Peran Koperasi Dinilai Cenderung Terpinggirkan Akibat Kasus Investasi Bodong
Jum'at, 28 Juli 2023 - 18:10 WIB
Buku ini menjadi buku ke-5 Dewi yang mengangkat tema pasang surut regulasi koperasi yang berimbas kepada eksistensi koperasi di Indonesia. Lebih spesifik, lulusan Doktoral Universitas Padjajaran ini membedah karut-marutnya situasi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Indonesia.
Sementara, hadir secara virtual, Ketua MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet mengapresiasi buah pikir Dewi yang tertuang dalam buku tersebut.
Dalam sambutannya, Bamsoet menyoroti dunia perkoperasian saat ini yang tengah dihadapkan dengan berbagai tantangan. Terlebih lagi, koperasi simpan pinjam dari seluruh Indonesia sangatlah banya, yakni berjumlah 1.354 unit, sebagian besar sekitar 80 persen didominasi oleh sektor keuangan skala mikro.
"Dewasa ini, dengan skema kurs yang semakin melonjak dan penetrasi bank yang semakin massif, maka pada tahun 2023 diprediksi menjadi tahun yang sulit bagi koperasi simpan pinjam untuk dapat bertahan," tutur Bamsoet.
Tantangan lainnya, menurut Bamsoet, yakni mengenai modernisasi yang mengarah pada kemajuan teknologi. Dengan begitu, koperasi saat ini harus mampu berjibaku dengan tantangan tersebut untuk dapat tetap bertahan.
"Jadi menurut saya memang tantangan koperasi ini sangat berat, apalagi itu ke depan modernisasi, kemajuan teknologi informasi, teknologi keuangan, semakin maju. Jadi menurut saya harus ada berbagai terobosan yang mampu memodernisasi koperasi sesuai kemajuan teknologi yang ada saat ini," ungkapnya.
Acara tersebut juga dihadiri Wakil Ketua Komisi XI DPR Fathan Subchi. Melihat kondisi perkoperasian Indonesia saat ini, Fathan menuturkan, buku yang ditulis Dewi ini dapat memberikan landasan baru bagi pemerintah untuk merancang suatu sistem ekonomi yang berkeadilan bagi rakyat.
"Jadi saya kira buku ini memberikan landasan baru bagi kita bahwa memang saatnya pemerintah beralih dari kebijakan yang people, yang pro rakyat, pro pertumbuhan tapi berkeadilan. Ini yang selalu kita sampaikan ke Kementerian Keuangan ketika kita memberikan catatan," ujar Fathan.
Menutup sambutannya, Fathan memberikan pantun kepada para hadirin peluncuran buku Dewi yang terdiri dari notaris, pegiat koperasi dan UMKM, para anggota DPR, perwakilan Kementerian Koperasi dan UMKM, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan lainnya.
"Jalan-jalan ke Yogya, jangan lupa beli peci. Kalau Indonesia mau merdeka, harus berlandaskan koperasi," pungkas Fathan.
Sementara, hadir secara virtual, Ketua MPR Bambang Soesatyo alias Bamsoet mengapresiasi buah pikir Dewi yang tertuang dalam buku tersebut.
Dalam sambutannya, Bamsoet menyoroti dunia perkoperasian saat ini yang tengah dihadapkan dengan berbagai tantangan. Terlebih lagi, koperasi simpan pinjam dari seluruh Indonesia sangatlah banya, yakni berjumlah 1.354 unit, sebagian besar sekitar 80 persen didominasi oleh sektor keuangan skala mikro.
"Dewasa ini, dengan skema kurs yang semakin melonjak dan penetrasi bank yang semakin massif, maka pada tahun 2023 diprediksi menjadi tahun yang sulit bagi koperasi simpan pinjam untuk dapat bertahan," tutur Bamsoet.
Tantangan lainnya, menurut Bamsoet, yakni mengenai modernisasi yang mengarah pada kemajuan teknologi. Dengan begitu, koperasi saat ini harus mampu berjibaku dengan tantangan tersebut untuk dapat tetap bertahan.
"Jadi menurut saya memang tantangan koperasi ini sangat berat, apalagi itu ke depan modernisasi, kemajuan teknologi informasi, teknologi keuangan, semakin maju. Jadi menurut saya harus ada berbagai terobosan yang mampu memodernisasi koperasi sesuai kemajuan teknologi yang ada saat ini," ungkapnya.
Acara tersebut juga dihadiri Wakil Ketua Komisi XI DPR Fathan Subchi. Melihat kondisi perkoperasian Indonesia saat ini, Fathan menuturkan, buku yang ditulis Dewi ini dapat memberikan landasan baru bagi pemerintah untuk merancang suatu sistem ekonomi yang berkeadilan bagi rakyat.
"Jadi saya kira buku ini memberikan landasan baru bagi kita bahwa memang saatnya pemerintah beralih dari kebijakan yang people, yang pro rakyat, pro pertumbuhan tapi berkeadilan. Ini yang selalu kita sampaikan ke Kementerian Keuangan ketika kita memberikan catatan," ujar Fathan.
Menutup sambutannya, Fathan memberikan pantun kepada para hadirin peluncuran buku Dewi yang terdiri dari notaris, pegiat koperasi dan UMKM, para anggota DPR, perwakilan Kementerian Koperasi dan UMKM, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan lainnya.
"Jalan-jalan ke Yogya, jangan lupa beli peci. Kalau Indonesia mau merdeka, harus berlandaskan koperasi," pungkas Fathan.
tulis komentar anda