Cegah Stunting untuk Indonesia Unggul di Masa Depan
Sabtu, 08 Juli 2023 - 12:17 WIB
Terkait hal tersebut, Kemenkominfo hingga kini terus melakukan terobosan di bidang komunikasi publik, salah satunya menggunakan media baru. Sejak tahun 2019 Direktorat Jenderal IKP Kemenkominfo mengembangkan program Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) sebagai sarana edukasi stunting.
Melalui beragam konten digital, Genbest mendorong masyarakat dari segala usia untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam keseharian. Caranya dengan menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, serta memberikan pengetahuan kesehatan mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat. Semua dilakukan dengan kemasan menarik dan sederhana. Genbest menggunakan berbagai kanal dan platform untuk mendiseminasikan informasi terkait stunting, mulai dari website genbest.id, Instagram, Tiktok, Youtube, hingga Twitter.
Selain itu, sejak 2017 hingga 2023 bekerjasama dengan stakeholder lain, Kemenkominfo juga telah melakukan sosialisasi secara tatap muka kepada masyarakat di 176 kabupaten/kota yang menjadi lokasi prioritas intervensi stunting. Kemenkominfo juga mensosialisasikan isu stunting kepada publik melalui media mainstream seperti televisi, radio, media cetak, serta media luar ruang.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 24 bulan atau dua tahun. Saat ini, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pembangunan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Sejauh ini berdasarkan SSGI 2022, sebanyak 28 provinsi sudah berhasil menurunkan angka stunting. Untuk daerah dengan populasi terbanyak di Indonesia angka stunting dari tahun 2021 ke 2022 turun. Misalnya di Jawa Barat dari 24,5 persen menjadi 20,2 persen dan Jawa Timur 24,8 persen menjadi 19,2 persen. Selain itu, tiga provinsi mengalami penurunan angka stunting paling signifikan yaitu Kalimatan Selatan sebanyak 30 persen turun menjadi 24,6 persen, Kalimantan Utara dari 27 persen menjadi 22,1 persen; serta Sumatra Selatan dari 24,8 persen menjadi 18,6 persen.
Angka stunting mendesak untuk ditekan karena Indonesia saat ini memasuki era bonus demografi, di mana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif. Jika bonus demografi ini dapat dikelola dengan baik maka akan menjadi modal penting bagi keberhasilan pembangunan menuju 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045.
Oleh karena itu Presiden Joko Widodo dalam Rapat Program Bangga Kencana, Januari 2023 lalu, mengatakan kualitas keluarga, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci bagi Indonesia untuk berkompetisi, bersaing dengan negara-negara lain. Terkait dengan hal itu, pemerintah terus mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menekan angka stunting.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam siaran persnya, Kamis (6/7/2023), menyatakan kondisi kependudukan Indonesia saat ini mengalami titik balik.
"Hal ini dikarenakan program Keluarga Berencana selama ini sudah sukses mengantarkan kepada TFR (Total Fertility Rate) Nasional di angka 2,14. Sehingga tantangan tidak lagi terfokus pada pengendalian kuantitas penduduk," katanya.
Melalui beragam konten digital, Genbest mendorong masyarakat dari segala usia untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam keseharian. Caranya dengan menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, serta memberikan pengetahuan kesehatan mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat. Semua dilakukan dengan kemasan menarik dan sederhana. Genbest menggunakan berbagai kanal dan platform untuk mendiseminasikan informasi terkait stunting, mulai dari website genbest.id, Instagram, Tiktok, Youtube, hingga Twitter.
Selain itu, sejak 2017 hingga 2023 bekerjasama dengan stakeholder lain, Kemenkominfo juga telah melakukan sosialisasi secara tatap muka kepada masyarakat di 176 kabupaten/kota yang menjadi lokasi prioritas intervensi stunting. Kemenkominfo juga mensosialisasikan isu stunting kepada publik melalui media mainstream seperti televisi, radio, media cetak, serta media luar ruang.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 24 bulan atau dua tahun. Saat ini, percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pembangunan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Sejauh ini berdasarkan SSGI 2022, sebanyak 28 provinsi sudah berhasil menurunkan angka stunting. Untuk daerah dengan populasi terbanyak di Indonesia angka stunting dari tahun 2021 ke 2022 turun. Misalnya di Jawa Barat dari 24,5 persen menjadi 20,2 persen dan Jawa Timur 24,8 persen menjadi 19,2 persen. Selain itu, tiga provinsi mengalami penurunan angka stunting paling signifikan yaitu Kalimatan Selatan sebanyak 30 persen turun menjadi 24,6 persen, Kalimantan Utara dari 27 persen menjadi 22,1 persen; serta Sumatra Selatan dari 24,8 persen menjadi 18,6 persen.
Angka stunting mendesak untuk ditekan karena Indonesia saat ini memasuki era bonus demografi, di mana penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia tidak produktif. Jika bonus demografi ini dapat dikelola dengan baik maka akan menjadi modal penting bagi keberhasilan pembangunan menuju 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045.
Oleh karena itu Presiden Joko Widodo dalam Rapat Program Bangga Kencana, Januari 2023 lalu, mengatakan kualitas keluarga, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci bagi Indonesia untuk berkompetisi, bersaing dengan negara-negara lain. Terkait dengan hal itu, pemerintah terus mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menekan angka stunting.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam siaran persnya, Kamis (6/7/2023), menyatakan kondisi kependudukan Indonesia saat ini mengalami titik balik.
"Hal ini dikarenakan program Keluarga Berencana selama ini sudah sukses mengantarkan kepada TFR (Total Fertility Rate) Nasional di angka 2,14. Sehingga tantangan tidak lagi terfokus pada pengendalian kuantitas penduduk," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda