Kemenag dan Diplomasi Perdamaian Global
Selasa, 26 Desember 2023 - 10:29 WIB
Dengan mengambil tema “Religion for Humanity”, KMBAAA ini ingin menegaskan bahwa misi utama agama adalah mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan. Perang yang terjadi di Ukraina dan konflik "abadi" di Gaza pada prinsipnya telah mengikis nilai-nilai agama yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Kemenag berkeyakinan bahwa perdamaian harus disuarakan secara bersama-sama, tidak cukup menjadi kerja-kerja individu setiap bangsa. Disinilah pentingnya KMBAAA sebagai ajang tukar pikiran dan gagasan bagi tokoh-tokoh agama dalam menjawab tantangan dunia global. Komitmen dan solidaritas pemerintah dan tokoh agama adalah elemen kunci dalam mewujudkan perdamaian.
Terinspirasi dari filosofi agama sebagai sumber inspirasi perdamaian, Kemenag menjadikan KMBAAA ini sebagai ajang pembuktian bahwa tokoh agama sejatinya menjadi penggerak perdamaian yang melampaui batas-batas geografis. Para tokoh agama harus menjadi aktor perdamaian di ruang-ruang publik, suara-suara mereka menjadi referensi bagi masyarakat.
Bahwa perdamaian global harus tercipta sebagai sebuah gerakan bersama antara satu negara dengan negara lainnya. Sebuah gerakan perdamaian yang lahir dari kesadaran bersama bahwa perdamaian adalah visi bersama yang harus diwujudkan lintas agama dan lintas bangsa.
Berbekal pengalaman pengarusutamaan moderasi beragama pada internal bangsa, penulis berkeyakinan bahwa Kemenag di bawah Gus Men mampu melebarkan sayap strategis memasifkan gerakan moderasi beragama pada konteks global. KMBAAA ini menjadi ikhtiar awal untuk menciptakan perdamaian dunia, setidaknya membangun persepsi yang sama antar negara yang berbeda dalam mengelola perdamaian.
Empat indikator moderasi beragama: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, akomodatif terhadap budaya, adalah nilai-nilai universal yang bisa dijabarkan oleh setiap bangsa yang berbeda. Indonesia, menurut penulis, pada akhirnya bisa menjadi role model bagi setiap negara yang dilanda konflik, terutama yang didasari oleh entitas agama.
Akhirnya, penulis berharap bahwa KMBAAA adalah "soft diplomacy" yang tidak hanya melahirkan rekomendasi-rekomendasi strategis, tetapi harus diikuti dengan gerakan-gerakan konkret dan terukur, sehingga perdamaian global dapat terwujud.
Kemenag berkeyakinan bahwa perdamaian harus disuarakan secara bersama-sama, tidak cukup menjadi kerja-kerja individu setiap bangsa. Disinilah pentingnya KMBAAA sebagai ajang tukar pikiran dan gagasan bagi tokoh-tokoh agama dalam menjawab tantangan dunia global. Komitmen dan solidaritas pemerintah dan tokoh agama adalah elemen kunci dalam mewujudkan perdamaian.
Terinspirasi dari filosofi agama sebagai sumber inspirasi perdamaian, Kemenag menjadikan KMBAAA ini sebagai ajang pembuktian bahwa tokoh agama sejatinya menjadi penggerak perdamaian yang melampaui batas-batas geografis. Para tokoh agama harus menjadi aktor perdamaian di ruang-ruang publik, suara-suara mereka menjadi referensi bagi masyarakat.
Bahwa perdamaian global harus tercipta sebagai sebuah gerakan bersama antara satu negara dengan negara lainnya. Sebuah gerakan perdamaian yang lahir dari kesadaran bersama bahwa perdamaian adalah visi bersama yang harus diwujudkan lintas agama dan lintas bangsa.
Berbekal pengalaman pengarusutamaan moderasi beragama pada internal bangsa, penulis berkeyakinan bahwa Kemenag di bawah Gus Men mampu melebarkan sayap strategis memasifkan gerakan moderasi beragama pada konteks global. KMBAAA ini menjadi ikhtiar awal untuk menciptakan perdamaian dunia, setidaknya membangun persepsi yang sama antar negara yang berbeda dalam mengelola perdamaian.
Empat indikator moderasi beragama: komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, akomodatif terhadap budaya, adalah nilai-nilai universal yang bisa dijabarkan oleh setiap bangsa yang berbeda. Indonesia, menurut penulis, pada akhirnya bisa menjadi role model bagi setiap negara yang dilanda konflik, terutama yang didasari oleh entitas agama.
Akhirnya, penulis berharap bahwa KMBAAA adalah "soft diplomacy" yang tidak hanya melahirkan rekomendasi-rekomendasi strategis, tetapi harus diikuti dengan gerakan-gerakan konkret dan terukur, sehingga perdamaian global dapat terwujud.
(hdr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda