Tes Covid-19 Lebih Banyak, IDI: Bisa Ketemu 200 Ribu Kasus Positif
Selasa, 21 Juli 2020 - 10:16 WIB
JAKARTA - Jumlah orang yang terpapar Covid-19 di Indonesia telah mencapai 88.214 pada 20 Juli 2020. Daerah yang menyumbang kasus banyak yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 , ada penambahan kasus positif 1.693 orang. Jumlah orang yang sembuh sebanyak 1.576. Namun, jumlah positif Covid-19 yang meninggal dunia pun cukup tinggi, yakni 96 orang. Sehari sebelumnya, jumlah yang meninggal dunia sebanyak 127 orang.
Orang yang terpapar Covid-19 masih tinggi di beberapa wilayah. Data 19 Juli 2020, DKI Jakarta 313, Jawa Tengah 300, Jawa Timur 275, Sulawesi Selatan 158, dan Kalimantan Selatan 109 orang. Pada 20 Juli 2020, Jakarta masih menyumbang kasus terbanyak dengan jumlah 361 orang. Disusul oleh Jawa Tengah 354, Jawa Timur 237, Sulawesi Selatan 125, dan Gorontalo 105. (
).
Kepala Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, sebenarnya inspection rate untuk Jakarta sempat menyentuh 5 persen pada Juni lalu. Belakangan, meningkat kembali ke 10,5 persen.
Dia menerangkan, berdasarkan data itu tentu situasi sekarang cukup memprihatinkan. Memang jika dibandingkan dengan beberapa negara, seperti Amerika Serikat yang sudah 3,5 juta, Brasil 2 juta, dan India lebih dari 1 juta orang, Indonesia terlihat masih jauh dan tidak gawat.
"Masalahnya, inspection rate yang tinggi amat mengkhawatirkan, karena kalau diperiksanya makin banyak bisa ketemu 100 ribu bahkan 200 ribu (kasus positif). Kita harus lebih ketat untuk mengubah perilaku ke adaptasi baru," ujar Zubairi saat dihubungi SINDOnews.
PB IDI mengkhawatirkan banyaknya klaster baru, seperti di Jawa Timur dan Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat di Bandung. Belakangan, muncul beberapa klaster di Semarang, Jawa Tengah, yakni perusahaan dan pesta pernikahan. Masyarakat diminta mewaspadai penularan virus Sars Cov-II yang tidak lagi menular melalui droplets atau percikan, tapi kemungkinan lewat udara juga.
"Saya sudah menduga dari awal melihat klaster besar (dunia). Ada di kapal Pesiar di Yokohama, kapal induk Prancis, dan lebih dari 40 kapal pesiar yang jumlah orang terinfeksinya banyak banget. Kemudian, sebuah gereja di Korea Selatan dari 1 orang menjadi 5.000 lebih," terangnya.
Di Indonesia, kejadian serupa pernah terjadi di masjid di kawasan Taman Sari, Gowa, gereja Bethel di Bandung, dan seminar gereja Protestan di Bogor. Intinya, berada di ruangan tertutup dan banyak orang dalam waktu lama itu berisiko tinggi terjadi penularan Covid-19. ( ).
Zubairi menyebut angkutan umum, seperti bus dan kereta rel listrik, serta restoran dan bioskop, merupakan tempat yang potensial terjadi penularan. Beberapa negara telah mengalami penurunan kasus sekarang menghadapi munculnya klaster baru, seperti Leicester di Inggris dan Spanyol.
Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 , ada penambahan kasus positif 1.693 orang. Jumlah orang yang sembuh sebanyak 1.576. Namun, jumlah positif Covid-19 yang meninggal dunia pun cukup tinggi, yakni 96 orang. Sehari sebelumnya, jumlah yang meninggal dunia sebanyak 127 orang.
Orang yang terpapar Covid-19 masih tinggi di beberapa wilayah. Data 19 Juli 2020, DKI Jakarta 313, Jawa Tengah 300, Jawa Timur 275, Sulawesi Selatan 158, dan Kalimantan Selatan 109 orang. Pada 20 Juli 2020, Jakarta masih menyumbang kasus terbanyak dengan jumlah 361 orang. Disusul oleh Jawa Tengah 354, Jawa Timur 237, Sulawesi Selatan 125, dan Gorontalo 105. (
Baca Juga
Kepala Satgas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zubairi Djoerban mengatakan, sebenarnya inspection rate untuk Jakarta sempat menyentuh 5 persen pada Juni lalu. Belakangan, meningkat kembali ke 10,5 persen.
Dia menerangkan, berdasarkan data itu tentu situasi sekarang cukup memprihatinkan. Memang jika dibandingkan dengan beberapa negara, seperti Amerika Serikat yang sudah 3,5 juta, Brasil 2 juta, dan India lebih dari 1 juta orang, Indonesia terlihat masih jauh dan tidak gawat.
"Masalahnya, inspection rate yang tinggi amat mengkhawatirkan, karena kalau diperiksanya makin banyak bisa ketemu 100 ribu bahkan 200 ribu (kasus positif). Kita harus lebih ketat untuk mengubah perilaku ke adaptasi baru," ujar Zubairi saat dihubungi SINDOnews.
PB IDI mengkhawatirkan banyaknya klaster baru, seperti di Jawa Timur dan Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat di Bandung. Belakangan, muncul beberapa klaster di Semarang, Jawa Tengah, yakni perusahaan dan pesta pernikahan. Masyarakat diminta mewaspadai penularan virus Sars Cov-II yang tidak lagi menular melalui droplets atau percikan, tapi kemungkinan lewat udara juga.
"Saya sudah menduga dari awal melihat klaster besar (dunia). Ada di kapal Pesiar di Yokohama, kapal induk Prancis, dan lebih dari 40 kapal pesiar yang jumlah orang terinfeksinya banyak banget. Kemudian, sebuah gereja di Korea Selatan dari 1 orang menjadi 5.000 lebih," terangnya.
Di Indonesia, kejadian serupa pernah terjadi di masjid di kawasan Taman Sari, Gowa, gereja Bethel di Bandung, dan seminar gereja Protestan di Bogor. Intinya, berada di ruangan tertutup dan banyak orang dalam waktu lama itu berisiko tinggi terjadi penularan Covid-19. ( ).
Zubairi menyebut angkutan umum, seperti bus dan kereta rel listrik, serta restoran dan bioskop, merupakan tempat yang potensial terjadi penularan. Beberapa negara telah mengalami penurunan kasus sekarang menghadapi munculnya klaster baru, seperti Leicester di Inggris dan Spanyol.
(zik)
tulis komentar anda