Bacaan dan Tempat
Sabtu, 15 Juli 2023 - 07:32 WIB
Keberuntungan milik sedikit orang. Neil Gaiman tak lahir dan besar di Indonesia. Ia berada di alamat penuh keberuntungan. Perpustakaan ikut menentukan ia menjadi pengarang tenar.
Kenangan terbaca dalam buku kecil dan tipis berjudul Kenapa Masa Depan Kita Bergantung pada Perpustakaan, Membaca, dan Melamun? Buku memuat tulisan-tulisan Neil Gaiman, Julian Baggini, dan Maggie Gram. Kita sedang mendapat cerita dari orang-orang di benua berbeda.
Kita memberi pujian sambil mengeluh saat menilik alamat dan biografi di Indonesia tak seperti mereka. Kita memang mendingan kagum dengan orang, buku, dan perpustakaan di tempat-tempat jauh. Di Indonesia, kita memang dikondisikan telat, batal, atau membantah kagum untuk tema-tema perbukuan dan perpustakaan.
Kita membuktikan dampak betah di perpustakaan dalam biografi Neil Gaiman. Pada 2012, terbit novel dalam terjemahan bahasa Indonesia berjudul American Gods. Novel digubah Neil Gaiman diakui sebagai penulis terkenal dan terlaris di Amerika Serikat.
baca juga: Buku-Buku Terlarang Abad 21, Da Vinci Code Terjual 80 Juta Copy
Novel tebal ditulis di sekian rumah dan tempat. Ia menjelaskan: “Saya ingin buku ini menjadi banyak hal. Saya ingin menulis sebuah buku yang tebal dan aneh dan berliku-liku, dan saya melakukan itu dan begitulah buku itu akhirnya. Saya ingin menulis buku yang mencantumkan semua bagian Amerika yang membuat saya terobsesi dan senang yang cenderung menjadi bagian-bagian yang tidak pernah muncul di film-film dan acara televisi.”
Tebal tapi sering mendapat penghargaan dan laris. Ia agak bingung novel untuk anak atau remaja. Neil Gaiman tentu menginginkan American Gods menghuni rumah atau perpustakaan. Novel berhak bertemu pembaca bisa terpukau.
Novel itu mustahil ditemukan oleh Matilda. Si bocah perempuan itu rajin mengunjungi perpustakaan dan membaca buku-buku. Ia hidup dalam novel gubahan Roald Dahl. Matilda tak bertemu American Gods tapi bisa berbagi pengalaman mengenai perpustakaan.
baca juga: Menginspirasi lewat Buku Bertumbuh Bermimpi
Di novel dalam terjemahan bahasa Indonesia berjudul Matilda (1993), Troald Dahl sedang melakukan “penghasutan terindah” agar bocah-bocah suka ke perpustakaan. Ia menjadikan Matilda sebagai panutan:
Kenangan terbaca dalam buku kecil dan tipis berjudul Kenapa Masa Depan Kita Bergantung pada Perpustakaan, Membaca, dan Melamun? Buku memuat tulisan-tulisan Neil Gaiman, Julian Baggini, dan Maggie Gram. Kita sedang mendapat cerita dari orang-orang di benua berbeda.
Kita memberi pujian sambil mengeluh saat menilik alamat dan biografi di Indonesia tak seperti mereka. Kita memang mendingan kagum dengan orang, buku, dan perpustakaan di tempat-tempat jauh. Di Indonesia, kita memang dikondisikan telat, batal, atau membantah kagum untuk tema-tema perbukuan dan perpustakaan.
Kita membuktikan dampak betah di perpustakaan dalam biografi Neil Gaiman. Pada 2012, terbit novel dalam terjemahan bahasa Indonesia berjudul American Gods. Novel digubah Neil Gaiman diakui sebagai penulis terkenal dan terlaris di Amerika Serikat.
baca juga: Buku-Buku Terlarang Abad 21, Da Vinci Code Terjual 80 Juta Copy
Novel tebal ditulis di sekian rumah dan tempat. Ia menjelaskan: “Saya ingin buku ini menjadi banyak hal. Saya ingin menulis sebuah buku yang tebal dan aneh dan berliku-liku, dan saya melakukan itu dan begitulah buku itu akhirnya. Saya ingin menulis buku yang mencantumkan semua bagian Amerika yang membuat saya terobsesi dan senang yang cenderung menjadi bagian-bagian yang tidak pernah muncul di film-film dan acara televisi.”
Tebal tapi sering mendapat penghargaan dan laris. Ia agak bingung novel untuk anak atau remaja. Neil Gaiman tentu menginginkan American Gods menghuni rumah atau perpustakaan. Novel berhak bertemu pembaca bisa terpukau.
Novel itu mustahil ditemukan oleh Matilda. Si bocah perempuan itu rajin mengunjungi perpustakaan dan membaca buku-buku. Ia hidup dalam novel gubahan Roald Dahl. Matilda tak bertemu American Gods tapi bisa berbagi pengalaman mengenai perpustakaan.
baca juga: Menginspirasi lewat Buku Bertumbuh Bermimpi
Di novel dalam terjemahan bahasa Indonesia berjudul Matilda (1993), Troald Dahl sedang melakukan “penghasutan terindah” agar bocah-bocah suka ke perpustakaan. Ia menjadikan Matilda sebagai panutan:
tulis komentar anda