Kemenag dan Diplomasi Perdamaian Global
Selasa, 26 Desember 2023 - 10:29 WIB
Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin Makassar
KONFERENSI Moderasi Beragama Asia Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) yang berlangsung selama tiga hari, 19-22 Desember 2023, di Gedung Merdeka Bandung adalah panggung terbaik bagi Kementerian Agama (Kemenag) RI dalam upaya mewujudkan perdamaian global.
Konferensi yang diinisiasi oleh Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI bekerjasama dengan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) ini melibatkan tokoh agama penting dan perwakilan pemerintahan dari 18 negara berbeda, yang berasal dari tiga benua besar, Asia, Afrika dan Amerika Latin.
baca juga: Kementerian Agama dan Gema Moderasi Beragama
Sebagai host, Kemenag tentu berpeluang menjadi lokomotif penggerak bagi negara-negara yang memiliki sejarah kolektif sebagai "non-block" dalam menyuarakan pentingnya perdamaian dalam konteks global.
Meminjam istilah Gus Ulil Absar Abdallah, KMBAAA bisa menjadi ruang bagi Kemenag untuk memainkan peran "soft diplomacy" dalam mewujudkan perdamaian global. Dengan berbekal sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Kemenag bisa memainkan peran yang lebih luas dalam mewujudkan diplomasi perdamaian global.
KMBAAA yang pertama kali dihelat oleh Kemenag ini tentu menjadi sorotan dunia global, apalagi lokus perhelatannya persis sama dengan momentum historis Konferensi Asia Afrika 1955 yang diiniasiasi oleh Presiden Sukarno. Sebuah konferensi yang sarat dengan simbol “perlawanan” terhadap dominasi dunia Barat yang hegemonik terhadap negara-negara dunia ketiga.
Spirit perlawanan inilah yang akan direplikasi oleh Kemenag bersama PBNU untuk menciptakan perdamaian yang berkeadilan pada negara-negara yang dilanda konflik. Kepedulian Kemenag ini terhadap perdamaian dunia global ini tentu harus diapresiasi secara mendalam bagi setiap elemen bangsa.
Rektor UIN Alauddin Makassar
KONFERENSI Moderasi Beragama Asia Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) yang berlangsung selama tiga hari, 19-22 Desember 2023, di Gedung Merdeka Bandung adalah panggung terbaik bagi Kementerian Agama (Kemenag) RI dalam upaya mewujudkan perdamaian global.
Konferensi yang diinisiasi oleh Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI bekerjasama dengan Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) ini melibatkan tokoh agama penting dan perwakilan pemerintahan dari 18 negara berbeda, yang berasal dari tiga benua besar, Asia, Afrika dan Amerika Latin.
baca juga: Kementerian Agama dan Gema Moderasi Beragama
Sebagai host, Kemenag tentu berpeluang menjadi lokomotif penggerak bagi negara-negara yang memiliki sejarah kolektif sebagai "non-block" dalam menyuarakan pentingnya perdamaian dalam konteks global.
Meminjam istilah Gus Ulil Absar Abdallah, KMBAAA bisa menjadi ruang bagi Kemenag untuk memainkan peran "soft diplomacy" dalam mewujudkan perdamaian global. Dengan berbekal sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Kemenag bisa memainkan peran yang lebih luas dalam mewujudkan diplomasi perdamaian global.
KMBAAA yang pertama kali dihelat oleh Kemenag ini tentu menjadi sorotan dunia global, apalagi lokus perhelatannya persis sama dengan momentum historis Konferensi Asia Afrika 1955 yang diiniasiasi oleh Presiden Sukarno. Sebuah konferensi yang sarat dengan simbol “perlawanan” terhadap dominasi dunia Barat yang hegemonik terhadap negara-negara dunia ketiga.
Spirit perlawanan inilah yang akan direplikasi oleh Kemenag bersama PBNU untuk menciptakan perdamaian yang berkeadilan pada negara-negara yang dilanda konflik. Kepedulian Kemenag ini terhadap perdamaian dunia global ini tentu harus diapresiasi secara mendalam bagi setiap elemen bangsa.
Lihat Juga :
tulis komentar anda