Menilik Elektabilitas Kandidat Cawapres Pendamping Ganjar Pranowo
Senin, 09 Oktober 2023 - 16:35 WIB
Polling Institute juga telah melakukan survei terkait elektabilitas cawapres pada periode 21-25 Agustus 2023. Survei ini melibatkan 1.201 responden dengan menggunakan wawancara telepon dan metode simple random sampling.
Dari hasil survei tersebut, terdapat 19 nama yang secara semi-terbuka menjadi pilihan wakil presiden, dengan Erick Thohir dan Ridwan Kamil menduduki peringkat teratas, masing-masing dengan tingkat dukungan sebesar 15,1 persen dan 14,2 persen.
Diikuti oleh AHY dengan 9,8 persen, Mahfud MD dengan 8,8 persen, Gibran dengan 8,6 persen, dan Sandiaga Uno dengan 8,6 persen. Meskipun ada berbagai nama lainnya, sekitar 16,2 persen responden belum memberikan jawaban konkret.
Survei tersebut juga menanyakan siapa yang cocok mendampingi Ganjar Pranowo Calon Presiden 2024. Hasilnya menunjukkan bahwa Ridwan Kamil mendapat dukungan tertinggi dengan 31,7 persen, diikuti oleh Sandiaga Uno dengan 27,1 persen, dan Andika Perkasa dengan 9,2 persen.
Alasan utama yang diungkapkan oleh responden untuk memilih Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno sebagai kandidat cawapres yang cocok mendampingi Ganjar Pranowo Calon Presiden 2024 adalah karena keduanya memiliki rekam jejak yang positif dalam kinerja mereka. Sementara itu, Andika Perkasa dipilih karena latar belakang militernya dan kemampuannya untuk bersaing dengan karakter dari Prabowo Subianto.
The Indonesian Institute menjelaskan mengapa elektabilitas atau hasil survei sangan penting untuk dipertimbangkan untuk memilih kandidat calon presiden atau calon wakil presiden. Pertama, hasil survei disoroti karena menjadi produk ilmiah yang memberikan legitimasi pada data yang ditemukan.
Metode yang teruji dan kredibilitas para pemimpin lembaga survei menjadikan hasil survei lebih dipercayai oleh publik. Selain itu, hasil survei menjadi pedoman bagi kandidat dan partai politik, menghindari data tidak terverifikasi yang dapat mengaburkan realitas politik.
Kedua, hasil survei memungkinkan kandidat untuk meningkatkan kesadaran terkait popularitas dan elektabilitas mereka. Sebagai contoh, seorang kandidat yang awalnya tidak berniat untuk berkontestasi di Pemilu 2024, namun memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan hasil survei, dapat memutuskan untuk ikut serta dalam pemilihan.
Sebaliknya, kandidat yang awalnya berniat untuk maju namun memiliki dukungan rendah dapat mempertimbangkan strategi alternatif atau menarik diri dari pemilihan.
Dari hasil survei tersebut, terdapat 19 nama yang secara semi-terbuka menjadi pilihan wakil presiden, dengan Erick Thohir dan Ridwan Kamil menduduki peringkat teratas, masing-masing dengan tingkat dukungan sebesar 15,1 persen dan 14,2 persen.
Diikuti oleh AHY dengan 9,8 persen, Mahfud MD dengan 8,8 persen, Gibran dengan 8,6 persen, dan Sandiaga Uno dengan 8,6 persen. Meskipun ada berbagai nama lainnya, sekitar 16,2 persen responden belum memberikan jawaban konkret.
Survei tersebut juga menanyakan siapa yang cocok mendampingi Ganjar Pranowo Calon Presiden 2024. Hasilnya menunjukkan bahwa Ridwan Kamil mendapat dukungan tertinggi dengan 31,7 persen, diikuti oleh Sandiaga Uno dengan 27,1 persen, dan Andika Perkasa dengan 9,2 persen.
Alasan utama yang diungkapkan oleh responden untuk memilih Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno sebagai kandidat cawapres yang cocok mendampingi Ganjar Pranowo Calon Presiden 2024 adalah karena keduanya memiliki rekam jejak yang positif dalam kinerja mereka. Sementara itu, Andika Perkasa dipilih karena latar belakang militernya dan kemampuannya untuk bersaing dengan karakter dari Prabowo Subianto.
Memahami Pentingnya Elektabilitas bagi Kemenangan Ganjar Pranowo Calon Presiden 2024
The Indonesian Institute menjelaskan mengapa elektabilitas atau hasil survei sangan penting untuk dipertimbangkan untuk memilih kandidat calon presiden atau calon wakil presiden. Pertama, hasil survei disoroti karena menjadi produk ilmiah yang memberikan legitimasi pada data yang ditemukan.
Metode yang teruji dan kredibilitas para pemimpin lembaga survei menjadikan hasil survei lebih dipercayai oleh publik. Selain itu, hasil survei menjadi pedoman bagi kandidat dan partai politik, menghindari data tidak terverifikasi yang dapat mengaburkan realitas politik.
Kedua, hasil survei memungkinkan kandidat untuk meningkatkan kesadaran terkait popularitas dan elektabilitas mereka. Sebagai contoh, seorang kandidat yang awalnya tidak berniat untuk berkontestasi di Pemilu 2024, namun memiliki elektabilitas tinggi berdasarkan hasil survei, dapat memutuskan untuk ikut serta dalam pemilihan.
Sebaliknya, kandidat yang awalnya berniat untuk maju namun memiliki dukungan rendah dapat mempertimbangkan strategi alternatif atau menarik diri dari pemilihan.
tulis komentar anda