Keamanan Laut dan Poros Maritim Dunia

Rabu, 06 Mei 2015 - 08:49 WIB
Keamanan Laut dan Poros...
Keamanan Laut dan Poros Maritim Dunia
A A A
Visi Indonesia sebagai poros maritim dunia menjadi pembicaraan banyak kalangan di negeri ini.

Sektor yang selama ini terpinggirkan, menjadi isu menarik setelah pasangan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla memopulerkannya pada masa kampanye dan memberikan perhatian dalam program kerja pemerintah.

Namun sayangnya, untuk sebuah isu yang bisa dikatakan langsung menjadi harapan bangsa ini, alokasi perhatian dari pemerintah dan serta pencapaian programnya masih minim, bahkan terkesan ada kegagapan dalam mengelaborasi konsep poros maritim dunia serta merumuskannya menjadi program kerja yang baik. Negeri ini masih butuh banyak masukan dalam isu maritim.

Konsep maritim ini menjadi topik diskusi menarik dan dibahas sambil berlayar oleh beberapa pengamat dan puluhan perwira tinggi dan menengah serta undangan lainnya sambil berlayar (joy sail ) di Laut Jawa pada Senin (4/5) lalu. Dalam rangka HUT ke-54 Kolinlamil TNI Angkatan Laut, diadakan diskusi di KRI Banda Aceh 593 dengan judul “Mewujudkan Integrasi Ekonomi dan Pertahanan Maritim Guna Membangun Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia”.

Berbagai isu penting terkait dibahas di sana, namun ada satu hal yang sangat menarikbahwapotensiekonomiribuantriliunrupiahtersebut tak akan bisa dimanfaatkan secara maksimal jika negeri ini tak punya kekuatan laut untuk menjaga keamanan di laut kita. Selain itu, ada satu kalimat pendek dari Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya Widodo bahwa kita harus mereorientasi bangsa yang pernah menjadi bangsa maritim dunia ini.

Pakar militer Connie Rahakundini Bakrie yang menjadi pemateri dalam kesempatan diskusi yang sama, menekankan bahwa Indonesia butuh visi yang sangat kuat dalam mengedepankan kekuatan maritim. Langkah Presiden Jokowi yang menempatkan dunia maritim di bawah spotlight setelah selama ini selalu dionggokkan di halaman belakang Republikinisangat patutdiapresiasi, namunmenurutnya masihbanyak ruang dalam pelaksanaan visi maritim tersebut yang belum terisi.

Satu hal yang sangat penting dalam mendorong Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah angkatan laut kuat yang masuk kategori world class navy . Selama ini kita selalu mengeluhkan banyak bangsa asing yang mengeruk kekayaan laut Indonesia. Wajar saja itu terjadi pelanggaran atas hak kita, kekuatan yang menegakkan kedaulatan di laut sangat minim. Berdasarkan paparan Connie, dalam lima tahun ke depan Rp243 triliun uang pemerintah dianggarkan untuk digelontorkan ke sektor maritim.

Tapi sayang sekali, hanya Rp6 triliun dari Rp243 triliun tersebut yang akan dimanfaatkan untuk membeli kapalkapal patroli baru. Bagaimana bisa kita menguatkan sektor maritim, sementara kekuatan untuk mengamankannya sangat minim? Rektor Universitas Paramadina Firmanzah yang juga hadir mengatakan bahwa dalam pengembangan kekuatan maritim Indonesia untuk mengejar menjadi poros maritim dunia dibutuhkan permainan “total football “.

Semua stakeholder harus memainkan ritme tinggi yang agresif, namun tetap ada dalam komando pelatih yang dan juga kapten lapangan. Sekarang memang kita sudah punya Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang dinakhodai Indriyono Soesilo. Namun sayangnya, hingga saat ini bahkan beberapa posisi deputi masih kosong. Sangat mengherankan untuk sebuah kementerian koordinator yang dibebani beban fantastis.

Ada baiknya kita menyitir kembali pandangan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri bahwa angka-angka yang tinggi di ekonomi makro seperti yang dialami Indonesia beberapa tahun belakangan, nyatanya tidak membawa kesejahteraan bagi banyak rakyat di lapis terbawah perekonomian negeri ini.

Indonesia butuh tambahan pendorong di sektor riil, laut sebagai dasar dari ekonomi maritim menyediakan kesempatan tersebut. Jaminan laut yang aman dan teratur bisa kita dapatkan jika kekuatan yang menjaganya mencukupi.
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0136 seconds (0.1#10.140)