RUU HIP Ingatkan Mantra Soeharto Habisi Lawan Politik

Selasa, 14 Juli 2020 - 08:01 WIB
Direktur Eksekutif Voxpol Center and Research Consulting Pangi Syarwi Chaniago. Foto/dok.SINDOnews
JAKARTA - Pancasila pernah ditinggalkan rakyat diawal tahun 1990 yang resisten akibat "penyucian" yang dilakukan Orde Baru . Ketika itu, jangankan unjuk rasa, setiap kritik terhadap pemerintah langsung distempel sebagai anti-Pancasila atau tidak loyal terhadap pembangunan.

"Pancasila yang coba disucikan sebagai mantra-mantra kekuasaan Soeharto, dalam rangka menghabisi lawan-lawan politiknya," tutur Direktur Eksekutif Voxpol Center and Research Consulting, Pangi Syarwi Chaniago kepada SINDOnews, Selasa (14/7/2020).

(Baca: Tolak RUU HIP, Chusnul Mar'iyah Kirim Surat Terbuka untuk Megawati Soekarnoputri)



Hak untuk berserikat, berpendapat dan berkumpul (freedom of expression and freedom of speech) juga betul-betul sulit diperoleh dengan bebas. Semua tembok bisa berbicara sehingga pengkritik rezim langsung ditangkap.

"Main beredel dan main bungkam bukanlah tabiat yang ganjil pada waktu itu. Jangan lupa sejarah kita dulu. Tentu saja kita tidak mau kembali menginginkan rezim otoritarian menggeliat," ujar Pangi yang juga disampaikan melalui saluran Youtube pribadinya, merespons polemik Rancangan Undang-undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) .

Pendek kata, Pancasila disalahgunakan dan dijadikan instrumen pelanggeng kekuasaan Soeharto selama 32 tahun. Baru tahun 2000 Pancasila dikembalikan pada trayek yang benar. Sayangnya, saat ini mulai ada upaya untuk mengusiknya kembali.

"Pancasila sudah final, NKRI final, negara kesatuan sudah final. Oleh karena itu, kita harus pasang badan all out habis jaga Pancasila, jaga kebhinekaan, jaga keindonesian, jaga pluralisme kita," ungkapnya dalam video bertajuk "Pancasila mau di edit jadi ekasila !!! Anda setuju?"

(Baca: PDIP Copot Rieke untuk Pastikan RUU HIP dan Cipta Kerja Berlanjut)

Dia menegaskan adanya kewajiban untuk membela Pancasila bila ada kelompok yang mencoba mengerogoti atau menganggunya. Semestinya, lanjut Pangi, penyuara slogan Saya Pancasila, Saya Indonesia termasuk kelompok yang bereaksi keras terhadap RUU HIP. Sebab dari slogan itu merekalah yang paling Pancasilais, paling Indonesia. Sementara yang lain distempel seolah-olah radikal, intoleran, tidak setia pada Pancasila.

Ia meminta semua pihak agar menghentikan aksi stempel dan menuduh orang radikal, intoleran, tidak pancasilais.

"Jangan patok-patok orang begitu, seolah-olah anda paling pancasila, yang lain radikal, ini frasa yang agak tendensius dan menyudutkan sesama warga bangsa, begitu Pancasila mau di edit, tidak beraksi, diam. Lawan dan jaga Pancasila kita, Kalian Setuju Pancasila Mau diubah jadi TRISILA? Ditunggu komentarnya kawan-kawan, dagelan lucu-lucuan, habis itu ayo kita tertawa bareng kawan-kawan....Lawan!!! Merdeka Bro!!!," ucapnya.
(muh)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More