Sandiaga Uno: Pemerintah Harus Cepat Selamatkan UMKM
Selasa, 28 Juli 2020 - 18:29 WIB
JAKARTA - Sandiaga Uno menyebut ada sebanyak 163.713 UMKM dan 1.785 koperasi terkena dampak Covid-19. Karena itu, pemerintah harus cepat tanggap dengan adanya hal tersebut.
Terpuruknya UMKM karena turunnya permintaan secara signifikan menjadi permasalahan utama bagi ekonomi. Guna mempertahankan hidup, maka masyarakat harus bijak dalam merancang strategi dan inovasi dalam berbisnis dengan memilih sektor bisnis yang menjadi prioritas sektor Covid-19. (Baca juga: Meningkat Drastis, Dalam Seminggu 618 Orang Meninggal Akibat Covid-19)
Menurut dia, pemerintah dan korporasi perlu memperhatikan bagaimana cara meningkatkan kewirausahaan melalui generasi milenial yang sebenarnya 55% ingin mandiri dengan membuka usaha sendiri. Tentu ini menjadi gerbang di era new normal dan masyarakat harus sudah mulai melakukan akselerasi digital dengan cara kolaborasi atau mewadahi anak muda dalam memulai usaha.
"Tahun 1998 dan 2008, sektor korporasi sempat bailout akibat krisis yang terjadi di negara ini, tapi UMKM tetap kokoh dan tangguh sebagai frontman dalam menyelamatkan perekonomian nasional. Namun, 2020 UMKM menjadi yang paling terpukul jatuh di ronde awal," ungkap Sandiaga Uno. (Baca juga: Profesor Wiku Adisasmito Tegaskan COVID-19 Bukan Konspirasi)
Dia menegaskan, dengan adanya hal tersebut, maka para pelaku UMKM juga harus memanfaatkan platform lain seperti digitalisasi. Permasalahannya sekarang, banyaknya UMKM yang gagal masuk ke platform digital adalah kurangnya produksi ketika adanya permintaan yang banyak ketika masuk market online.
Hal lain yang tak kalah penting adalah akuntabilitas dalam mengelola keuangan dan mitigasi krisis. Banyak pelaku UMKM yang belum memahami bagaimana mengelola keuangan secara efektif. Seringkali menemukan kasus bahwa UMKM masih buta akuntansi. Tidak adanya catatan keuangan bisnis akan menyulitkan UMKM apa yang harus diprioritaskan.
Founder KAHMIPreneur yang juga anggota Komisi XI DPR Kamrussamad mengatakan, Covid-19 berdampak pada semua aspek, mulai dari kesehatan sosial, ekonomi, dan keuangan. Kalau masalah ekonomi ada perlambatan pertumbuhan mulai dari -0.4% hingga 1% pada masa pandemi ini. Selain itu, ada peningkatan kemiskinan dan pengangguran mulai dari 3% hingga 5%.
“Saya juga mengambil contoh di negara Asia seperti Korea Selatan, Singapura, dan Thailand, pertumbuhan pada kuartal pertama mulai dari -0.7 hingga 1.8. Tidak hanya itu pada kuwartal kedua juga semakin parah yaitu yaitu -3.3 hingga -12,” katanya.
Untuk sebaran koperasi, ada 126.343 unit yang tercatat aktif. Semuanya terdiri dari 756 unit dari Kementerian Koperasi dan UKM, dinas provinsi ada 4.672 dan dinas kabupaten dan kota ada sebanyak 120.915 unit. “Sedangkan jenisnya ada untuk simpan pinjam sebanyak 15%, koperasi jasa 3%, konsumen 59%, pemasaran 2%, dan produsen 21%,” paparnya.
Terkait pengembangan pada era 4.0, maka perlu juga digitaliasai koperasi. Selain itu, perlu juga kolaborasi bisnis sesama koperasi maupun pelaku usaha lainnya. “Dan yang paling utama adalah pengembangan sumber daya manusianya,” tandasnya.
Terpuruknya UMKM karena turunnya permintaan secara signifikan menjadi permasalahan utama bagi ekonomi. Guna mempertahankan hidup, maka masyarakat harus bijak dalam merancang strategi dan inovasi dalam berbisnis dengan memilih sektor bisnis yang menjadi prioritas sektor Covid-19. (Baca juga: Meningkat Drastis, Dalam Seminggu 618 Orang Meninggal Akibat Covid-19)
Menurut dia, pemerintah dan korporasi perlu memperhatikan bagaimana cara meningkatkan kewirausahaan melalui generasi milenial yang sebenarnya 55% ingin mandiri dengan membuka usaha sendiri. Tentu ini menjadi gerbang di era new normal dan masyarakat harus sudah mulai melakukan akselerasi digital dengan cara kolaborasi atau mewadahi anak muda dalam memulai usaha.
"Tahun 1998 dan 2008, sektor korporasi sempat bailout akibat krisis yang terjadi di negara ini, tapi UMKM tetap kokoh dan tangguh sebagai frontman dalam menyelamatkan perekonomian nasional. Namun, 2020 UMKM menjadi yang paling terpukul jatuh di ronde awal," ungkap Sandiaga Uno. (Baca juga: Profesor Wiku Adisasmito Tegaskan COVID-19 Bukan Konspirasi)
Dia menegaskan, dengan adanya hal tersebut, maka para pelaku UMKM juga harus memanfaatkan platform lain seperti digitalisasi. Permasalahannya sekarang, banyaknya UMKM yang gagal masuk ke platform digital adalah kurangnya produksi ketika adanya permintaan yang banyak ketika masuk market online.
Hal lain yang tak kalah penting adalah akuntabilitas dalam mengelola keuangan dan mitigasi krisis. Banyak pelaku UMKM yang belum memahami bagaimana mengelola keuangan secara efektif. Seringkali menemukan kasus bahwa UMKM masih buta akuntansi. Tidak adanya catatan keuangan bisnis akan menyulitkan UMKM apa yang harus diprioritaskan.
Founder KAHMIPreneur yang juga anggota Komisi XI DPR Kamrussamad mengatakan, Covid-19 berdampak pada semua aspek, mulai dari kesehatan sosial, ekonomi, dan keuangan. Kalau masalah ekonomi ada perlambatan pertumbuhan mulai dari -0.4% hingga 1% pada masa pandemi ini. Selain itu, ada peningkatan kemiskinan dan pengangguran mulai dari 3% hingga 5%.
“Saya juga mengambil contoh di negara Asia seperti Korea Selatan, Singapura, dan Thailand, pertumbuhan pada kuartal pertama mulai dari -0.7 hingga 1.8. Tidak hanya itu pada kuwartal kedua juga semakin parah yaitu yaitu -3.3 hingga -12,” katanya.
Untuk sebaran koperasi, ada 126.343 unit yang tercatat aktif. Semuanya terdiri dari 756 unit dari Kementerian Koperasi dan UKM, dinas provinsi ada 4.672 dan dinas kabupaten dan kota ada sebanyak 120.915 unit. “Sedangkan jenisnya ada untuk simpan pinjam sebanyak 15%, koperasi jasa 3%, konsumen 59%, pemasaran 2%, dan produsen 21%,” paparnya.
Terkait pengembangan pada era 4.0, maka perlu juga digitaliasai koperasi. Selain itu, perlu juga kolaborasi bisnis sesama koperasi maupun pelaku usaha lainnya. “Dan yang paling utama adalah pengembangan sumber daya manusianya,” tandasnya.
(nbs)
Lihat Juga :
tulis komentar anda