Debat Capres-Cawapres dan Capaian RPJMN Kesehatan

Selasa, 12 Desember 2023 - 16:45 WIB
loading...
Debat Capres-Cawapres dan Capaian RPJMN Kesehatan
Zaenal Abidin, Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (periode 2012-2015). Foto/Dok. SINDOnews
A A A
Zaenal Abidin
Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (periode 2012-2015)

ANGGOTA KPU Mochammad Afifuddin mengungkapkan bahwa tema debat Pilpres 2024 nanti masih seputar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan undang-undang. “Yang pasti temanya tidak berubah, tidak berbeda jauh dengan yang ada dalam RPJMN dan juga yang ada di undang-undang itu. Tema-tema seputar demokrasi, penegakan hukum, dan seterusnya.” https://www.antaranews.com, Sabtu (26/11/2023).

Berdasarkan informasi https://www.antaranews.com (5/12/2023), KPU telah menjadualkan debat capres dan cawapres hingga lima kali secara bergantian. Debat pertama, Selasa (12/12/2023) berbicara tentang tema: Hukum, Hak Asasi Manusia (HAM), Pemberantasan Korupsi, dan Penguatan Demokrasi.

Debat kedua, Jumat (22/12/2023) tentang: Pertahanan keamanan, geopolitik, dan hubungan internasional. Debat ketiga, Minggu (7/1/2024), tentang: Ekonomi (kerakyatan dan digital), kesejahteraan sosial, investasi, perdagangan, pajak (digital), infrastruktur, keuangan dan pengelolaan APBN.

Debat keempat, Minggu (21/1/2024), tentang: Energi sumber daya alam, pajak karbon, pangan, lingkunagn hidup, dan agraria serta masyarakat adat. Debat kelima, Minggu (4/2/2024), tentang: Teknologi informasi peningkatan pelayanan publik, hoaks, intoleransi, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.

Kelima debat Pilpres 2024 di atas dibagi kembali menjadi dua proporsi, yakni tiga kali debat capres dan dua kali debat cawapres. Debat pertama untuk calon presiden (capres), debat kedua untuk calon wakil presiden (cawapres), debat ketiga untuk calon presiden (capres). Berikutnya debat keempat untuk calon wakil presiden (cawapres) dan debat kelimat untuk calon presiden (capres). https://nasional.sindonews.com/ (6/12/2023).

Sebagai seorang dokter, penulis sangat berharap agar RPJMN bidang Kesehatan ini dapat diperdebatkan secara serius oleh capres dan cawapres yang akan berkontestasi dalam Pilpres 2024.

Menempatkan tema kesehatan bersama beberapa tema lain pada debat ke lima seharusnya tidak ada masalah. Sepanjang tema tentang HAM, kesejahteraan sosial, ekonomi kerakyatan, pengelolaan keuangan, investasi, kedaulatan pangan dan air bersih, lingkungan hidup dan keberlanjutan ekologis, udara bersih, ruang terbuka hijau tak berbayar, olahraga, pelayanan publik, perhatian kepada penyandang disabilitas, dan ketenagakerjaan dapat dikaitkan kesehatan. Sebab bukankah tema-tema tersebut merupakan sektor hulu dari kesehatan itu sendiri.

Mengapa Capaian RPJMN Kesehatan?
RPJMN 2020-2024 sendiri berfungsi sebagai pedoman bagi Kementerian/ Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga; bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional; pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah; acuan dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJM Nasional. RPJM Nasional juga dapat menjadi acuan bagi masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional.

RPJMN 2020-2024 juga telah mengarusutamakan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Di mana target-target dari 17 SDGs beserta indikatornya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam tujuh agenda pembangunan Indonesia ke depan.

Pada agenda ketiga dari Pembangunan Nasional Indonesia tersebut tercantum meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing; sektor kesehatan harus fokus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi.

Strategi yang digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu, anak, dan KB dan kesehatan reproduksi, percepatan perbaikan gizi, peningkatan pengendalian penyakit, pembudayaan perilaku hidup sehat melalui gerakan masyarakat hidup sehat, serta penguatan sistem kesehatan dan pengawasan obat dan makanan.

Dan, kegiatan pada RPJMN 2020-2024 yang terkait dengan Program Kesehatan Masyarakat berfokus pada penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, penurunan prevalensi stunting dan wasting pada balita yang kemudian diikuti dengan indikator-indikator pendukungnya.

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 juga memuat indikator yang selaras dan mendukung indikator RPJMN 2020-2024. Indikator tersebut merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukkan atau mengindikasikan keberhasilan suatu program dan datanya didapatkan melalui pencatatan dan pelaporan.

Tahun 2021 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengemukakan, “enam indikator sasaran pokok RPJMN bidang kesehatan yang meleset sehingga membutuhkan intervensi khusus. Enam indikator yang meleset tersebut yakni: angka kematian ibu, persentase imunisasi dasar, prevalensi tengkes (stunting), insidensi tuberkolosis, serta dua hal terkait dengan perilaku masyarakat, yakni persentase merokok usia muda dan persentase obesitas.”

Akibat dari melesetnya indikator sasaran pokok RPJMN bidang kesehatan di atas, Kemenkes RI diminta untuk mengatasinya dengan meningkatkan kesehatan ibu dan anak, mempercepat perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit, gerakan masyarakat sehat, dan memperkuat sistem kesehatan. https://www.antaranews.com/, (29/12/2021).

Lalu, mengapa capaian RPJMN Kesehatan 2020-2024 perlu diperdebatkan? Karena RPJMN Kesehatan merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden di bidang kesehatan. Bila target tercapai tentu sangat bagus karena pembangunan kesehatan sukses mencapai target sehingga dapat menjadi pembelajaran untuk perumusan RPJMN berikutnya. Namun bila gagal tentu pula harus diketahui penyebab mengapa ia gagal?

RPJMN Kesehatan ini menjadi semakin penting untuk diperdebatkan karena adanya pernyataan Menteri Bappenas yang mangatakan, “Sembilan dari sepuluh target pembangunan kesehatan pada era Jokowi terancam gagal”.Hanya satu target pembangunan di bidang kesehatan yang sudah tercapai yakni tingkat obesitas penduduk dewasa yang sudah turun hingga 21,8%. (katadata.co.id, 5 Juni 2023).

Sembilan dari 10 target RPJMN Kesehatan yang meleset: (a) Imunisasi dasar lengkap bayi. (b) Presentasi stunting balita (c) Persentase wasting balita atau bertubuh kurus. (d) Insiden tuberkulosis. (e) Eliminasi malaria. (f) Eliminasi kusta. (g) Angka merokok pada anak. (h) Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau FKTP terakreditasi. (i) Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan sesuai standar.

Tentu saja rasa ingin tahu kita atas 10 target kesehatan dalam RPMJN tersebut muncul. Bahkan mungkin ada yang ingin tahu lebih jauh lagi. Misalnya, mengapa ada satu target yang dapat dicapai, dengan cara apa untuk mencapainya? Dan mengapa ada sembilan yang lainnya terancam gagal, mengapa bisa terjadi?

Catatan Akhir
Tentu saja capres dan cawapres perlu berdebat serius terkait hak dasar yang melekat pada diri rakyat yang sekaligus merupakan bentuk investasi bernilai paling tinggi bagi rakyat yang akan memilihnya, yakni kesehatan. Dengan berdebat serius tentang kesehatan maka rakyat pun akan mengetahui pasangan capres dan cawapres mana yang serius, mumpuni, dan paling layak untuk dipilih menjadi Presiden. Presiden yang akan memimpin dan membawa Indonesia mencapai cita-cita kemerdekaannya.

Presiden yang bukan sekadar pemimpin rakyat dan bangsa Indonesia secara nasional, melainkan juga menjadi kebanggaan dan merupakan referentasi negara dan bangsa Indonesia untuk berdebat dan berargumentasi di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan forum internasional lainnya. Selaras dengan tujuan keempat berdirinya negara Republik Indonesia, yakni “Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.”

Karena itu, tidak ada alasan bagi pasangan Capres dan Cawapres untuk menghidar dari debat dan adu argumentasi. Berdebat bukan sekadar melatih mental dan keberanian mengemukakan pendapat serta menyanggah pendapat mitra debat di depan umum. Dan, yang lebih penting lagi adalah bagaimana ia mampu menunjukkan kemampuan berpikir kritis, ketajaman analisis, menelaah data dan fakta, membangun argumentasi yang kokoh, serta menyampaikan solusi alternatif secara runtut dan meyakinkan terhadap guna masalah yang diperdebatkan.

Menurut KPU tema debat Pilpres 2024 masih seputar yang ada dalam RPJMN 2020-2024, maka penulis sangat berharap KPU, panelis, dan moderator agar debat tentang Kesehatan lebih diarahkan untuk mengupas tuntas “Sembilan dari sepuluh target pembangunan kesehatan RPJMN pada era Jokowi yang terancam gagal”.

Memperdebatkan apakah target RPJMN Kesehatan yang terancam gagal tersebut masih akan dilanjutkan pada pemerintahan mendatang? Bila masih, dengan cara apa untuk mencapainya sehingga tidak gagal lagi?

Selanjutnya memperdebatkan mengapa sembilan target tersebut terancam gagal? Apakah ada kaitannya dengan faktor berikut ini: (a) pengorganisasian pelayanan kesehatan yang tidak berbasis target RPJMN Kesehatan (b) pengorganisasian dan pengalokasian pembiayaan yang tidak tepat sasaran (c) mutu pelayanan dan tidak adekuatnya pembiayaan. Atau karena ada faktor lain. Wallahu a'lam bishawab.
(poe)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1592 seconds (0.1#10.140)