan satu matra, tapi harus dibangun melalui sistem yang terintegrasi lintas matra dan bukan hanya domain TNI.
Pria yang juga menjabat sebagai rektor di Institut Sains dan Teknologi al-Kamal Jakarta tersebut mengatakan, matra darat, laut, udara, siber, dan luar angkasa harus bersinergi.
Maka dari itu, para capres harus mampu memberikan cara pandang dalam memperkuat pertahanan lintas matra, termasuk kapasitas, penilaian, dan strategi level interoperabilitas lintas matra.
Berjalannya target Minimum Essential Force (MEF) dalam pertahanan nasional, Indonesia sedang memperkuat Revolution in Military Affairs (RMA).
Kerangka RMA interoperabilitas dibangun dalam kesatupaduan teknologi, doktrin, dan organisasi militer. Di Indonesia, kesatupaduan tersebut tergabung dalam sabuk pertahanan negara kepulauan.
Pandangan dari Analisis Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan
Analisis Intelijen, Pertahanan, dan Keamanan Ngasiman Djoyonegoro atau akrab disapa Simon menuturkan, visi misi tiga paslon tersebut sejalan dengan visi pertahanan nasional. Namun, dia turut mengingatkan kepada para paslon bahwa pertahanan adalah sebuah sistem dan strategi yang saling berkaitan satu sama lain.
Menurut Simon, serangan-serangan non fisik terhadap Indonesia, terutama generasi muda, jarang menjadi fokus para paslon, diantaranya ideologi ekstremis yang berpotensi memecah belah bangsa. Pasalnya, hal tersebut harus diantisipasi secara lebih serius.
“Terkait dengan tata data dan informasi, saya kira tidak banyak disinggung secara khusus oleh para kandidat. Mau secanggih apa pun pertahanan kita di dunia siber, tanpa dibarengi dengan tata data dan informasi yang baik, maka akan jebol-jebol juga,” ujarnya.
Pertahanan nasional tidak bisa hanya mengandalkan satu matra, tapi harus dibangun melalui sistem yang terintegrasi lintas matra dan bukan hanya domain TNI.
Pria yang juga menjabat sebagai rektor di Institut Sains dan Teknologi al-Kamal Jakarta tersebut mengatakan, matra darat, laut, udara, siber, dan luar angkasa harus bersinergi.
Maka dari itu, para capres harus mampu memberikan cara pandang dalam memperkuat pertahanan lintas matra, termasuk kapasitas, penilaian, dan strategi level interoperabilitas lintas matra.
Berjalannya target Minimum Essential Force (MEF) dalam pertahanan nasional, Indonesia sedang memperkuat Revolution in Military Affairs (RMA).
Kerangka RMA interoperabilitas dibangun dalam kesatupaduan teknologi, doktrin, dan organisasi militer. Di Indonesia, kesatupaduan tersebut tergabung dalam sabuk pertahanan negara kepulauan.
tulis komentar anda