Jenderal Kopassus Ini Tolak Uang Puluhan Juta dari Pejabat saat Kerusuhan Mei 1998
Kamis, 07 Desember 2023 - 06:21 WIB
Prajurit TNI melakukan pengamanan di Ibu Kota Jakarta. Foto/istimewa
Malam 14 Mei, pasukan Doni diminta mengamankan Kelapa Gading, Jakarta Utara yang diinformasikan akan dijarah. Dalam perjalanan, sebagian pasukan ada yang diturunkan di Sunter melihat kondisi yang juga buruk. Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, pasukan tiba di Kelapa Gading. Agar kehadiran mereka dirasakan oleh rakyat, maka sambil patroli dalam truk para prajurit bernyanyi dan menyerukan yell-yell
Dalam pengarahannya kepada prajurit, Doni menekankan bahwa tidak ada seorang prajurit pun yang diperkenankan untuk berada di rumah mewah atau mal. Mereka semua diperintahkan untuk tidur di rumah rakyat yang ada di sekeliling Kelapa Gading.
Para prajurit juga dilarang untuk menerima uang dengan alasan apa pun juga. Keesokan harinya, Doni sempat didatangi pejabat yang tinggal di Kelapa Gading untuk mengamankan RW mereka dengan imbalan puluhan juta. Doni menolak dengan alasan pagar yang sudah dibangun di sekeliling Kelapa Gading bisa bolong jika harus mengurangi prajuritnya untuk mengamankan mereka. Doni memang memilih menempatkan pasukannya di daerah sekitar Kelapa Gading, dengan demikian menutup semua akses masuk me nyulitkan pihak luar yang ingin menjarah dan membakar.
Selama Kopassus berada di rumah rakyat, bantuan sebagai ucapan terima kasih terus mengalir, mulai dari rokok sampai baju dalam yang kemudian disalurkan lagi pada masyarakat di sekitarnya yang membutuhkan. Doni berpesan masyarakat harus didekati dengan ramah dan sopan.
Pada hari itu, Doni melakukan patroli keliling dan dia melihat sekelompok pemuda sedang nongkrong dan menawarkan pada mereka siapa yang mau ikut jalan-jalan. Seorang pemuda menyatakan kebersediannya. Di dalam mobil Doni bertanya mengenai penjarahan terhadap Kelapa Gading yang diisukan akan terjadi hari itu.
"Gimana mau jarah Kelapa Gading? Semua rumah sudah ada pasukan Bapak, jadi mana bisa ngumpulin orang," jawab pemuda tersebut dikutip SINDOnews, Kamis (7/12/2023).
Doni sendiri hampir tidak percaya ketika mendengar jawaban pemuda itu, tetapi Doni mengaku lega karena strategi 'pagar' di sekitar Kelapa Gading ternyata berhasil mencegah penjarahan dan pembakaran. Mungkin warga Kelapa Gading sendiri sampai sekarang tidak pernah menyadari bahwa saat itu mereka dijaga pasukan Kopassus yang tidak terlihat.'
Pada 19 Mei, Doni diperintahkan bergeser mengamankan Medan Merdeka Timur, diiringi reaksi rakyat yang cukup mengharukan, sampai ada seorang tokoh masyarakat di daerah Kramat Tunggak berkata jika saja masih ada anaknya yang gadis, dia ingin sekali menikahkan anaknya dengan prajurit Kopassus, karena mereka begitu ramah dan sopan.
Bahkan ketika ada yang memberi uang satu kantong plastik, prajurit itu menolak. Bagi seorang prajurit, perintah adalah tugas dan menolak satu kantong kresek sama sekali tidak masalah.
Malam 14 Mei, pasukan Doni diminta mengamankan Kelapa Gading, Jakarta Utara yang diinformasikan akan dijarah. Dalam perjalanan, sebagian pasukan ada yang diturunkan di Sunter melihat kondisi yang juga buruk. Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, pasukan tiba di Kelapa Gading. Agar kehadiran mereka dirasakan oleh rakyat, maka sambil patroli dalam truk para prajurit bernyanyi dan menyerukan yell-yell
Dalam pengarahannya kepada prajurit, Doni menekankan bahwa tidak ada seorang prajurit pun yang diperkenankan untuk berada di rumah mewah atau mal. Mereka semua diperintahkan untuk tidur di rumah rakyat yang ada di sekeliling Kelapa Gading.
Para prajurit juga dilarang untuk menerima uang dengan alasan apa pun juga. Keesokan harinya, Doni sempat didatangi pejabat yang tinggal di Kelapa Gading untuk mengamankan RW mereka dengan imbalan puluhan juta. Doni menolak dengan alasan pagar yang sudah dibangun di sekeliling Kelapa Gading bisa bolong jika harus mengurangi prajuritnya untuk mengamankan mereka. Doni memang memilih menempatkan pasukannya di daerah sekitar Kelapa Gading, dengan demikian menutup semua akses masuk me nyulitkan pihak luar yang ingin menjarah dan membakar.
Selama Kopassus berada di rumah rakyat, bantuan sebagai ucapan terima kasih terus mengalir, mulai dari rokok sampai baju dalam yang kemudian disalurkan lagi pada masyarakat di sekitarnya yang membutuhkan. Doni berpesan masyarakat harus didekati dengan ramah dan sopan.
Pada hari itu, Doni melakukan patroli keliling dan dia melihat sekelompok pemuda sedang nongkrong dan menawarkan pada mereka siapa yang mau ikut jalan-jalan. Seorang pemuda menyatakan kebersediannya. Di dalam mobil Doni bertanya mengenai penjarahan terhadap Kelapa Gading yang diisukan akan terjadi hari itu.
"Gimana mau jarah Kelapa Gading? Semua rumah sudah ada pasukan Bapak, jadi mana bisa ngumpulin orang," jawab pemuda tersebut dikutip SINDOnews, Kamis (7/12/2023).
Doni sendiri hampir tidak percaya ketika mendengar jawaban pemuda itu, tetapi Doni mengaku lega karena strategi 'pagar' di sekitar Kelapa Gading ternyata berhasil mencegah penjarahan dan pembakaran. Mungkin warga Kelapa Gading sendiri sampai sekarang tidak pernah menyadari bahwa saat itu mereka dijaga pasukan Kopassus yang tidak terlihat.'
Pada 19 Mei, Doni diperintahkan bergeser mengamankan Medan Merdeka Timur, diiringi reaksi rakyat yang cukup mengharukan, sampai ada seorang tokoh masyarakat di daerah Kramat Tunggak berkata jika saja masih ada anaknya yang gadis, dia ingin sekali menikahkan anaknya dengan prajurit Kopassus, karena mereka begitu ramah dan sopan.
Bahkan ketika ada yang memberi uang satu kantong plastik, prajurit itu menolak. Bagi seorang prajurit, perintah adalah tugas dan menolak satu kantong kresek sama sekali tidak masalah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda