Pancasila sebagai Pilar Kedamaian di Tengah Keragaman
Sabtu, 26 Agustus 2023 - 14:40 WIB
JAKARTA - Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono Atmoharsono membahas mengenai bahaya tindakan intoleransi bagi keutuhan bangsa. Hal ini disampaikan olehnya sebagai pembicara kunci pada acara Seminar Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI), Gambir dengan tema 'Membangun Karakter, Memperkokoh Kedaulatan Bangsa, serta Menegakkan Keadilan melalui Toleransi Beragama menuju Indonesia Emas' di Jakarta pada Jumat (25/8/2014).
"Intoleransi menghancurkan jembatan yang kita bangun menuju masa depan yang lebih baik. Kita harus merangkul perbedaan sebagai sumber kekuatan, bukan konflik. Intoleransi bukanlah jalur yang kita pilih. Saling menghormati dan saling memahami adalah kunci menuju harmoni," tutur Karjono.
Ia mencontohkan dengan negara seperti Suriah dan Afganistan yang didominasi oleh satu agama dan hanya beberapa suku bangsa. Meskipun memiliki struktur demografis yang relatif sederhana, negara ini tenggelam dalam konflik berdarah yang berkepanjangan, menghancurkan dan membelah masyarakatnya. Hal ini sangat berbeda dengan Indonesia yang justru menjadi cerminan keberhasilan Pancasila dalam menjaga kerukunan.
“Saat dunia melihat negara-negara lain yang berideologi religius terjebak dalam konflik dan perang
saudara, Indonesia, dengan keberagaman suku, budaya, dan agama yang begitu luar biasa, berhasil mengatasi potensi intoleransi dengan menjadikan Pancasila sebagai pilar utama,” ucapnya.
Dalam upaya mempertahankan kerukunan, Karjono memberikan pesan kuat kepada para peserta
seminar untuk menghadirkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaan. Dengan menjadikan tempat
peribadatan sebagai rumah bagi umat.
Ia juga menegaskan perlunya menghormati dan menghargai tempat suci agama-agama yang berbeda. Pesan ini mencerminkan semangat Pancasila yang mengajarkan tentang persatuan dalam keberagaman, menjadi pijakan untuk mewujudkan harmoni yang langgeng atau mewujudkan kerukunan beragama.
"Intoleransi menghancurkan jembatan yang kita bangun menuju masa depan yang lebih baik. Kita harus merangkul perbedaan sebagai sumber kekuatan, bukan konflik. Intoleransi bukanlah jalur yang kita pilih. Saling menghormati dan saling memahami adalah kunci menuju harmoni," tutur Karjono.
Ia mencontohkan dengan negara seperti Suriah dan Afganistan yang didominasi oleh satu agama dan hanya beberapa suku bangsa. Meskipun memiliki struktur demografis yang relatif sederhana, negara ini tenggelam dalam konflik berdarah yang berkepanjangan, menghancurkan dan membelah masyarakatnya. Hal ini sangat berbeda dengan Indonesia yang justru menjadi cerminan keberhasilan Pancasila dalam menjaga kerukunan.
“Saat dunia melihat negara-negara lain yang berideologi religius terjebak dalam konflik dan perang
saudara, Indonesia, dengan keberagaman suku, budaya, dan agama yang begitu luar biasa, berhasil mengatasi potensi intoleransi dengan menjadikan Pancasila sebagai pilar utama,” ucapnya.
Dalam upaya mempertahankan kerukunan, Karjono memberikan pesan kuat kepada para peserta
seminar untuk menghadirkan damai sejahtera bagi seluruh ciptaan. Dengan menjadikan tempat
peribadatan sebagai rumah bagi umat.
Ia juga menegaskan perlunya menghormati dan menghargai tempat suci agama-agama yang berbeda. Pesan ini mencerminkan semangat Pancasila yang mengajarkan tentang persatuan dalam keberagaman, menjadi pijakan untuk mewujudkan harmoni yang langgeng atau mewujudkan kerukunan beragama.
tulis komentar anda