Ketua BEM UI Diintimidasi, YLBHI: Ini Ciri-Ciri Negara Otoritarian
Kamis, 09 November 2023 - 10:08 WIB
JAKARTA - Peristiwa dugaan ancaman mengarah ke intimidasi yang dialami Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia ( BEM UI ) Melki Sedek Huang usai mengkritisi putusan Mahkamah Konstitusi ( MK ) terkait syarat batas usia capres-cawapres menyita perhatian banyak pihak. Kali ini, Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur yang angkat bicara menanggapi masalah tersebut.
Menurut Isnur, upaya intimidasi dan ancaman itu merupakan bentuk negara dari otoritarian. "Ya ini adalah tanda-tanda dari ciri-ciri negara otoritarian, negara yang totaliter, yang tidak menghargai kebebasan berekspresi, berpendapat dan tidak hargai kritik dari masyarakat," kata Isnur saat dihubungi, Kamis (9/11/2023).
Menurutnya, pemerintah itu sadar diri akan masalah yang ada, bukan malah mengelak keadaan saat ini baik-baik saja. Ia pun merasa, upaya intimidasi itu merupakan bentuk pembungkaman berekspresi.
"Dan ini sangat berbahaya bagi demokrasi, karena orang sekarang semakin takut berbicara, orang semakin takut bersuara," kata Isnur.
Kendati demikian, Isnur mendorong pemerintah untuk mengusut aparat yang diduga telah melakukan intimidasi terhadap Ketua BEM UI. "Dan tentunya kepolisian, tentara yang melakukan upaya-upaya surveilance, upaya intimidasi kepada keluarga dari BEM UI ini harus ducari tahu, harus diperiksa. Jangan sampai terulang kemnali penculikan di masa lalu," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua BEM UI Melki Sedek Huang mengaku mendapat sejumlah ancaman mengarah ke intimidasi hingga ke orang tua maupun guru semasa SMA di Pontianak, Kalimantan Barat. Diketahui, Melki sosok Ketua BEM UI yang vokal saat mengkritisi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batasan usia capres-cawapres.
"Ibu saya di rumah didatangi aparat keamanan ada dari TNI-Polri menanyakan ke ibu saya, Melki biasa balik ke rumah kapan? Melki kegiatan dulu di rumah ngapain saja?" kata Ketua BEM UI saat ditemui di Lapangan Rotunda Kampus UI Depok, Jawa Barat, Selasa (7/11/2023).
"Ibu komunikasi dengan Melki gimana? beberapa kali ditanyakan termasuk guru di sekolah saya. HP saya pun sudah beberapa kali ditelepon oleh aparat keamanan," tambahnya.
Melki pun tak gentar dengan ancaman yang diterimanya. Ia menilai, semakin banyak ancaman posisinya kritis di jalan yang benar. "Tapi tidak satu pun ancaman itu buat kita gentar, artinya kalau kita semakin banyak diancam, kita sudah di jalan yang benar," ujarnya.
Melki menyebut, sebenarnya ancaman telah diterimanya sejak awal tahun menjadi Ketua BEM UI. Namun menjelang dan setelah aksi menolak putusan MK semakin banyak. "Ancaman dari awal tahun menjadi Ketua BEM UI, tapi habis aksi dan menjelang aksi putusan MK semakin banyak," ucapnya.
Menurut Isnur, upaya intimidasi dan ancaman itu merupakan bentuk negara dari otoritarian. "Ya ini adalah tanda-tanda dari ciri-ciri negara otoritarian, negara yang totaliter, yang tidak menghargai kebebasan berekspresi, berpendapat dan tidak hargai kritik dari masyarakat," kata Isnur saat dihubungi, Kamis (9/11/2023).
Menurutnya, pemerintah itu sadar diri akan masalah yang ada, bukan malah mengelak keadaan saat ini baik-baik saja. Ia pun merasa, upaya intimidasi itu merupakan bentuk pembungkaman berekspresi.
Baca Juga
"Dan ini sangat berbahaya bagi demokrasi, karena orang sekarang semakin takut berbicara, orang semakin takut bersuara," kata Isnur.
Kendati demikian, Isnur mendorong pemerintah untuk mengusut aparat yang diduga telah melakukan intimidasi terhadap Ketua BEM UI. "Dan tentunya kepolisian, tentara yang melakukan upaya-upaya surveilance, upaya intimidasi kepada keluarga dari BEM UI ini harus ducari tahu, harus diperiksa. Jangan sampai terulang kemnali penculikan di masa lalu," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua BEM UI Melki Sedek Huang mengaku mendapat sejumlah ancaman mengarah ke intimidasi hingga ke orang tua maupun guru semasa SMA di Pontianak, Kalimantan Barat. Diketahui, Melki sosok Ketua BEM UI yang vokal saat mengkritisi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batasan usia capres-cawapres.
"Ibu saya di rumah didatangi aparat keamanan ada dari TNI-Polri menanyakan ke ibu saya, Melki biasa balik ke rumah kapan? Melki kegiatan dulu di rumah ngapain saja?" kata Ketua BEM UI saat ditemui di Lapangan Rotunda Kampus UI Depok, Jawa Barat, Selasa (7/11/2023).
"Ibu komunikasi dengan Melki gimana? beberapa kali ditanyakan termasuk guru di sekolah saya. HP saya pun sudah beberapa kali ditelepon oleh aparat keamanan," tambahnya.
Melki pun tak gentar dengan ancaman yang diterimanya. Ia menilai, semakin banyak ancaman posisinya kritis di jalan yang benar. "Tapi tidak satu pun ancaman itu buat kita gentar, artinya kalau kita semakin banyak diancam, kita sudah di jalan yang benar," ujarnya.
Melki menyebut, sebenarnya ancaman telah diterimanya sejak awal tahun menjadi Ketua BEM UI. Namun menjelang dan setelah aksi menolak putusan MK semakin banyak. "Ancaman dari awal tahun menjadi Ketua BEM UI, tapi habis aksi dan menjelang aksi putusan MK semakin banyak," ucapnya.
(rca)
Lihat Juga :
tulis komentar anda