Menemukan Indonesia di Wakatobi

Rabu, 02 Agustus 2023 - 05:13 WIB
Menemukan Indonesia di Wakatobi
Ahmad Sahidah

Dosen Semantik dan Ma’anil Qur’an Nurul Jadid Paiton

JUDULdi atas diambil dari pernyataan Bupati Wakatobi Haliana SE, dan Agil Fahim Ali, salah seorang mahasiswa yang menulis buku Tabuhan Rebana di Pulau Tomia: Catatan Perjalanan Mahasiswa MBKM Santri UNUJA di Wakatobi Sulawesi Tenggara.

baca juga: Jelajah Aktivitas Menarik di Wakatobi, Sulawesi Tenggara

Buku ini lahir dari catatan 19 mahasiswa Universitas Nurul Jadid (Unuja) Jawa Timur, yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Beruntung saya bisa mengikuti peluncuran buku ini, di wisma dosen kampus, pada 4 Maret 2023.



Haliana sebagai warga setempat sekaligus pejabat publik di sana, membingkai karya ini sebagai bagian dari wajah Wakatobi, yang mungkin belum banyak melirik dibandingkan Labuan Bajo , dan didesain untuk menjadi destinasi wisata premium.

Padahal, kawasan Wakatobi merupakan lokasi favorit menyelam (diving) terbaik dunia, kata penyelam Prancis Jacques Cousteau. Batu karang itu terbentuk indah karena gelombang laut yang menghidupinya. Tak ada ombak, tidak ada keindahan. Hanya kita harus tahu kapan menyelam dan bila melihat dari tepian.

baca juga: Fosil Kima Purba di Puncak Kahianga Pulau Tomia Wakatobi Terancam

Dengan pelbagai latar belakang yang berbeda, tentu setiap mahasiswa akan memotret pengalaman di daerah baru dengan cara yang berbeda. Mereka berada dari banyak program studi, seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, Ilmu Alquran dan Tafsir, Teknik Elektro, Teknik Informatika, Manajemen Pendidikan Islam, dan Perbankan Syariah. Selain itu, latar belakang daerah dari Sulawesi Tenggara dan daerah Tapal Kuda, Jawa Timur, menebalkan semangat perbedaan dalam kesatuan.

Melalui gaya bercerita, kumpulan tulisan ini membayangkan pendekatan etnografis, tempat penulis mencurahkan pikirannya begitu emosional dan apa adanya. Keadaan ini berkelindan dengan pengalaman mereka menafsirkan perjalanan dengan kepolosan.

Semisal salah seorang hendak pulang karena perahu yang ditumpangi dari Baubau ke lokasi dilambung ombak hingga mengeluarkan isi perut. Tetapi, ia telah memutus tali kapal dari pelabuhan, KKN Nusantara harus ditunaikan untuk cita-cita bersama, mengikat silaturahmi sejati.

Setiap mahasiswa membubuh judul masing-masing untuk renungannya selama mengikuti kegiatan ini, sehingga tajuk itu seakan-akan membingkai apa yang hendak dikisahkan. Lalu, subjudul mempersempit ruang gerak penceritaan sebagai peristiwa yang begitu menggugah, tulisan pertama bermual dari “Titik Nol Pengabdian”.

baca juga: Ustaz Abdul Somad Didaulat Jadi Duta Wisata Religi Wakatobi

Pemilihan diksi ini bukan kata-kata kosong, tetapi jiwa yang dibawa dari pondok tempat mahasiswa belajar bahwa pengabdian lahir dari sebuah hasrat yang tidak dibelenggu oleh imbalan dan dihiasi oleh ketulusan.

Penegasan Abdul Hamid Wahid selaku Rektor Unuja dalam acara MoU dengan pemerintah daerah Wakatobi meneguhkan semangat di atas. Kepercayaan mahasiswa akan ditempa oleh keyakinan yang telah diserap selama belajar dan dari sini kemanfaatan untuk khalayak adalah wujud dari akidah yang dipahami secara praktis.

Tentu, penegasan Haliana sebagai orang nomor satu tentang pembangunan daerah ditopang oleh kegiatan KKN merupakan kerja sama strategis antara dua pihak dalam menimbang kemajuan secara utuh. Apalagi, Indeks Pembangunan Manusia dilengkapi dengan IKS (Indeks Kesejahteraan Sosial) sebagai inisiatif lokal bahwa pengembangan masyarakat menimbang kegunaan pembangunan bagi pemerataan.

Selanjutnya, pembaca seperti tersihir untuk menekuri setiap kalimat, karena ia lahir dari penghayatan yang seluruh dan jujur. Misalnya, Agil menggambarkan suasana dengan hidup di kapal dan melukiskan cinta pada pandangan pertama pada Asila, teman satu kelompok.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More