Mencari Cara Tuntas Bersihkan Sampah Sejak Dari Rumah
Rabu, 01 Maret 2023 - 08:20 WIB
Yayuk Suhartati, Kasi Kajian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Prabumulih juga bersepakat, bahwa idealnya setiap warga masyarakat sudah harus mulai mengurangi sampah sejak dari sumber. “Artinya perlu dilakukan pemilahan sebelum kemudian masuk tahapan kumpulkan, jemput, dan buang. Tetapi untuk sampai ke sana kita perlu waktu," katanya.
baca juga: Kurangi Sampah, Tim ITS Rancang Mesin Balistik Pencacah Sampah
Menurut aktivis pecinta alam Mapala STTL YLH Yogyakarta ini, beberapa kendala yang menghambat program pengurangan sampah antara lain ada pada kebijakan retribusi sampah kota yang belum mengikat seluruh warga untuk berpartisipasi, edukasi yang belum intensif, bahkan bisa kendala alam misalnya pandemi Covid-19 lalu yang mengubah kebiasaan baik pengurangan sampah.
“Muncul kebiasaan membawa kotak makan dan botol minum, jadi kembali menggunakan makanan dan air minum dalam kemasan. Rapat-rapat atau hajatan yang biasa dilakukan dengan cara prasmanan, jadi hidangan dalam kotak sekali pakai, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Praktik Baik Pengelolaan Sampah
Yayuk tak menampik, di sisi lain banyak juga praktik baik pengelolaan sampah yang sudah dilakukan oleh masyarakat, salah satunya terekam dalam program kampung iklim (Proklim) yang dicanangkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). "Di setiap kampung iklim, usaha pengurangan dan pengelolaan sampah terintegrasi dengan pengembangan pertanian pekarangan yang menggunakan kompos dari sampah organik dapur. Program kampung iklim juga menekankan tidak ada penanganan sampah dengan cara bakar atau dibuang ke sungai. Semangatnya, ya zero waste dan zero emission," terang Yayuk.
baca juga: Ketahuan Buang Sampah Sembarangan, Penyedia Jasa Angkut Sampah Ilegal Didenda Rp5 Juta
Menyinggung praktik baik pengelolaan sampah oleh masyarakat, Inggit Damayanti, aktivis pecinta alam dari Mapala Universitas Bandar Lampung dan saat ini menjabat sebagai Kepala Bagian Organisasi di Sekretariat Daerah Kota Prabumulih mengungkapkan, bahwa Kelurahan Majasari di Prabumulih menjadi salah satu contoh praktik baik dalam pengelolaan sampah. Ketika dirinya menjabat sebagai lurah di daerah tersebut, ada Inisiatif Kali Bersih, pengolahan jelantah menjadi sabun, pengolahan kompos dan sedekah sampah plastik.
"Untuk mengurangi masalah sampah mesti dimulai dari diri sendiri. Edukasi dimulai dari organisasi paling kecil, rumah tangga. Orang tua dan anak-anaknya mesti melakukan pemilahan hingga penanganan sampah secara aktif. Ada yang dipakai untuk kompos atau maggot dan pakan ayam, ada yang untuk ditabung ke Bank Sampah . Rumah kami tidak lagi menghasilkan sampah, baik dari pintu depan maupun pintu belakang," kata Inggit.
Penggiat persampahan di Kota Prabumulih ini menjelaskan, pelibatan masyarakat baru bisa dilakukan dengan membuat percontohan berbasis 10-20 rumah yang bertetanggaan. Untuk mengajak masyarakat, tidak cukup hanya dengan sosok contoh atau role-model, masyarakat juga perlu diyakinkan bahwa mengolah sampah juga menghasilkan uang. “Keuntungan ekonomi akan lebih cepat menarik minat masyarakat untuk menangani problem sampah. Misal dengan menjadi nasabah Bank Sampah,” ujarnya.
baca juga: Kurangi Sampah, Tim ITS Rancang Mesin Balistik Pencacah Sampah
Menurut aktivis pecinta alam Mapala STTL YLH Yogyakarta ini, beberapa kendala yang menghambat program pengurangan sampah antara lain ada pada kebijakan retribusi sampah kota yang belum mengikat seluruh warga untuk berpartisipasi, edukasi yang belum intensif, bahkan bisa kendala alam misalnya pandemi Covid-19 lalu yang mengubah kebiasaan baik pengurangan sampah.
“Muncul kebiasaan membawa kotak makan dan botol minum, jadi kembali menggunakan makanan dan air minum dalam kemasan. Rapat-rapat atau hajatan yang biasa dilakukan dengan cara prasmanan, jadi hidangan dalam kotak sekali pakai, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Praktik Baik Pengelolaan Sampah
Yayuk tak menampik, di sisi lain banyak juga praktik baik pengelolaan sampah yang sudah dilakukan oleh masyarakat, salah satunya terekam dalam program kampung iklim (Proklim) yang dicanangkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). "Di setiap kampung iklim, usaha pengurangan dan pengelolaan sampah terintegrasi dengan pengembangan pertanian pekarangan yang menggunakan kompos dari sampah organik dapur. Program kampung iklim juga menekankan tidak ada penanganan sampah dengan cara bakar atau dibuang ke sungai. Semangatnya, ya zero waste dan zero emission," terang Yayuk.
baca juga: Ketahuan Buang Sampah Sembarangan, Penyedia Jasa Angkut Sampah Ilegal Didenda Rp5 Juta
Menyinggung praktik baik pengelolaan sampah oleh masyarakat, Inggit Damayanti, aktivis pecinta alam dari Mapala Universitas Bandar Lampung dan saat ini menjabat sebagai Kepala Bagian Organisasi di Sekretariat Daerah Kota Prabumulih mengungkapkan, bahwa Kelurahan Majasari di Prabumulih menjadi salah satu contoh praktik baik dalam pengelolaan sampah. Ketika dirinya menjabat sebagai lurah di daerah tersebut, ada Inisiatif Kali Bersih, pengolahan jelantah menjadi sabun, pengolahan kompos dan sedekah sampah plastik.
"Untuk mengurangi masalah sampah mesti dimulai dari diri sendiri. Edukasi dimulai dari organisasi paling kecil, rumah tangga. Orang tua dan anak-anaknya mesti melakukan pemilahan hingga penanganan sampah secara aktif. Ada yang dipakai untuk kompos atau maggot dan pakan ayam, ada yang untuk ditabung ke Bank Sampah . Rumah kami tidak lagi menghasilkan sampah, baik dari pintu depan maupun pintu belakang," kata Inggit.
Penggiat persampahan di Kota Prabumulih ini menjelaskan, pelibatan masyarakat baru bisa dilakukan dengan membuat percontohan berbasis 10-20 rumah yang bertetanggaan. Untuk mengajak masyarakat, tidak cukup hanya dengan sosok contoh atau role-model, masyarakat juga perlu diyakinkan bahwa mengolah sampah juga menghasilkan uang. “Keuntungan ekonomi akan lebih cepat menarik minat masyarakat untuk menangani problem sampah. Misal dengan menjadi nasabah Bank Sampah,” ujarnya.
tulis komentar anda