6 Fakta Menarik Mayjen Soengkono, Tokoh yang Mempertahankan Kemerdekaan di Jawa Timur
Kamis, 08 Juni 2023 - 17:45 WIB
Soengkono memulai pendidikan dengan bersekolah di sekolah ongko loro Muhammadiyah Purbalingga. Kemudian Sungkono pindah ke HIS, sampai lulus pada tahun 1926.
Ketika masih berusia 15 tahun, Soengkono mulai merantau ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Kemudian, dia kembali melanjutkan pendidikannya di sekolah Teknik perkapalan atau KIS (Kweeksschool voor Islandsche Scheepelingen) pada tahun 1933.
Setelah lulus dari sekolah teknik perkapalan di Makassar, Sungkono ditugaskan ke Surabaya untuk ditempatkan di Vliegtugmaker sebagai tenaga teknik di Vliegkamp-Morokrembangan.
Pertentangan ini dikenal dengan pemberontakan Zeven Provincien atau Kapal Tujuh. Soengkono yang saat itu masih berusia 22 tahun mulai melakukan aksi mogok kerja bersama rekan-rekannya. Dari aksi ini Soengkono akhirnya ditangkap dan ditawan dalam sebuah camp di Sukolilo, Madura.
Seperti halnya Sungkono, Isbandiyah juga gadis pejuang yang diawali keikutsertaannya sebagai anggota organisasi Joshi Seinen Shuishintai. Dia merupakan wanita Surabaya yang dikirim ke Jakarta untuk menjalani pelatihan.
Dilansir dari repository.unair.ac.id, Joshi Seinen Shuishintai merupakan Barisan Pelopor Wanita yang didirikan pada tanggal 11 November 1944. Dimana para anggotanya akan dibekali dengan ilmu kemiliteran.
Ketika masih berusia 15 tahun, Soengkono mulai merantau ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Kemudian, dia kembali melanjutkan pendidikannya di sekolah Teknik perkapalan atau KIS (Kweeksschool voor Islandsche Scheepelingen) pada tahun 1933.
Setelah lulus dari sekolah teknik perkapalan di Makassar, Sungkono ditugaskan ke Surabaya untuk ditempatkan di Vliegtugmaker sebagai tenaga teknik di Vliegkamp-Morokrembangan.
3. Pelopor Pemberontakan Zeven Provincien
Dimulai dari Gubernur Jenderal B.C. de Jonge yang mengeluarkan aturan pemotongan gaji sebesar 17% bagi para pelaut. Hal tersebut membuat pertentangan antara para pelaut Belanda sendiri maupun para pelaut Indonesia.Pertentangan ini dikenal dengan pemberontakan Zeven Provincien atau Kapal Tujuh. Soengkono yang saat itu masih berusia 22 tahun mulai melakukan aksi mogok kerja bersama rekan-rekannya. Dari aksi ini Soengkono akhirnya ditangkap dan ditawan dalam sebuah camp di Sukolilo, Madura.
Baca Juga
4. Menikah dengan Anggota Joshi Seinen Shuishintai
Sungkono menikah dengan gadis pejuang, bernama Isbandiyah tanggal 8 Januari 1946. Isbandiyah sendiri merupakan murid Soengkono ketika masih menjadi guru olahraga di HIS Bubutan.Seperti halnya Sungkono, Isbandiyah juga gadis pejuang yang diawali keikutsertaannya sebagai anggota organisasi Joshi Seinen Shuishintai. Dia merupakan wanita Surabaya yang dikirim ke Jakarta untuk menjalani pelatihan.
Dilansir dari repository.unair.ac.id, Joshi Seinen Shuishintai merupakan Barisan Pelopor Wanita yang didirikan pada tanggal 11 November 1944. Dimana para anggotanya akan dibekali dengan ilmu kemiliteran.
5. Menjabat Sebagai Ketua BKR Kota Surabaya
Setelah BKR Jawa Timur terbentuk, hampir seluruh mantan pejuang PETA, Heiho, Koninklijke Nederlands-Indische Leger (KNIL), mulai mendaftarkan dirinya.
tulis komentar anda