IIBF 2023 Siap Mendukung Peningkatan Minat Baca Indonesia
Selasa, 26 September 2023 - 17:00 WIB
JAKARTA - Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) akan menggelar acara Indonesia International Book Fair (IIBF) yang ke-43 kalinya tahun ini. Acara tersebut berlangsung di Hall 1 Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kabupaten Tangerang pada Rabu hingga Minggu, 27 September-1 Oktober 2023.
Acara IIBF 2023 kali ini mengusung tagline 'It’s time to read!'. Event ini untuk kali pertama kembali menyapa para penggemar buku pasca pandemi Covid-19. Para penerbit buku bersama pelaku perbukuan lainnya hadir menyapa masyarakat pencinta pengetahuan lewat karya kreatif mereka. Pasalnya, buku tak pernah benar-benar jauh dari kita, pameran ini kemudian mengingatkan bahwa inilah waktu yang tepat untuk mulai membaca.
Pameran buku merupakan salah satu ikhtiar untuk membuka lebar akses menuju bahan bacaan. Sebagaimana halnya toko buku dan perpustakaan, pameran buku mendekatkan masyarakat kepada buku dan lebih jauh mengembangkan atmosfer cinta buku serta kebiasaan untuk membaca.
Kehadiran Indonesia International Book Fair (IIBF) menjadi relevan dengan upaya bangsa untuk meningkatkan indeks literasi. Karena dengan indeks literasi yang tinggi, sebuah kelompok masyarakat dapat mampu mencerna informasi dengan baik dan meningkatan kualitas hidupnya.
Selama tiga tahun terakhir hidup bersama wabah covid memperlihatkan resiliensi para penerbit. Mereka menunjukkan kekeraskepalaan untuk bersikap bahwa buku terlalu penting untuk diabaikan. Pandemi jelas menampar keras industri perbukuan, namun para penerbit tetap teguh berkarya. Ibarat lilin yang membakar diri, mereka terus menerangi bangsa kendati kondisi mereka sedang tidak baik.
Demikian halnya dengan penyelenggaraan IIBF. Sejak pameran perdana berlangsung pada tahun 1980, pameran buku ini merupakan ikhtiar besar dalam menumbuhkan minat bangsa untuk tetap membaca dan menjaga kewarasan dalam terpaan wahana digital yang berupa tontonan dan hiburan lainnya.
Seperti tercantum dalam UU No. 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, penerbit bertanggung jawab untuk melahirkan karya berupa buku yang bermutu. Pemerintah mendukung upaya ke arah tersebut dengan memberikan pembinaan profesi maupun manajemen organisasi. Namun, buku yang bermutu akan sia-sia jika tak sampai ke tangan pembaca. Minat baca pun takkan terbangun tanpa ketersediaan akses terhadap bahan bacaan. Upaya pengembangan sektor hulu literasi dengan penyediaan bahan bacaan bermutu harus diimbangi dengan kemudahan bagi masyarakat untuk membacanya. Tak heran bahwa akses bahan bacaan merupakan salah satu indikator penting dalam indeks literasi.
Ketua Umum Ikapi Arys Hilman Nugraha menuturkan bahwa akses kepada buku, dan pembudayaan kebiasaan membaca adalah kunci bagi kapasitas literasi. Tak ada bangsa yang bergerak maju tanpa dibarengi dengan kenaikan indeks literasi. Keduanya dapat terjalin karena literasi pada dasarnya merupakan kemampuan manusia untuk menyerap informasi demi peningkatan kualitas diri. Semakin literat sebuah bangsa maka akan semakin laju ia dalam kemajuan.
Selain harapan untuk semakin menumbuhkan kecintaan terhadap buku dan membaca, IIBF juga bertujuan menjadi tempat dan penghubung bagi semua penggerak ekosistem perbukuan, yaitu penerbit, pembaca, penulis, pemerintah, dan siapa saja yang ada dalam industri buku. Oleh karena itu, panitia turut menyiapkan acara-acara yang akan menyemarakkan IIBF untuk para peserta pameran dan pengunjung. Beragam acara akan diadakan untuk memeriahkan IIBF, mulai dari diskusi dan peluncuran buku, jumpa penulis, serta seminar/workshop untuk insan perbukuan dan penerbitan yang akan menghadirkan lebih dari 100 narasumber.
Acara IIBF 2023 kali ini mengusung tagline 'It’s time to read!'. Event ini untuk kali pertama kembali menyapa para penggemar buku pasca pandemi Covid-19. Para penerbit buku bersama pelaku perbukuan lainnya hadir menyapa masyarakat pencinta pengetahuan lewat karya kreatif mereka. Pasalnya, buku tak pernah benar-benar jauh dari kita, pameran ini kemudian mengingatkan bahwa inilah waktu yang tepat untuk mulai membaca.
Pameran buku merupakan salah satu ikhtiar untuk membuka lebar akses menuju bahan bacaan. Sebagaimana halnya toko buku dan perpustakaan, pameran buku mendekatkan masyarakat kepada buku dan lebih jauh mengembangkan atmosfer cinta buku serta kebiasaan untuk membaca.
Kehadiran Indonesia International Book Fair (IIBF) menjadi relevan dengan upaya bangsa untuk meningkatkan indeks literasi. Karena dengan indeks literasi yang tinggi, sebuah kelompok masyarakat dapat mampu mencerna informasi dengan baik dan meningkatan kualitas hidupnya.
Selama tiga tahun terakhir hidup bersama wabah covid memperlihatkan resiliensi para penerbit. Mereka menunjukkan kekeraskepalaan untuk bersikap bahwa buku terlalu penting untuk diabaikan. Pandemi jelas menampar keras industri perbukuan, namun para penerbit tetap teguh berkarya. Ibarat lilin yang membakar diri, mereka terus menerangi bangsa kendati kondisi mereka sedang tidak baik.
Demikian halnya dengan penyelenggaraan IIBF. Sejak pameran perdana berlangsung pada tahun 1980, pameran buku ini merupakan ikhtiar besar dalam menumbuhkan minat bangsa untuk tetap membaca dan menjaga kewarasan dalam terpaan wahana digital yang berupa tontonan dan hiburan lainnya.
Seperti tercantum dalam UU No. 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, penerbit bertanggung jawab untuk melahirkan karya berupa buku yang bermutu. Pemerintah mendukung upaya ke arah tersebut dengan memberikan pembinaan profesi maupun manajemen organisasi. Namun, buku yang bermutu akan sia-sia jika tak sampai ke tangan pembaca. Minat baca pun takkan terbangun tanpa ketersediaan akses terhadap bahan bacaan. Upaya pengembangan sektor hulu literasi dengan penyediaan bahan bacaan bermutu harus diimbangi dengan kemudahan bagi masyarakat untuk membacanya. Tak heran bahwa akses bahan bacaan merupakan salah satu indikator penting dalam indeks literasi.
Ketua Umum Ikapi Arys Hilman Nugraha menuturkan bahwa akses kepada buku, dan pembudayaan kebiasaan membaca adalah kunci bagi kapasitas literasi. Tak ada bangsa yang bergerak maju tanpa dibarengi dengan kenaikan indeks literasi. Keduanya dapat terjalin karena literasi pada dasarnya merupakan kemampuan manusia untuk menyerap informasi demi peningkatan kualitas diri. Semakin literat sebuah bangsa maka akan semakin laju ia dalam kemajuan.
Selain harapan untuk semakin menumbuhkan kecintaan terhadap buku dan membaca, IIBF juga bertujuan menjadi tempat dan penghubung bagi semua penggerak ekosistem perbukuan, yaitu penerbit, pembaca, penulis, pemerintah, dan siapa saja yang ada dalam industri buku. Oleh karena itu, panitia turut menyiapkan acara-acara yang akan menyemarakkan IIBF untuk para peserta pameran dan pengunjung. Beragam acara akan diadakan untuk memeriahkan IIBF, mulai dari diskusi dan peluncuran buku, jumpa penulis, serta seminar/workshop untuk insan perbukuan dan penerbitan yang akan menghadirkan lebih dari 100 narasumber.
tulis komentar anda