Debat Capres-Cawapres dan Capaian RPJMN Kesehatan
Selasa, 12 Desember 2023 - 16:45 WIB
RPJMN Kesehatan ini menjadi semakin penting untuk diperdebatkan karena adanya pernyataan Menteri Bappenas yang mangatakan, “Sembilan dari sepuluh target pembangunan kesehatan pada era Jokowi terancam gagal”.Hanya satu target pembangunan di bidang kesehatan yang sudah tercapai yakni tingkat obesitas penduduk dewasa yang sudah turun hingga 21,8%. (katadata.co.id, 5 Juni 2023).
Sembilan dari 10 target RPJMN Kesehatan yang meleset: (a) Imunisasi dasar lengkap bayi. (b) Presentasi stunting balita (c) Persentase wasting balita atau bertubuh kurus. (d) Insiden tuberkulosis. (e) Eliminasi malaria. (f) Eliminasi kusta. (g) Angka merokok pada anak. (h) Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau FKTP terakreditasi. (i) Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sesuai standar.
Tentu saja rasa ingin tahu kita atas 10 target kesehatan dalam RPMJN tersebut muncul. Bahkan mungkin ada yang ingin tahu lebih jauh lagi. Misalnya, mengapa ada satu target yang dapat dicapai, dengan cara apa untuk mencapainya? Dan mengapa ada sembilan yang lainnya terancam gagal, mengapa bisa terjadi?
Catatan Akhir
Tentu saja capres dan cawapres perlu berdebat serius terkait hak dasar yang melekat pada diri rakyat yang sekaligus merupakan bentuk investasi bernilai paling tinggi bagi rakyat yang akan memilihnya, yakni kesehatan. Dengan berdebat serius tentang kesehatan maka rakyat pun akan mengetahui pasangan capres dan cawapres mana yang serius, mumpuni, dan paling layak untuk dipilih menjadi Presiden. Presiden yang akan memimpin dan membawa Indonesia mencapai cita-cita kemerdekaannya.
Presiden yang bukan sekadar pemimpin rakyat dan bangsa Indonesia secara nasional, melainkan juga menjadi kebanggaan dan merupakan referentasi negara dan bangsa Indonesia untuk berdebat dan berargumentasi di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan forum internasional lainnya. Selaras dengan tujuan keempat berdirinya negara Republik Indonesia, yakni “Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”
Karena itu, tidak ada alasan bagi pasangan Capres dan Cawapres untuk menghidar dari debat dan adu argumentasi. Berdebat bukan sekadar melatih mental dan keberanian mengemukakan pendapat serta menyanggah pendapat mitra debat di depan umum. Dan, yang lebih penting lagi adalah bagaimana ia mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritis, ketajaman analisis, menelaah data dan fakta, membangun argumentasi yang kokoh, serta menyampaikan solusi alternatif secara runtut dan meyakinkan terhadap guna masalah yang diperdebatkan.
Menurut KPU tema debat Pilpres 2024 masih seputar yang ada dalam RPJMN 2020-2024, maka penulis sangat berharap KPU, panelis, dan moderator agar debat tentang Kesehatan lebih diarahkan untuk mengupas tuntas “Sembilan dari sepuluh target pembangunan kesehatan RPJMN pada era Jokowi yang terancam gagal”.
Memperdebatkan apakah target RPJMN Kesehatan yang terancam gagal tersebut masih akan dilanjutkan pada pemerintahan mendatang? Bila masih, dengan cara apa untuk mencapainya sehingga tidak gagal lagi?
Selanjutnya memperdebatkan mengapa sembilan target tersebut terancam gagal? Apakah ada kaitannya dengan faktor berikut ini: (a) pengorganisasian pelayanan kesehatan yang tidak berbasis target RPJMN Kesehatan (b) pengorganisasian dan pengalokasian pembiayaan yang tidak tepat sasaran (c) mutu pelayanan dan tidak adekuatnya pembiayaan. Atau karena ada faktor lain. Wallahu a'lam bishawab.
Sembilan dari 10 target RPJMN Kesehatan yang meleset: (a) Imunisasi dasar lengkap bayi. (b) Presentasi stunting balita (c) Persentase wasting balita atau bertubuh kurus. (d) Insiden tuberkulosis. (e) Eliminasi malaria. (f) Eliminasi kusta. (g) Angka merokok pada anak. (h) Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau FKTP terakreditasi. (i) Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sesuai standar.
Tentu saja rasa ingin tahu kita atas 10 target kesehatan dalam RPMJN tersebut muncul. Bahkan mungkin ada yang ingin tahu lebih jauh lagi. Misalnya, mengapa ada satu target yang dapat dicapai, dengan cara apa untuk mencapainya? Dan mengapa ada sembilan yang lainnya terancam gagal, mengapa bisa terjadi?
Catatan Akhir
Tentu saja capres dan cawapres perlu berdebat serius terkait hak dasar yang melekat pada diri rakyat yang sekaligus merupakan bentuk investasi bernilai paling tinggi bagi rakyat yang akan memilihnya, yakni kesehatan. Dengan berdebat serius tentang kesehatan maka rakyat pun akan mengetahui pasangan capres dan cawapres mana yang serius, mumpuni, dan paling layak untuk dipilih menjadi Presiden. Presiden yang akan memimpin dan membawa Indonesia mencapai cita-cita kemerdekaannya.
Presiden yang bukan sekadar pemimpin rakyat dan bangsa Indonesia secara nasional, melainkan juga menjadi kebanggaan dan merupakan referentasi negara dan bangsa Indonesia untuk berdebat dan berargumentasi di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan forum internasional lainnya. Selaras dengan tujuan keempat berdirinya negara Republik Indonesia, yakni “Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”
Karena itu, tidak ada alasan bagi pasangan Capres dan Cawapres untuk menghidar dari debat dan adu argumentasi. Berdebat bukan sekadar melatih mental dan keberanian mengemukakan pendapat serta menyanggah pendapat mitra debat di depan umum. Dan, yang lebih penting lagi adalah bagaimana ia mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritis, ketajaman analisis, menelaah data dan fakta, membangun argumentasi yang kokoh, serta menyampaikan solusi alternatif secara runtut dan meyakinkan terhadap guna masalah yang diperdebatkan.
Menurut KPU tema debat Pilpres 2024 masih seputar yang ada dalam RPJMN 2020-2024, maka penulis sangat berharap KPU, panelis, dan moderator agar debat tentang Kesehatan lebih diarahkan untuk mengupas tuntas “Sembilan dari sepuluh target pembangunan kesehatan RPJMN pada era Jokowi yang terancam gagal”.
Memperdebatkan apakah target RPJMN Kesehatan yang terancam gagal tersebut masih akan dilanjutkan pada pemerintahan mendatang? Bila masih, dengan cara apa untuk mencapainya sehingga tidak gagal lagi?
Selanjutnya memperdebatkan mengapa sembilan target tersebut terancam gagal? Apakah ada kaitannya dengan faktor berikut ini: (a) pengorganisasian pelayanan kesehatan yang tidak berbasis target RPJMN Kesehatan (b) pengorganisasian dan pengalokasian pembiayaan yang tidak tepat sasaran (c) mutu pelayanan dan tidak adekuatnya pembiayaan. Atau karena ada faktor lain. Wallahu a'lam bishawab.
Lihat Juga :
tulis komentar anda