Google Doodle Tampilkan Raden Ayu Lasminingrat, Ini Sosoknya
Rabu, 29 Maret 2023 - 05:10 WIB
Lantas, seperti apa sosok Raden Ayu Lasminingrat sehingga Google tertarik menampilkan Doodle ulang tahunnya yang ke-169? Dikutip dari laman budaya.jogjaprov.go.id, Rabu (29/3/2023), Lasminingrat merupakan salah satu tokoh perempuan yang berjuang di bidang pendidikan sekaligus representasi kaum perempuan dalam memperjuangkan kesetaraan gender yang pada zamannya masih tertinggal.
Lasminingrat merupakan putri seorang Ulama atau Kiai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lahir pada tahun 1843 di Garut dengan nama Soehara, Lasminingrat yang memiliki kecerdasan luar biasa dengan mendapat pendidikan di sekolah Belanda di daerah Sumedang. Untuk melanjutkan pendidikannya di Sumedang, ia harus dipisahkan dari keluarganya dan diasuh oleh teman ayahnya, Levyson Norman.
Berkat didikan Norman, Lasminingrat tercatat sebagai perempuan pribumi satu-satunya yang fasih menulis dan membaca serta berbahasa Belanda pada masanya. Perjuangan Lasminingrat diawali dari dunia kepenulisan.
Lasminingrat menggunakan kemampuan literasinya untuk mengadaptasi dongeng Eropa ke dalam bahasa Sunda. Lasminingrat mendidik anak-anak melalui buku bacaan berbahasa Sunda, pendidikan moral, agama, ilmu alam, psikologi, dan sosiologi.
Dia menyisipkan cerita yang disadur dari bahasa asing yang disesuaikan dengan kultur Sunda dan bahasa yang mudah dimengerti. Ia berhasil menyadurkan banyak cerita karya Grimm yang popular di Eropa. Tujuan penyaduran itu tidak lain agar kaumnya dapat membaca karya-karya penulis Eropa tersebut dan mengambil hikmahnya oleh kaum perempuan Sunda.
Kumpulan sadurannya itu kemudian diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1875 oleh percetakan milik pemerintah, Landsdrukkerji dengan judul Tjarita Erman. Pada tahun berikutnya atau tahun 1876 terbit karyanya yang kedua yang diberi judul Warnasari atawa Roepa-roepa Dongeng pun terbit.
Kedua karyanya tersebut telah menjadi salah satu buku pelajaran bukan saja di Garut, tetapi tersebar hingga daerah luar Jawa yang diterjemahkan dalam Bahasa Melayu.
Karyanya Warnasari jilid 1 dan 2 bahkan terkenal luas di seluruh Indonesia.
Setelah menikah dengan Bupati Garut Raden Adipati Aria Wiratanudatar VII, perhatian Lasminingrat beralih ke bidang pendidikan bagi kaum perempuan Sunda. Pada tahun 1907, Lasminingrat mendirikan Sakola Kautamaan Istri atau Sekolah Keutamaan Istri di lingkungan Ruang Gamelan, Pendopo Garut.
Awalnya dibuka terbatas untuk lingkungan para priyayi atau bangsawan lokal saja dengan materi pelajaran berupa baca, tulis, dan pemberdayaan perempuan. Selanjutnya tahun 1911 sekolah tersebut pindah ke Jalan Ranggalawe.
Lasminingrat merupakan putri seorang Ulama atau Kiai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria. Lahir pada tahun 1843 di Garut dengan nama Soehara, Lasminingrat yang memiliki kecerdasan luar biasa dengan mendapat pendidikan di sekolah Belanda di daerah Sumedang. Untuk melanjutkan pendidikannya di Sumedang, ia harus dipisahkan dari keluarganya dan diasuh oleh teman ayahnya, Levyson Norman.
Berkat didikan Norman, Lasminingrat tercatat sebagai perempuan pribumi satu-satunya yang fasih menulis dan membaca serta berbahasa Belanda pada masanya. Perjuangan Lasminingrat diawali dari dunia kepenulisan.
Lasminingrat menggunakan kemampuan literasinya untuk mengadaptasi dongeng Eropa ke dalam bahasa Sunda. Lasminingrat mendidik anak-anak melalui buku bacaan berbahasa Sunda, pendidikan moral, agama, ilmu alam, psikologi, dan sosiologi.
Dia menyisipkan cerita yang disadur dari bahasa asing yang disesuaikan dengan kultur Sunda dan bahasa yang mudah dimengerti. Ia berhasil menyadurkan banyak cerita karya Grimm yang popular di Eropa. Tujuan penyaduran itu tidak lain agar kaumnya dapat membaca karya-karya penulis Eropa tersebut dan mengambil hikmahnya oleh kaum perempuan Sunda.
Kumpulan sadurannya itu kemudian diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1875 oleh percetakan milik pemerintah, Landsdrukkerji dengan judul Tjarita Erman. Pada tahun berikutnya atau tahun 1876 terbit karyanya yang kedua yang diberi judul Warnasari atawa Roepa-roepa Dongeng pun terbit.
Kedua karyanya tersebut telah menjadi salah satu buku pelajaran bukan saja di Garut, tetapi tersebar hingga daerah luar Jawa yang diterjemahkan dalam Bahasa Melayu.
Karyanya Warnasari jilid 1 dan 2 bahkan terkenal luas di seluruh Indonesia.
Setelah menikah dengan Bupati Garut Raden Adipati Aria Wiratanudatar VII, perhatian Lasminingrat beralih ke bidang pendidikan bagi kaum perempuan Sunda. Pada tahun 1907, Lasminingrat mendirikan Sakola Kautamaan Istri atau Sekolah Keutamaan Istri di lingkungan Ruang Gamelan, Pendopo Garut.
Awalnya dibuka terbatas untuk lingkungan para priyayi atau bangsawan lokal saja dengan materi pelajaran berupa baca, tulis, dan pemberdayaan perempuan. Selanjutnya tahun 1911 sekolah tersebut pindah ke Jalan Ranggalawe.
Lihat Juga :
tulis komentar anda